Oleh: Firda Amalia Putri
Tahun 2021 tinggal menghitung hari. Mungkin, banyak di antara kita yang belum mengetahui apa makna
dari penanggalan masehi yang selama ini digunakan di hampir seluruh negara. Jika dihitung dalam penghitungan masehi, usia bumi adalah sekitar dua puluh ribu tahun lebih. Namun, bukankah bumi sudah ada
miliaran tahun yang lalu?
Penanggalan kalender masehi tak lain dimulai ketika kelahiran Yesus—menurut kepercayaan kaum Nasrani. Perhitungannya menggunakan
pola pergerakan matahari. Kalender masehi terdiri dari dua belas bulan dalam setahun dan tujuh hari dalam sepekan. Cikal bakal
kalender masehi ialah kalender julian. Pada 1582, kalender julian disempurnakan
menjadi kalender gregorian sebab penanggalan sebelumnya melenceng. Kalender gregorian itulah yang kini digunakan.
Menurut liputan6.com, terdapat enam kalender yang berlaku dan kerap dipakai oleh masyarakat
Indonesia, yaitu masehi, hijriah, jawa, sunda, saka, dan saka bali. Baik di dunia maupun Indonesia, kalender masehilah yang mendominasi kehidupan masyarakat sehari-hari. Walau mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam,
pertanyaannya, mengapa tak banyak dari
mereka yang menggunakan kalender hijriah dalam kesehariannya?
Seperti sebelum-sebelumnya, isu mengenai boleh tidaknya pengucapan hari Natal kembali
naik di penghujung tahun. Desember menjadi bulan
penuh makna bagi kaum Nasrani, pun tak sedikit umat Muslim yang ikut mengucapkan kata-kata kebahagiaan untuk rekannya yang merayakan. Namun, tak sedikit pula umat Muslim yang mencela sesamanya ketika ada yang mengucapkan selamat Natal. Alasannya tidak lain adalah mengakui adanya
Tuhan selain Allah Swt. serta menyerupai kaum Kristiani.
Ini merupakan fenomena yang cukup unik karena mayoritas umat Muslim di Indonesia tentu menggunakan kalender masehi—yang mana sejarahnya dimulai
dari kelahiran Yesus. Sementara itu bagi segelintir umat Muslim, mengucapkan Natal sudah dicap melenceng dari ajaran agama. Bisa jadi, salah satu penyebab banyaknya umat Muslim yang tidak menggunakan kalender hijriah dalam keseharian mereka adalah ketidaktahuan atas
sejarah dari kalender masehi itu sendiri.
Di samping itu, ternyata beberapa negara seperti Arab Saudi, Afghanistan,
dan Iran (referensi: tirto.id) memang tak memberlakukan kalender masehi.
Namun dilansir dari liputan6.com, Arab Saudi akhirnya memberlakukan
kalender masehi per 1 Oktober 2016 untuk menyesuaikan keperluan perbankan.
Selain itu menurut Miftakhur Risal dari mojok.co, bilangan tahun
tak terlalu dibutuhkan dalam kalender hijriah. Masyarakat Arab pra-Islam biasa menyebutkan satu bulan tambahan setiap 32 bulan. Hal tersebut membuat perhitungannya lebih rumit. Karenanya, banyak dari negara-negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam pun tetap menggunakan kalender masehi. Lantas, bagaimana penggunaan kalender
masehi dan hijriah sendiri oleh umat Muslim di Indonesia?