Setelah berjalannya e-voting Pemilihan
Mahasiswa (Pemilwa) dan pengumuman hasil suara, tinggal saatnya mahasiswa menunggu
ketetapan akhir. Pemilwa dilaksanakan melalui laman elmusyma.uinjkt.ac.id
dengan sistem baru yang Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
(Pustipanda) cap lebih aman. Sebab pada tahun sebelumnya, masih banyak kasus
pembobolan sistem yang merugikan mahasiswa maupun para Pasangan Calon (Paslon).
Seperti menurut salah seorang Mahasiswa Fakultas
Sains dan Teknologi Wildah Nurkhairah, e-voting ia akui cukup aman
dibandingkan tahun lalu. Jika sebelumnya proses e-voting hanya
menggunakan Nomor Induk Mahasiswa dan kata sandi Academic Information System
saja, tahun ini Pustipanda juga memanfaatkan e-mail mahasiswa untuk
meminimalisir tindak kecurangan. “Walau demikian, tidak menutup kemungkinan masih
akan terjadi kecurangan seperti tahun lalu, terlebih prosesnya berjalan serba online,”
ujar Wildah, Sabtu (28/11).
Proses Pemilwa tidak lain
adalah sebuah keharusan di setiap tahunnya. Bahkan, masa jabatan kepengurusan Dewan
Eksekutif Mahasiswa (Dema), Senat Mahasiswa (Sema), dan Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) atau Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) tahun sebelumnya mencapai
dua periode. Menurut Mahasiswa Jurnalistik Sadam Al-Ghifari, tak akan ada
peralihan tongkat estafet kepengurusan jika Pemilwa tak segera diadakan. “Nantinya,
juga tidak ada regenerasi secara resmi,” imbuhnya, Selasa (24/11). Lagi pula menurutnya, Pemilwa online seharusnya lebih efektif karena proses e-voting fleksibel dari segi
tempat dan waktu serta mengurangi kerumunan.
Maka di tengah pandemi
saat ini—bukan karena terpaksa—Sema Universitas (Sema-U) segera membentuk Komisi
Pemilihan Mahasiswa (KPM) dan Badan Pengawas Pemilihan Mahasiswa (BPPM) untuk
menjalankan Pemilwa. Akan tetapi dalam eksekusinya, efisiensi kinerja KPM
maupun BPPM kembali dipertanyakan, terlebih dengan segala tantangan baru yang
mereka hadapi.
Tak selaras dengan Sadam, Divisi
Sosialisasi KPM Amelia
Hokiyam mengatakan bahwa kinerja KPM
tak efisien dan efektif jika dibandingkan dengan tahun-tahun di mana Pemilwa
dilaksanakan secara offline. Terdapat beberapa
permasalahan teknis serta kekondusifan yang kurang terjaga. Realitanya Amelia juga
mengakui, memang banyak hambatan komunikasi antara anggota dan divisi di KPM. Penyesuaian jadwal Pemilwa pun menjadi persoalan yang cukup berat. “Itulah tantangan tersendiri bagi KPM untuk bekerja lebih keras menciptakan Pemilwa inovatif ke depannya,” ungkap Amelia, Rabu (25/11).
Kata Paslon Terkait
Pemilwa
Calon Wakil Ketua Dema
Universitas (Dema-U) Nomor Urut 1 Pebri Hurhayati pun menganggap Pemilwa online
belum siap diselenggarakan. Menurutnya secara keseluruhan, UIN Jakarta belum
siap melaksanakan pesta demokrasi kampus. Namun dengan keterbatasan yang ada,
Pemilwa harus tetap berjalan karena memang sudah saatnya agenda tahunan
tersebut dilaksanakan.
Dalam mempersiapkan diri
hingga hari-H pemilihan di serba keterbatasan ini, Pebri menekankan penggunaan sosial media dalam melakukan kampanye. “Seperti membuat video kampanya semenarik mungkin, kemudian dipublikasikan melalui sosial
media,” tuturnya, Sabtu
(29/11). Walau demikian, batas
waktu kampanye yang begitu singkat dan penetapan jadwal yang tak pasti membuat
Pebri cukup cemas.
Selaras dengan wakil
ketuanya, Calon Ketua Dema-U Nomor Urut 1 Tubagus Agnia Wirahamulya mengatakan, perlu ada akselerasi dalam melakukan kampanye dan
penyampaian gagasan melalui sosial media. Hal tersebut memang berkaitan dengan
sempitnya waktu yang Paslon punya. “Saya pribadi cukup khawatir dalam
pencalonan ini sehingga memicu kinerja tim dan Paslon yang tidak maksimal,” ungkap
Tubagus, Sabtu (29/11). Ia pun menambahkan, asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia,
Jujur, dan Adil dalam pelaksanaan Pemilwa sebenarnya sudah terpenuhi meski belum maksimal.
Pada Debat Kandidat yang
diselenggarakan KPM pada Selasa (1/12) dini hari, Paslon Dema-U Nomor Urut 1 membahas terkait kajian strategis untuk prosedur
pengaduan mahasiswa di UIN Jakarta sebagai bentuk ruang aspirasi. “Saat ini, saya belum UIN Jakarta
memiliki platform digital yang hendak kami gagas untuk nantinya akan menjadi wadah penyaluran aspirasi,” jelas Paslon Dema-U Nomor Urut 1, Selasa (1/12).
Walau Paslon Dema-U Nomor
Urut 2 tak merespons wawancara terkait tantangan yang mereka lalui selama
proses Pemilwa, Institut turut mengutip gagasan mereka pada agenda Debat
Kandidat. Sama seperti Paslon oposisi, mereka menganggap media sosial dan ranah
digital merupakan hal yang
penting era kini. Semua bentuk kegiatan dan informasi semuanya terdigitalisasi. “Maka dari itu, kami menggagas
pemanfaatan teknologi sebagai bentuk acuan mahasiswa untuk bisa beradaptasi,” tutur perwakilan Paslon Dema-U Nomor Urut 2.
AP, FDY, NRPP