Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta telah melangsungkan program vaksinasi Coronavirus
Disease-2019 (Covid-19) tahap I pada 6-8 Maret kemarin. Untuk sementara ini,
agenda imunisasi tersebut baru diberikan kepada tenaga pengajar atau dosen di
UIN Jakarta. Ketua Satuan Tugas Covid-19 UIN Jakarta, Dokter Hari Hendarto pun mengonfirmasi
hal itu.
Hari mengatakan, terselenggaranya program vaksinasi
itu berawal dari keprihatinan Rektor UIN Jakarta, Amany Burhanuddin Umar Lubis terhadap
pandemi Covid-19. Selain itu, pihaknya juga mendapat arahan dari Dinas
Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten untuk menggelar program vaksinasi. “UIN
Jakarta mendapat bantuan vaksin serta kelengkapan pendukung vaksinasi lainnya
dari Dinkes Banten dan berkoordinasi dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Banten,” kata Hari, Kamis (11/3).
Sebelumnya, Kepala Biro Administrasi Umum dan
Kepegawaian UIN Jakarta, Kastolan mengatakan, dosen menjadi prioritas dalam
program vaksinasi setelah tenaga kesehatan. Karena dosen, kata dia, termasuk ke
dalam petugas pelayanan publik. “Sasarannya adalah dosen Pegawai Negeri Sipil
(PNS), dosen non-PNS, serta dosen tetap khusus,” kata Kastolan kepada Institut,
Senin (8/3).
Kastolan mengungkapkan, untuk saat ini tiap
orang melakukan dua kali tahapan vaksinasi. Tahapan pertama seperti yang sudah
diselenggarakan, kemudian tahapan kedua dilakukan dalam jeda waktu 14 hari, sementara
lansia mendapatkan jeda 28 hari. Selain itu, program vaksinasi tersebut juga
tak dikenakan biaya sepeser pun. “Dosen tidak perlu membayar, hanya membawa KTP
dan NIK saja,” tegasnya.
Ia lanjut mengatakan, vaksinasi itu dilakukan
melalui 4 tahap. Pertama, screening—pengecekan kondisi tubuh peserta
vaksinasi, seperti tekanan darah dan sebagainya. Hasil tersebut secara sistem
akan dievaluasi oleh dokter dan akan ditentukan bisa atau tidaknya melakukan
vaksinasi pada hari itu. Kemudian tahap kedua, peserta vaksinasi baru boleh
menerima injeksi atau penyuntikan vaksin ke dalam tubuh.
Selanjutnya adalah tahap observasi. Pada tahap
ini, peserta harus menunggu selama 30 menit untuk mengetahui ada atau tidaknya
efek yang ditimbulkan. Bila peserta berhasil melalui segala rangkaian vaksinasi,
mereka akan diberikan surat bukti atau sertifikat sudah melakukan vaksinasi
tahap I. “Alhamdulillah kita belum ada keluhan dari dosen-dosen yang sudah
divaksin,” ujarnya.
Terkait pemilihan Fakultas Kedokteran, Sekretaris
Satgas Covid-19 UIN Jakarta Zilhadia menjelaskan, fakultas itu dipilih sebagai
tempat vaksinasi karena memiliki area yang lebih luas. Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan ini juga menuturkan, jenis vaksin yang digunakan adalah Sinovac. “Di
Rumah Sakit Syarif Hidayatullah terbatas dan ada pasien umum, kalau di sini
dikhususkan untuk vaksinasi,” jelas Zilhadia, Senin (8/3).
Salah satu dosen yang telah menerima vaksin
tahap I adalah Zaharah. Ia mengaku mengikuti program vaksinasi sebab ingin
melindungi diri serta keluarganya dari infeksi Covid-19. Namun Dosen Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta ini mengungkapkan, dirinya merasakan
pegal di pundak dan lengan usai menerima vaksin. “Setiap orang dapat merasakan
reaksi yang berbeda-beda,” sebut Zaharah, Senin (8/3).
Sementara Dosen Fakultas Ushuluddin, Aktobi
Ghozali mengaku tak merasakan efek apapun setelah divaksin. Kendati demikian,
ia juga tetap harus mematuhi protokol kesehatan. “Alhamdulillah saya tidak
merasakan hal aneh atau gejala tertentu yang mengganggu pada tubuh,” ungkapnya,
Senin (8/3).
Sementara itu, saat ditanya Institut mengenai
rencana vaksinasi bagi mahasiswa, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Arief
Subhan mengaku belum mengetahui secara pasti kapan vaksinasi untuk mahasiswa
akan dilaksanakan. Namun, jika dilihat dari tahapan vaksinasi yang telah
ditetapkan pemerintah, ia memprediksi mahasiswa akan masuk ke dalam kategori “masyarakat
lainnya”. “Sesuai dengan tahapan yang tertera, periode yang ditetapkan adalah
Agustus-Desember 2021,” kata Arief, Senin (8/3).
Sebelumnya, Ketua Satgas Covid-19 UIN Jakarta,
Hari Hendarto pun turut menanggapi wacana terkait perkuliahan tatap muka. Ia
juga mengaku belum mengetahui secara pasti tanggal pelaksanaannya. Lebih lanjut,
kata dia, keputusan terkait penyelenggaraan perkuliahan tatap muka akan ditentukan
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Akan diselenggarakan
bila pandemi sudah mereda,” Sebut Hari.
Menanggapi program vaksinasi bagi dosen, salah
seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Indah Setyawati mengaku dirinya tak menerima
informasi apapun perihal program injeksi tersebut. Ia hanya mengetahui program
vaksinasi yang dicanangkan pemerintah melalui siaran berita di televisi. “Tapi
kalau dari pihak UIN Jakarta enggak tahu,” kata Indah kepada Institut, Senin
(8/3).
Berbeda dengan Indah, mahasiswi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Ulfia Rahma Dewi mengatakan sudah menerima informasi
terkait vaksinasi untuk dosen di UIN Jakarta. Ulfi merasa bersyukur dengan
adanya program vaksinasi tersebut dan berharap program itu berjalan dengan
baik. “Saya baru mengetahui ada vaksin untuk dosen sabtu kemarin karena ada
dosen yang mengubah jadwal kuliah,” ujarnya, Senin (8/3).
Hal serupa juga dirasakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Muhammad Zidan Yusariza. Dirinya berkata sudah mengetahui program vaksinasi itu, sebab diberitahu oleh salah satu dosennya. “Pertama tahu dari teman, lalu dipertegas sama dosen yang bilang kalau hari minggu beliau habis divaksinasi,” pungkasnya, Senin (8/3).
Firda Rahma & Haya Nadhira