Per tanggal 5 Desember 2020, total pasien sembuh Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) mencapai 563,680 orang. Berdasarkan peta sebaran Covid-19 yang
terdapat pada laman resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 covid19.go.id,
kasus sembuh paling banyak ada di kelompok umur 31—45 tahun dengan presentase
31,04% dari total kasus positif 30,41%. Sedangkan di kelompok umur 19—30 tahun,
presentase sembuh adalah 25,36% dari total kasus positif 24,63%. Untuk rentang
umur 6—18 tahun, presentase sembuh adalah 8,89% dari total kasus positif 8,8%.
Dalam angka-angka tersebut, ada pula Mahasiswa Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi salah satunya. Adalah Mahasiswi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Firda Rahma (18), salah seorang penyintas Covid-19
yang sempat menetap di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran.
Ia mengatakan, Wisma Atlet menjadi tempat karantina baginya.
Berdasarkan pengalaman Firda pula, pihak Wisma Atlet menyediakan perawatan intensif untuk para pasien, seperti makanan bergizi, vitamin, hingga pemeriksaan kesehatan harian. “Selain itu, saya sempat mendapat bantuan vitamin dari pihak kelurahan,”
ungkapnya, Rabu (18/11).
Firda memiliki pengalaman menarik selama menetap di Wisma Atlet selama dua
minggu. Ia dapat berkumpul dan terhubung dengan pasien lainnya,
saling menguatkan untuk sembuh. Setelah kembali
ke rumah, Firda merasakan sikap masyarakat sekitar yang sedikit awas kepadanya dan keluarga. Sebagian dari mereka pun menghindari
interaksi langsung untuk mengurangi risiko tertular Covid-19.
Berbeda cerita, Mahasiswi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Alifia Nurmalia (19) membagikan pengalaman isolasi mandirinya di rumah. Berawal dari sang ayah yang sakit selama dua minggu, hasil tes usapnya mengatakan positif Covid-19. Alifia kemudian ikut
merasakan gejala-gejala Covid-19 seperti tak dapat mengecap rasa dan menghidu
bau. “Setelah itu, saya pun melakukan tes usap dan
ternyata benar positif,” imbuh Alifia.
Pun selama dua
minggu merasakan gejala yang mirip dengan flu biasa tersebut, Alifia sangat menjaga kesehatan dan imunitasnya. Menurutnya berdasarkan banyak pakar kesehatan, orang terpapar
Covid-19 dapat sembuh dengan rutin minum vitamin, olahraga, makan makanan bergizi, serta menstabilkan pikiran.
Apa yang Harus
Penyintas Lakukan?
Menurut informasi
dari Ketua Satuan Tugas Covid-19 UIN Jakarta Dokter Hari Hendarto, Universitas
Hong Kong pernah melaporkan kasus seorang pria yang kembali terinfeksi Covid-19 setelah dinyatakan sembuh. Namun, World Health Organization menyarankan untuk
tak mengambil kesimpulan berdasarkan satu kasus saja walau data tersebut juga tidak bisa diabaikan. Sejauh ini, belum ada penelitian yang mampu menjelaskan secara
pasti mengenai risiko infeksi ulang Covid-19. Sementara itu, hasil studi Universitas Monash secara definitif menunjukkan, pasien akan memiliki kekebalan terhadap virus dan
penyakit tersebut.
Penyintas Covid-19
pun sering kali masih menunjukkan gejala jangka panjang seperti mudah lelah, nafas pendek, dan batuk-batuk. Cara terbaik untuk mencegah komplikasi jangka panjang tersebut tidak lain ialah dengan mencegah infeksi ulang Covid-19. “Maka dari itu, baik yang pernah terpapar maupun belum, tetap harus mematuhi protokol untuk mencegah penularan dan meminimalisir risiko lebih lanjut,” imbuh Hari, Kamis (24/11). Jika terdapat
keluhan, penyintas dapat segera konsultasi kepada dokter atau tenaga kesehatan.
Hal tersebut turut
dijelaskan oleh Ketua Tim Laboratorium
Terpadu Layanan Molekuler Covid-19 UIN
Jakarta Dokter Erike Anggraini. Penyintas Covid-19 dapat tertular kembali karena strain atau subtipe
virus Covid-19 yang bermacam-macam. Sebagai contoh, terjadinya infeski pertama dan
kedua bisa jadi disebabkan oleh subtipe virus yang
berbeda.
Tidak ada squele (sisa gejala) secara klinis yang dominan pada Covid-19 ringan dan sedang. Namun pada infeksi Covid-19 berat yang mana memerlukan instalasi rawat intensif, pasien dapat mengalami gangguan fungsi paru meskipun hal tersebut jarang terjadi. Maka dari itu Erike menegaskan, penyintas Covid-19 tetaplah harus menjaga protokol kesehatan. “Covid-19 itu nyata dan protokol kesehatan yang kuat sangatlah membantu pencegahan penyebaran virus
tersebut”, tuturnya, Sabtu (19/11).
MYH, SHN