Berawal dari rasa prihatin
atas rendahnya minat baca di kalangan anak-anak panti asuhan serta minimnya
akses informasi dan ilmu pengetahuan, kegiatan sosial Buku Berkaki (Buki) pun
terbentuk. Kegiatan mereka diawali dengan melakukan Drop Buki, di mana
buku-buku sumbangan dari masyarakat yang sebelumnya ditampung di Museum Kebangkitan Nasional disebarkan ke anak-anak. Kegiatan ini dilakukan agar anak-anak
dapat mudah mengakses informasi, membaca, serta meminjam buku bacaan.
Berdiri sejak 30 September
2011, Ketua Buki Annisa Paramita Pratyanto mengatakan bahwa siapa saja boleh
berdonasi dan tak ada batasan minimal buku. Krucil Buki—sebutan untuk relawan
Buki—nantinya melakukan “Jemput Buki” dari donatur ke perpustakaan Buki. Syarat
buku yang dapat didonasikan haruslah sesuai untuk kalangan anak-anak serta tak
mengandung konten yang menyinggung Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan. “Sebab
target kita sebagian besar adalah anak-anak bawah lima tahun hingga siswa
sekolah menengah pertama,” tegas Annisa melalui WhatsApp, Rabu (23/12/2020).
Buki juga telah melakukan beberapa program lain guna meningkatkan minat baca anak, seperti “Visit Buki” dan “Rolling Buki”, yakni meminjamkan buku ke panti asuhan dan lapak pemulung
atau anak jalanan. Tak hanya itu,
program tersebut juga termasuk kegiatan literasi lainnya seperti mendongeng, membuat puisi, melakukan eksperimen sains sederhana, dan membuat keterampilan. “Terdapat sekitar sepuluh lokasi yang rutin bergilir kami pinjami
buku bacaan,” ungkap Annisa.
Adapun program Buki lainnya seperti Inisiasi Taman Baca di daerah, Pop Up Library (sharing koleksi buku di ruang publik), serta Buku untuk Indonesia (donasi buku dari Buki untuk taman baca di pelosok nusantara). Baru-baru ini—tepatnya September 2020 lalu—Buki bersama International Humanity
Foundation (IHF) melakukan donasi untuk membantu anak-anak belajar di saat
pandemi. Tak hanya itu, kouta internet juga disediakan untuk mengikuti kelas online yang menjadi program IHF. “Karena saat
itu Buki dan IHF sama-sama sedang melakukan penggalangan dana, kami pun berkolaborasi,” jelas Ayu selaku Anggota IHF, Selasa (29/12/2020).
Buki juga memiliki perpustakaan di Museum Kebangkitan Nasional yang
beroperasi setiap Sabtu pukul 8 pagi hingga 2 siang. Perpustakaan Buki biasa mengadakan Sinema Buki, kelas
resensi, serta diskusi buku. Tak terbatas pada kegiatan literasi, Perpustakaan Buki juga kerap terlibat dalam berbagai kegiatan seni seperti latihan tari, gamelan, dan angklung gratis bersama dengan komunitas seperti Belantara Budaya. Namun karena pandemi dan renovasi museum, Perpustakaan Buku vakum dan ditutup untuk umum. “Sejak 2015, kita juga telah punya tempat menginapkan buku-buku
kita,” jelas Annisa.
Dalam rangka perayaan ulang tahun Buki pada 7 hingga
15 November lalu, Buki tetap berbagi pengalaman dan informasi secara online
melalui Zoom dan YouTube. Situasi pandemi tak mengambat Buki
untuk tetap memberikan manfaat ke khalayak umum. Ke depannya, Annisa berharap agar pengelolaan buku-buku donasi lebih terorgansir serta adanya regenerasi relawan untuk melanjutkan program-program yang
telah berjalan sebelumnya. “Dengan ide-ide yang bernas, Buki akan terus
dinikmati oleh masyarakat umum,” harapnya.
NM, IF