Tanah Palestina merupakan tanah yang disucikan oleh agama Samawi yakni Yahudi, Nasrani, dan Islam. Dalam setiap agama tersebut
memiliki pandangan dan argumennya masing-masing mengenai
sejarah tanah Palestina.
Palestina menjadi tempat yang
sakral bukan hanya untuk umat Muslim melainkan orang Nasrani juga begitu
mensucikan tanah Palestina. Jika orang Islam pada umumnya melakukan perjalanan
ibadah yang disebut haji ke Mekah dan Madinah, maka perjalanan ibadahnya orang
Nasrani adalah ke Palestina.
Setiap perseteruan Palestina-Israel mencuat di Indonesia bisa
dipastikan banyak tanggapan-tanggapan dari berbagai pihak untuk mengomentari
persoalan tersebut. Persoalan
Palestina-Israel kerap kali dihubungkan dengan konflik agama dan perebutan
kekuasaan. Agama dijadikan dalil dalam permasalahan tersebut dan setiap agama
juga memiliki jawaban yang berbada-beda terkait masalah ini.
Tanah Palestina yang dianggap dijanjikan Tuhan untuk bangsa Israel menjadi perdebatan
sengit. Di Islam sendiri tidak meyakini hal demikian karena dalam sejarahnya
orang Yahudi mengingkari perintah Allah untuk memasuki tanah Palestina,
sehingga menyebabkan mereka bukan lagi menjadi bangsa yang dipilih Allah
terhadap tanah Palestina. Siapa yang paling berhak atas tanah Palestina dan bagaimana sejarah tanah Palestina dalam prespektif agama kristen, pada kesempatan ini Institut melakukan wawancara khusus pada Senin (7/6), dengan Dosen Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Pastor Heru
Prakosa.
Bagaimana sejarah agama Kristen di tanah Palestina?
Yesus Kristus lahir di Betlehem di wilayah Palestina; Dia juga
mewartakan ajarannya di berbagai daerah di desa dan perkotaan di wilayah
Palestina. Yesus Kristus wafat dan dibangkitkan serta naik ke surga di Yerusalem,
di wilayah Palestina pula. Sejak
tahun 30-an Masehi setelah wafat
dan dibangkitkan, para murid Yesus Kristus melanjutkan pewartaan Dia; mereka
mengawalinya mulai dari wilayah-wilayah di Palestina, hingga kemudian meluas sampai ke luar Palestina.
Di media, umat Muslim di Palestina selalu dalam posisi sulit.
Bagaimana dengan umat Kristen di Palestina, apakah mengalami kondisi yang sama?
Berita tentang konflik Israel dan Palestina disikapi secara beragam.
Mungkin, di Indonesia – yang mayoritas penduduknya beragama Islam – media
memberi kesan umum bahwa, dalam konflik tersebut, pihak Islam dianggap ada
dalam posisi sulit atau dirugikan. Di beberapa belahan bumi lain, di Barat
secara umum, pemberitaan disampaikan dengan cukup seimbang. Layak dicatat bahwa
sebagian besar kaum Kristen yang hidup di daerah konflik tersebut memang
memiliki darah Arab-Palestina. Dari antara mereka itu, ada sebagian yang hidup
di wilayah Palestina dan sebagian lainnya hidup di wilayah Israel. Seperti kaum
Muslim, umat Kristen yang hidup dan tinggal di wilayah Palestina tentunya
mengalami pula masa-masa sulit di bawah tekanan kekuasaan Israel. Tetapi umat
Kristen yang hidup dan tinggal di wilayah Israel tentunya juga merasakan
pengalaman seperti kaum Yahudi yang terkadang merasa tak aman akibat aselarasi
kekerasan yang bisa saja tiba-tiba meletus.
Palestina merupakan Tanah Suci bagi umat Kristen karena di sana
terdapat Gereja Makam Kudus dan peninggalan kerohaniaan lainnya. Saat ini yang
mendiami Tanah Suci justru lebih banyak dari kalangan Muslim, bagaimana anda
menanggapi hal itu?
Ketika saya menjalani studi lanjut, saya pernah tinggal selama
beberapa waktu di antara kaum Kristen di Ramallah di wilayah Tepi Barat –
Palestina – bahkan saya juga memiliki kesempatan masuk ke wilayah Jalur Gaza.
Saya pun mempunyai pengalaman hidup di Yerusalem dan tempat-tempat lain di
wilayah Israel. Memang, mayoritas umat beriman yang mendiami Tanah Suci
Palestina berasal dari latar belakang Islam dan Kristen. Konflik yang terjadi
di sana jelas lebih terkait dengan masalah politik dan bukan masalah agama.
Dengan demikian tantangannya adalah bagaimana semua pihak yang terkait berani
melepas ego masing-masing dan mau membangun komitmen solidaritas atau bela rasa
sosial yang didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan dan bukan
pada kepentingan sepihak.
Mengapa Tanah Suci begitu penting bagi umat Kristen?
Tanah Suci menjadi penting
karena itu terkait dengan hidup dan karya Yesus Kristus, termasuk juga para
pengikut awal Kristus. Tetapi layak diingat juga bahwa masih ada
wilayah-wilayah lain di luar Tanah Suci Palestina yang terkait dengan sejarah
perkembangan umat Kristen. Roma di Italia adalah salah satunya. Wilayah-wilayah
di luar Palestina itu pun memiliki peran serta makna yang tak kalah penting dibandingkan
dengan Tanah Suci.
Bangsa Israel sering kali disebut sebagai bangsa yang dijanjikan
oleh Allah, dalam penjelasan Kristen mengapa bangsa Israel menjadi bangsa yang
dipilih Allah?
Dalam penjelasan Alkitab tepatnya pada Kitab Ulangan 14:2 disebutkan bahwa engkau
(bangsa Israel) dipilih Tuhan untuk menjadi
umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi. Ayat ini
lah yang dijadikan dalil bangsa Israel untuk menegaskan bahwa mereka adalah
bangsa yang terpilih.
Selain itu di ayat lainnya menjelaskan bahwa pemilihan bangsa Israel
sebagai bangsa yang terpilih bukan mengartikan Allah pilih kasih tetapi karena
kasih Tuhan yang murah hati. Bukan berarti juga bangsa Israel boleh
menyombongkan diri atas dipilihnya oleh Allah sebagai bangsa yang
terpilih. Jadi pemilihan bangsa Israel
adalah kebebasan Allah demi keselamatan manusia seluruhnya.
Konflik antara Palestina-Israel akhir-akhir ini kembali memanas,
jika kita lihat ke belakang sejarah dua bangsa ini sangatlah kompleks. Keduanya
mengaku sebagai agama yang menuruni keyakinan Ibrahim/Abraham yang dipercaya
sebagai bapak moyang agama-agama Samawi. Dapatkah anda menjelaskan dalam
pandangan Kristen siapakah Abraham itu?
Menurut saya Ibrahim adalah bapa bagi seluruh umat beriman,
janganlah mengartikan secara sempit dengan mengaitkan dengan penganut agama
tertentu. Sebagai bapa bagi umat beriman, Ibrahim memiliki peran yang cukup
besar dalam membangun jalan relasi dengan Allah.
Yang seharusnya diperhatikan adalah untuk selalu belajar dari teladan
Abraham dengan mendengarkan dan menghadapi tegangan hidup sehari-hari dalam
sikap siap untuk mau selalu menyambut sabdaNya dan mempraktikkannya.
Bagaimanakah status kepemilikan tanah Palestina sekarang
dalam pandangan anda ?
Soalan kepemilikan tanah Palestina yang harusnya diperhatikan adalah
tidak ada yang boleh memonopoli kepemilikan Tanah Suci. Menurut saya Tanah Suci
tetap perlu terbuka untuk semua umat beriman. Banyak latar belakang agama di
Tanah Suci, bahkan di sana juga ada pusat keagamaan untuk umat Bahay. Sudah
selayaknya keberadaan mereka juga perlu dihormati. Jadi menurut saya, pada intinya siapa pun
boleh hidup dan menghidupi kesucian Tanah Suci dalam damai dan saling
menghargai satu sama lain. (Firda Amalia Putri:
INS.008)