Oleh: Firda Amalia, Pria Mulya
Siapa tak tahu Habib Rizieq Shihab (HRS), namanya tak asing dalam pemberitaan media akhir-akhir ini. HRS ialah tokoh Islam yang memiliki pengikut cukup banyak. Karismanya membuat HRS dipuja dan dimuliakan
oleh para pendukungnya. Ia tidak lain merupakan pemimpin tertinggi dari
Front Pembela Islam (FPI), sebuah organisasi masyarakat dengan pengikut yang tak sedikit.
Berbagai isu berkembang terkait
kepulangan HRS, membuat para pengikutnya semakin bertanya-tanya mengapa pemimpin
FPI itu belum juga kembali ke tanah air. Setelah
penantian yang cukup lama, HRS akhirnya tiba di Indonesia dengan sambutan
ribuan pendukungnya yang memadati Bandara Soekarno Hatta, Selasa (10/11). Massa membludak saat menghadiri acara
penyambutan HRS, menandakan sukacita dan kerinduan terhadap Imam besar tersebut. Tak hanya
masyarakat biasa, para tokoh publik pun berlomba-lomba mengunjungi kediaman HRS
dengan dalih menjalin silaturahim.
Kembalinya HRS ke Indonesia
membangkitkan semangat para pendukungnya hingga berita-berita mengenai beliau
masih menjadi topik utama media nasional. Bahkan, media asing tak ketinggalan memuat berita
mengenai kepulangan HRS. Salah satu isu yang diangkat dan menjadi perbincangan
publik adalah mengenai “Revolusi Akhlak”, salah satu jargon HRS yang belakangan ini ditiru dan
diucapkan banyak orang.
Revolusi akhlak digadang-gadang sebagai gerakan yang bertujuan memperbaiki tatanan negara
Indonesia dan juga akhlak masyarakat karena menurutnya masih banyak kezaliman
yang terjadi di negara ini. Dalam seruan tersebut, HRS ingin memperbaiki kezaliman pemerintah seperti korupsi dan ketidakadilan lainnya. Selain itu, HRS juga ingin menjauhkan masyarakat dari
perbuatan maksiat menjadi akhlak yang diajarkan Rasulullah Saw.
Namun, masih belum jelas bagaimana
dilakukannya gerakan revolusi akhlak yang dimaksud Habib Rizieq. Baru-baru ini, HRS mengumumkan bahwa beliau akan keliling indonesia
dalam waktu dekat untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi kepada para habib,
kiai, serta ulama di berbagai daerah demi
menyukseskan langkahnya menjalankan revolusi akhlak.
Menurut Juru Bicara Wakil Presiden Ma’ruf
Amin Masduki Baidlowi—dikutip dari detik.com—semua ulama dan habib pada dasarnya punya tugas revolusi akhlak. Sebuah hadis mengatakan, Nabi pun diutus semata-mata
untuk menyempurnakan akhlak. Dengan harapan, negeri ini akan aman dan tidak ada gejolak.
Gerakan seperti ini memang patut
dilakukan untuk memperbaiki jalannya pemerintahan di Indonesia. Tak dapat
dipungkiri, masih banyak praktik korupsi
dan ketidakadilan yang terjadi. Walaupun cocok untuk pemerintahan Indonesia, belum tentu gerakan tersebut dapat diterapkan untuk semua
masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku. Revolusi akhlak dilandaskan pada ajaran
Islam dan Rasulullah Saw. yang pastinya tidak semua masyarakat Indonesia setuju dengan ajaran itu. Sebagai contoh, minuman berakohol bertentangan
dengan akhlak baik menurut agama Islam, tetapi belum tentu demikian menurut
agam lain.
Revolusi akhlak dapat disesuaikan untuk semua masyarakat, tetap dengan tujuan memperbaiki jalannya pemerintahan. Gerakan ini diharapkan dapat membuat jalannya pemerintahan di Indonesia menjadi lebih baik
diiringi dengan semua masyarakat yang dapat hidup sesuai ajaran agama masing-masing.