Oleh: Fitha Ayun Lutvia Nitha*
Pemerintah Republik Indonesia telah menerapkan segala protokol
guna menekan percepatan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Namun, seperti yang kita ketahui, banyak dari
masyarakat yang tetap melanggar imbauan yang ada. Beberapa waktu terakhir,
muncullah tagar #IndonesiaTerserah di
media sosial Twitter yang kemudian
menjadi tren.
Tagar
tersebut juga menjadi gambaran atas kekecewaan para rekan medis yang
selama ini menjadi garda terdepan dalam penangan Covid-19. Mereka mulai lelah
dengan cara masyarakat Indonesia menyikapi pandemi Covid-19. Bagaimana tidak? Di saat
dokter, perawat, dan sejawat tenaga kesehatan lain berperang sebagai benteng
terakhir, tak
sedikit masyarakat yang
masih acuh tak
acuh. Pada cuitan seorang dokter di akun Twitter-nya
@ferdiriva, ia bahkan mengunggah video berisi sindiran untuk orang-orang yang dikatakan
“keluyuran gak penting”, “jalan-jalan
ke mal”, dan “ngumpul bareng
teman-teman”.
Ada
orang yang bahkan secara gamblang menyerukan untuk tak perlu memakai
masker dan bersikap berlebihan. Merespons kejadian itu, Dokter Tirta
Mandiri Hudi hanya
bisa geleng kepala. Di akun Instagram-nya
@dr.tirta, Dokter Tirta
mengunggah foto rekan dokter dengan alat pelindung diri lengkap, memamerkan secarik kertas yang tertulis “Indonesia?
Terserah!!! Suka-suka kalian saja”.
Melihat hal tersebut, benarkah Indonesia sudah
melewati fase kritis penyebaran Covid-19? Atau, masyarakat hanya sekadar ingin sejenak
rehat dari rasa penat? Adalah miris melihat kondisi Indonesia yang sedang rancu
seperti ini. Jika
melihat perkembangan data Covid-19 yang terus meningkat, entah
siapa yang patut
disalahkan. Pemerintah
yang kurang tegas atau malah rakyatnya yang bandel?
Kenaikan angka
penyebaran Covid-19 pada Mei silam bahkan sempat meghebohkan penduduk Indonesia.
Dilansir dari Cable News Network (CNN) Indonesia, juru
bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto
mengatakan, per Kamis (21/5) peningkatan kasus pasien positif menyentuh angka
tertinggi sebesar 973
orang. Menanggapi peningkatan tersebut, jelas masyarakat harus ikut koreksi
diri. Masyarakat seharusnya dapat lebih
bijak dalam bertindak, banyak jiwa yang perlu diselamatkan.
Pemerintah memang telah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
dengan harapan dapat meminimalisir
penyebaran Covid-19. Namun
kenyataannya, dilansir
dari detik.com, data
hasil PSBB dan kebijakan pandemi Covid-19 di Indonesia paling tidak
sukses atau bahkan buruk dibanding dengan tingkat kesuksesan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Katanya PSBB, nyatanya bandara banjir pemudik. Kegiatan ibadah dikurangi, tetapi
masyarakat
malah berbondong-bondong ke pusat perbelanjaan.
Pemerintah
pun langsung
mengambil langkah baru, mencoba memberikan solusi dengan menyambut fase normal baru atau biasa disebut new normal di tengah pandemi ini. Normal baru yang akan
diterapkan di beberapa kota ini terdiri dari lima
fase, mulai dari
pengoprasian industri, pembukaan mal dan toko, pengaktifan pendidikan, hingga evaluasi yang akan tetap
berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Oleh karena itu, hemat penulis, perlu kiranya masyarakat
Indonesia menunjukkan kepedulian akan negaranya. Sampingkan sifat egoisme antar
individu, tidak saling
menyalahkan, pun
bersatu untuk menegakkan program pemerintah dalam
penanganan Covid-19. Sebisa mungkin meminimalisir kegiatan di luar rumah, tetap berhati-hati,
serta stay safe. Tertib menuju Indonesia bisa!
*Penulis
merupakan Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.