Kala orang lain dapat menikmati waktu lebih banyak di rumah karena pandemi,
lain halnya dengan sosok satu ini. Ia menghilangkan rasa takutnya demi menjadi
garda terdepan penanganan Covid-19.
Berbicara
soal pandemi, sosok Dokter Erike Anggraini tak perlu diragukan lagi. Sepak
terjangnya di bidang mikrobiologi klinik tak bisa diremehkan. Kini, dokter satu
ini terpilih sebagai Ketua Tim Laboratoriun Terpadu Layanan Molekuler Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tak hanya aktif praktik di laboratorium, ia juga menjadi
bagian dari tenaga pengajar FK UIN Jakarta sekaligus tenaga medis di Rumah Sakit
Sari Asih Ciputat dan Karawaci.
Lantas
apa sebenarnya mikrobiologi klinik itu? Menurut pemaparan dr Erike, bidang
mikrobiologi klinik merupakan ilmu yang mempelajari berbagai jenis
mikroorganisme dengan sifat dan diagnostik yang berbeda. Dengan begitu, ia
mengakui bidangnya masih belum dikenal publik secara luas dan belum banyak
diminati. Namun, di masa pandemi Covid-19 membuat spesialisasi ini mulai banyak
didengar publik. Hal ini karena dokter spesialis mikrobiologi klinik sangat
diperlukan pada bidang diagnostik dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Wanita
kelahiran tahun 1981 ini mengawali langkahnya sebagai tenaga pengajar FK UIN
Jakarta sejak tahun 2008. Pada awalnya, ia banyak membantu mengajar di bagian
pendidikan dokter, namun lambat laun dr Erike ditempatkan di bidang
mikrobiologi. Karena penempatannya tersebut, ia memutuskan untuk mengambil
spesialisasi mikrobiologi klinik di FK Universitas Indonesia. “Saat ini saya
tengah menyelesaikan disertasi saya yang berjudul resistensi antibiotik pada
pasien infeksi saluran kemih,” ungkap dr Erike via WhatsApp, Jumat (2/10).
Selain
menangani pasien Covid di rumah sakit tempat ia melakukan praktik, dr Erike
juga ditunjuk sebagai Ketua Tim Layanan Molekuler Covid di Laboratorium FK UIN
Jakarta. Jumlah sampel perhari yang harus ia periksa mencapai 70 hingga 100
sampel, dan seluruh hasil pemeriksaan sampel tersebut harus selesai sekitar dua
hingga empat hari. Belum lagi saat munculnya kasus resistensi antibiotik pada
pasien Covid dengan infeksi bakteri sekunder, hal itu menjadi tantangan
tersendiri bagi para spesialis mikrobiologi klinik di masa pandemi ini.
Untuk
menangani kasus tersebut, menurut Dokter Sari Asih Ciputat ini para spesialis
mikrobiologi klinik harus bisa mengedukasi metode dan prinsip Polymerase Chain
Reaction (PCR). PCR sendiri merupakan salah satu metode tes pendeteksi Covid-19 yang memerlukan pemahaman khusus. Selain itu, solusi yang bisa
dilakukan para spesialis mikrobiologi klinik adalah dengan memberikan
sosialisasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi Covid-19 baik di rumah
sakit maupun komunitas rasional.
Terlepas
dari ada atau tidaknya resiko penularan Covid-19 dari sampel dan pasien yang di
uji swab di laboratorium, membuat dr Erike harus siap menerima resiko apapun.
Namun ia yakin bahwa laboratorium terpadu Covid-19 FK UIN Jakarta sudah
memenuhi standar biosafety yang maksimal. Dari banyaknya aktivitas yang
menyita waktu dan tenaganya, dokter satu ini mengorbankan waktu istirahatnya
dengan tetap menjaga keseimbangan tubuh dengan makan-makanan yang bergizi.
Kedepannya
dr Erike berharap banyak dokter yang mengambil spesialis mikrobiologi klinik.
Sebab Indonesia berada di daerah tropis yang mana banyak sekali penyakit
infeksi yang berkaitan dengan mikroorganisme. Ditambah lagi dengan meningkatnya
kejadian resistensi antibiotik, sehingga tidak banyak pilihan obat pada kasus
infeksi, maka hal itu begitu membutuhkan peranan dan keahlian dokter spesialis
mikrobiologi klinik. “Semoga nanti banyak yang tertarik dengan spesialisasi
ini,” pungkas dr Erike, Jumat (2/10).
UIN Jakarta Miliki Laboratorium Pemeriksaan
Molekuler Covid-19
UIN Jakarta
kini memiliki Laboratorium Terpadu Layanan Molekuler
Covid-19. Laboratorium diresmikan pada Selasa (2/6) dan berlokasi di Gedung
FK UIN Jakarta. Laboratorium tersebut digunakan sebagai
tempat pemeriksaan molekuler realtime Polymerase Chain Reaction (PCR)
Covid-19 dan sebagai laboratorium jejaring di wilayah Provinsi Banten.
Saat ini, para tim yang bertugas sudah melakukan pemeriksaan
pada 3.500 spesimen dari berbagai fasilitas kesehatan dan instansi. Laboratorium
tersebut menyediakan layanan pemeriksaan gratis dengan dua hingga empat hari waktu penyelesaian. Sementara itu, pemeriksaan mandiri hanya butuh waktu sekitar satu hingga dua hari.
Erike pun mengungkapkan, adanya laboratorium tersebut sebagai bentuk sumbangsih dari
FK UIN Jakarta untuk turut aktif berkontribusi dalam melakukan diagnosis
molekuler di masa pandemi. “Itu bentuk sumbangsih karena kami memiliki dokter
di bidang mikrobilogi klinik, patologi klinik, dan lulusan di bidang
molekuler,” tutur Erike, Rabu (30/9).