Masjid Raya Labui
menjadi bukti sejarah peninggalan keislaman Kesultanan Aceh Darussalam. Banyak
wisatawan domestik dan mancanegara turut mengunjungi masjid ini untuk wisata
religi dan menikmati estetis bangunan masjid yang khas nan menawan.
Aceh sebagai
wilayah yang dikenal dengan julukan serambi mekah menyimpan banyak bangunan sejarah
peninggalan bernuansa ke-Islaman, salah satunya yakni Masjid Raya Potemeureuhom
Labui. Masjid Raya Potemeureuhom Labui didirikan oleh Sultan Iskandar Muda pada
1612 M. Di era kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami puncak
kejayaan dan meraih predikat kerajaan Islam digdaya se-Asia Tenggara.
Secara geografis,
Masjid Raya Potemeureuhom Labui terletak di samping di Jalan Lingkar Keuniree,
Kabupaten Pidie, Aceh. Jika dilalui dari pusat Kota Sigli hanya berjarak kurang
lebih 4 kilometer. Waktu tempuh sekitar
10 menit dari pusat Kota Sigli menggunakan kendaraan roda dua.
Di awal
pendiriannya, Masjid Raya Potemeureuhom Labui dibangun menggunakan kayu beratap
rumbia. Dinding masjid terbuat dari batu dicampur kapur. Bahkan menurut
penuturan Bilal Masjid, Teungku Muhammad Yasin Yunus, sumur tua yang berada di
sekitar Masjid Raya Potemeureuhom Labui berbahan dasar telur yang dicampur
dengan kapur.
Di dalam Masjid Raya
Potemeureuhom Labui, terdapat mimbar yang sudah berusia ratusan tahun dengan
arsitektur China dan terdapat banyak ukiran pada sekeliling mimbar. Meski
mimbar ini sudah berusia ratusan tahun, namun sampai sekarang mimbar tersebut
masih bisa digunakan ketika khotbah Jumat. Bukan hanya itu, mimbar ini kerap
kali diperbaiki namun tidak mengubah bentuk aslinya. “Meski mimbar tersebut
sudah ada penambahan dan modifikasi, tapi masih tetap menyerupai bentuk
aslinya,” ujar Yasin, Senin (15/6).
Salah satu yang
paling menarik ialah tongkat Iskandar Muda. Masyarakat sekitar biasa
menyebutnya dengan tongkat Potemeureuhom. Tongkat ini terbuat dari campuran
emas, kuningan, dan tembaga. Konon menurut cerita warga sekitar, dahulu tongkat
tersebut digunakan oleh Iskandar Muda untuk mengusir ancaman bangsa asing yang
hendak menyerang Aceh dan ditinggalkannya di Masjid Raya Potemeureuhom Labui
ketika Iskandar Muda hendak melanjutkan perjalanan.
Keberadaan Tongkat
Potemeureuhom dipercaya oleh sebagian masyarakat sebagai obat dan berkat. Salah
satu pengunjung masjid mengungkapkan kedatangannya ke Masjid Raya Potemeureuhom
Labui bertujuan untuk mengambil berkat dari air yang disiram ke tongkat
Potemeureuhom. “Saya membawa anak saya untuk dimandikan dengan air tongkat
tersebut agar mendapat berkat,” ujarnya, Senin (15/6). Bentuk pengambilan air
tongkat tidak dikenai biaya, hanya cukup memberi sedekah ke dalam celengan
masjid.
Di area Masjid Raya
Potemeureuhom Labui juga terdapat benteng pertahanan yang mengitari masjid.
Benteng ini dikenal dengan nama Diwai. Namun kini keberadaan benteng tersebut
sudah tidak bisa dilihat lagi keindahannya karena telah diruntuhkan saat
pembangunan masjid baru yang berukuran lebih besar.
Pengurus Masjid
Raya Labui Teungku Zainal Abidin mengungkapkan, masjid yang dibangun dengan
luas sekitar 922 meter persegi merupakan
masjid kedua yang dibangun oleh Iskandar Muda di Aceh. “Masjid ini menjadi masjid kedua yang
dibangun oleh Iskandar Muda setelah Masjid Raya Baiturrahman,” ungkap Zainal, Senin
(15/6).
Banyak para
wisatawan berkunjung ke Masjid Raya Potemeureuhom Labui ini. Selain wisatawan
domestik, wisatawan asing dari berbagai negara pun turut berkunjung. “Wisatawan
yang datang biasanya dari luar Aceh dan luar negeri, termasuk Malaysia,
Australia, Inggris, bahkan Prancis berkunjung ke sini,” tutur Yasin. Selain menyiratkan
nilai sejarah Aceh, Masjid Raya Potemeureuhom Labui ini memiliki beberapa keunikan
yang tidak bisa ditemui di masjid lain, seperti keberadaan tongkat
Potemeureuhom dan masjid khas Aceh namun bernuansa arsitektur Cina.
Bagi para pecinta
wisata religi sekaligus sejarah, Masjid Raya Potemeureuhom Labui ini sangat
cocok untuk menjadi destinasi liburan ke Aceh. Di sini, pengunjung bisa
berwisata religi dengan beribadah di masjid sekaligus menikmati keindahan
arsitektur Masjid Labui yang menawan. Bangunan masjid dengan ciri khas kubah
biru muda, pilar-pilar penyangga dengan hiasan kaligrafi, dan balai balai nan
rapi tersusun berderetan di sekitar masjid.
Amrullah