Penyebaran
Covid-19 di Indonesia belum juga mengalami
penurunan. Hal tersebut meningkatkan beban kerja tenaga kesehatan. Kelelahan fisik dan
mental dapat menyebabkan burnout syndrome atau
keletihan mental. Berdasarkan riset
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tahun 2020 menyebutkan selama
masa pademi Covid-19,
sekitar 83% khususnya tenaga kesehatan mengalami burnout syndrome
tingkat sedang
dan berat.
Menanggapi fenomena tersebut, Reporter Institut Didya Nur Salamah melakukan wawancara khusus dengan Dewi Soemarko, Ketua Tim Peneliti dari Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (MKK FKUI), terkait burnout syndrome atau keletihan mental, pada Selasa (11/5).
Apa itu burnout syndrome?
Burnout syndrome dapat dikatakan sebagai sebuah kondisi gejala psikologis
manusia akibat stresor yang terjadi
secara berlebihan. Seseorang yang mengalami burnout syndrome sering menunjukkan
sikap sangat tidak bersemangat atau kurang bergairah
dalam melakukan pekerjaannya. Burnout syndrome bukan
penyakit mental, tetapi gangguan kesehatan mental akibat kelelahan.
Seseorang yang mengalami burnout syndrome dalam posisi antara sakit dan tidak sakit sehingga
harus ditolong segera.
Bagaimana gejala-gejala dari burnout
syndrome?
Terdapat beberapa karakterstik
utama dari gejala-gejala burnout syndrome ini, yaitu kelelahan yang berlebihan (emotional
exhaustion), memiliki perasaan
yang cenderung negatif atau sikap
sinis dan rasa terasingi (depersonalization), dan merasa kurang cakap atau tidak berprestasi (reduced
personal accomplishment).
Apa faktor dari penyebab burnout syndrome itu
sendiri?
Berbagai faktor
mempengaruhi tingginya burnout syndrome, khususnya pada
tenaga kesehatan di masa pademi
Covid-19. Jenis pekerjaan
atau spesialisasi, waktu kerja, karakteristik individu, dan manajemen rumah sakit atau tempat
kerja merupakan beberapa
faktor diantaranya.
Apakah burnout syndrome ini
hanya menyerang hanya pada kalangan tertentu saja?
Fenomena ini dapat
dialami oleh para pekerja, termasuk pekerja di dunia kesehatan. Seperti dokter,
perawat, dan
bidan yang sering
terpajan dengan kondisi stres yang tinggi.
Tidak hanya itu, para tenaga kesehatan pun harus
menangani pasien dan juga berhadapan
langsung dengan reaksi emosi para pasien.
Apakah burnout syndrome ini
kemungkinan dapat memicu seseorang melakukan bunuh diri?
Umumnya, burnout syndrome ini tidak memicu seseorang melakukan bunuh diri. Namun,
apabila ada faktor lainnya seperti adanya stres yang tinggi dan rasa takut yang
ada di lingkungan sekitarnya, dapat mendorong seseorang tidak dapat mengontrol
kondisi psikologisnya. Hal tersebut
memungkinan dapat menyebabkan seseorang
berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Sindrom ini memiliki beberapa tingkatan
diantaranya ringan, sedang dan berat.
Bagaimana penanganan individu yang dapat dilakukan?
Penanganan yang utama adalah mengenali gejala burnout syndrome, seperti rasa lelah yang luar biasa (emotional exhaustion), perasaan terasingi, perasaan negatif, sikap sinis (depersonalization), dan merasa kurang kompeten atau tidak berprestasi (reduced personal accomplishment). Setelah itu, usahakan untuk membuat lingkungan kerja menjadi lebih kondusif, dan mencari segera penyebabnya dari mana dan mencoba mengurangi penyebab tersebut. Berikan pendampingan kepada pekerja tersebut dan berikan semangat. Untuk penyembuhan burnout syndrome ini sifatnya sangat individual.
Didya Nur Salamah