Judul: Lingkar
Tanah Lingkar Air
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2015
Tebal: 168 halaman
Tebal: 168 halaman
Pemerintah
Indonesia pada 1946 berada dalam tahap pemulihan, membentuk Tentara Republik
yang siap menghadapi
Belanda. Menghadapi pergolakan perang yang terjadi, Tentara Republik membutuhkan bantuan
para pemuda. Tokoh agama turut berperan dalam hal ini, salah satunya Kyai
Ngumar yang berhasil membawa anak didiknya di pesantren untuk bertempur melawan
Belanda. Banyak pemuda kampung turun ke dalam kancah perjuangan bersenjata. Pemuda
pejuang terdiri dari Amid, Kiram, dan pemuda lainnya di bawah naungan Hizbullah.
Perjuangan
mereka berhasil. Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia (RI) secara resmi. Setelah Indonesia
merdeka, keluar perintah agar pasukan Hizbullah meleburkan diri ke dalam Tentara Republik atau membubarkan diri dan
kembali ke kehidupan normal dalam masyarakat. Amid—pemuda yang memiliki tekad
besar—bermimpi
menjadi bagian dari tentara resmi negara. Atas arahan dari Kiai Ngumar, Amid
dan pemuda lainnya bersedia diangkut dengan kereta untuk pergi ke Purwokerto dan dilantik secara resmi.
Namun,
sebuah peristiwa membelokkan tekadnya. Dalam pengangkutan kereta, anggota Hizbullah
justru diserang dengan serangkaian peluru. Guna menepis
serangan itu, mereka membalas dengan menembak dan bertempur serempak. Merasa
telah dikhianati, anggota Hizbullah pergi menuju ke Somalangu dan pada akhirnya
Amid beserta pemuda lainnya memilih bergabung dan masuk menjadi anggota laskar Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang menentang Pemerintah RI. Organisasi Darul Islam
ini menjadi buronan pemerintah karena sering berbuat kisruh dan fatalnya,
memiliki visi tuk membentuk negara baru yang berlandaskan Islam. Meskipun telah
ditetapkan bahwa pemerintah republiklah yang sah.
Tentara
Republik menganggap Amid, Kiram, dan pemuda lainnya sebagai pemberontak. Seiring
berjalannya waktu, kekuatan Darul Islam semakin lama semakin melemah. Bahkan,
anggota Darul Islam semakin hari semakin menipis karena sebagian anggotanya
tewas bertempur. Dalam pertempuran melawan pemerintah, Amid seringkali
diombang-ambingkan rasa bersalah oleh karena pasukannya sering memerangi warga
seagama. Pergolakan batin terjadi dalam diri di mana segala hal nista yang
telah dilakukannya diatasnamakan Islam, mulai dari merampok hingga membunuh
para Tentara
Republik.
Pada
Juni 1962, datang seorang anggota Darul Islam yang bermarkas di wilayah Gunung
Slamet untuk membawa kabar tertangkapnya Khalifah DI/TII Sekarmadji Maridjan
Kartosuwirjo dan memberitahu pesan dari khalifah tersebut untuk menyerukan
seluruh laskarnya menyerahkan diri dengan jaminan pengampunan nasional yang
dikeluarkan oleh Pemerintah RI.
Mendengar kabar tersebut, Amid, Kiram, dan kawan lainnya dibuat bimbang.
Setelah perdebatan diantara rekannya yang lain. Namun, pada akhirnya mereka
memutuskan untuk mematuhi seruan tersebut.
Keeseokan
harinya, Amid beserta kawan lainnya pergi menuju Porwokerto kemudian diangkut ke sebuah penampungan.
Selama sebulan, mereka mendapat indoktrinasi dan kegiatan-kegiatan yang lain. Usai menjalani segala
macam kegiatan di sana. Pada akhirnya, Amid, Kiram, beserta teman lainnya
dibebaskan dan dikembalikan ke kampung halamannya. Mereka pun merasakan makna hidup dengan
keluarga.
Tiga
tahun berselang, Amid, Kiram dan kawan-kawan lainnya diminta oleh tentara untuk
membantu menumpas pasukan komunis yang bertahan di hutan jati. Mereka memberi
informasi mengenai pasukan komunis yang berbasis disekitar hutan jati kepada tentara
dan menjadi petunjuk jalan bagi Tentara Republik
dalam operasi menangkap pasukan komunis. Mereka kembali mengangkat senjata,
atas nama Tentara RI, mereka bersama tentara bertempur menumpas pasukan PKI.
Hingga akhir cerita, Amid meninggal dunia dalam medan peperangan melawan PKI.
Novel
Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari ini menarik untuk dibaca
karena menggambarkan sebuah peristiwa sejarah selama kemerdekaan Indonesia.
Dengan membaca novel ini, kita tahu sedikit tentang sejarah DI/TII. Selain itu, novel ini
juga menyiratkan nasihat-nasihat
bijak dari kiai yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan, seperti pesan Kiai
Ngumar yang selalu mengajarkan anak didiknya untuk cinta tanah air dan nyalakan
api semangat tuk berjuang di medan perang melawan Belanda.
Ika Titi
Hidayati