Siapa tak suka sesuatu yang gratis? Apalagi, bisa mendapatkan sesuatu
secara gratis merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Mulai dari
menonton film maupun mendengarkan musik dari suatu situs atau aplikasi, mengikuti seminar gratis, hingga meminta ‘harga teman’ atau bahkan tidak mengeluarkan duit sepeser pun ketika menggunakan jasa teman atau kerabat.
Secara tidak langsung, hal yang seringkali dianggap sepele tersebut mungkin dapat merugikan banyak pihak. Misalnya, sineas dan musisi yang tentunya tercederai hak kekeyaan
intelektualnya atas karya yang susah payah mereka ciptakan. Tak hanya itu, pun ketika seseorang
meminta jasa cuma-cuma dari teman atau kerabat yang memiliki usaha tertentu,
atau setidaknya berharap mendapat harga miring. Alih-alih mendukung usaha
tersebut, ini malah menjadikannya bangkrut karena tak dapat pemasukan.
Lain halnya dengan dua kasus di atas, di kalangan
mahasiswa juga sering kali terjadi hal serupa. Pasti, mahasiswa identik dengan
uang saku yang sedikit. Banyak di antara mereka seringkali mengincar seminar
gratisan atas imbauan senior hanya untuk makanan yang diberikan. Meski tidak merugikan pihak mana pun, mental gratisan ini tampaknya sebisa mungkin harus dihindari
oleh para mahasiswa.
Padahal, fasilitas yang diberikan tentu tak mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Terlebih, jika terdapat atau banyak
hal-hal yang tak ter-cover oleh pihak kampus. Namun jika harus
mengadakan seminar berbayar, panitia seminar kemudian sanksi akan hanya sedikit
mahasiswa atau peserta yang datang. Solusinya, panitia seminar lagi-lagi harus
menekan biaya dari beberapa sisi seperti cendera mata, pembicara, atau yang
lainnya.
Kalau saja mahasiswa benar-benar niat
untuk mengikuti seminar dan rela merogoh
kocek untuk datang ke
suatu seminar, kualitas seminar-seminar di kalangan mahasiswa juga akan semakin membaik. Sah-sah saja jika mahasiswa ingin mengikuti
seminar gratis, mengingat setiap mahasiswa juga memiliki latar
belakang ekonomi yang berbeda. Namun selagi
mampu, tak
ada salahnya jika harus mengeluarkan biaya untuk
mengikuti seminar, setidaknya sebagai bentuk apresiasi untuk pelaksananya.
Ternyata, sikap tersebut mempunyai penjelasan ilmiahnya.
Dilansir dari Kompas.com, secara psikologi
ketika manusia menemukan ada sesuatu yang bisa mereka dapatkan secara gratis,
mereka berpikir bahwa diri mereka istimewa. Selain itu, hal-hal gratis membuat
mereka merasa mampu mendapatkan sesuatu tanpa perlu mengeluarkan upaya
maksimal. Menurut Kristina Shampanier—konsultan Ekonomi dari Boston—ada reaksi positif ekstrem yang mengaburkan penilaian manusia ketika
mereka ditawari sesuatu yang bersifat gratis. Hal tersebut membuat mereka siap
untuk meninggalkan opsi, yang secara rasional lebih baik bagi mereka.
Aldy Rahman