Terhitung sejak Selasa (3/3), pandemi Corona
Virus Disease 2019 meyebar di Indonesia, sehingga
membuat pemerintah menganjurkan physical distancing atau menjaga jarak
dengan orang lain. Hal ini memicu seluruh perguruan tinggi untuk melanjutkan aktivitas perkuliahan dengan memberlakukan Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) yang didukung oleh beberapa aplikasi kuliah dalam jaringan (daring). Maka tak heran, beberapa aplikasi tersebut kini menjadi sorotan bagi mahasiswa.
Aplikasi kuliah daring yang banyak digandrungi mahasiswa dan dosen di antaranya adalah Zoom, Google Classroom,
ataupun melalui Whatsapp Group. Ada pun beberapa
aplikasi lain seperti Edmodo, Jitsi Meet, Google Meet, serta situs web e-learning kampus menjadi pilihan tersendiri bagi beberapa mahasiswa lainnya.
Beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang menggunakan situs web e-learning milik kampusnya sendiri misalnya Insitut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan dan Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI). Kedua perguruan tinggi tersebut lebih
memilih sistem PJJ menggunakan situs web e-learning sendiri dibanding dengan aplikasi kuliah daring lainnya.
Sedangkan beberapa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)
seperti, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta banyak menggunakan aplikasi Zoom dan Google Classroom.
Lain halnya dengan UIN Sumatera Utara yang telah meresmikan aplikasi Jitsi Meet dengan server video conference
dalam laman vcon.uinsu.ac.id pada Rabu (1/4) lalu.
Dalam kegiatan PJJ, salah satu fungsi yang penting adalah
adanya fasilitas video conference.
Pusat Teknologi dan Pangkalan Data (Pustipanda) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
juga menyarankan mahasiswa serta dosen UIN Jakarta untuk menggunakan aplikasi Google Meet karena telah menjalin kerja sama. “Seluruh Mahasiswa dan Dosen UIN Jakarta
bisa menggunakan Google Meet secara gratis tanpa batasan durasi menggunakan e-mail UIN Jakarta
masing-masing,” Jelas Kepala
Pustipanda Muhammad Qomarul Huda,
Kamis (9/4).
Namun kenyataannya, UIN Jakarta pun hanya menyediakan
kuota internet gratis untuk penggunaan Academic Information
System (AIS) saja. Sama seperti kebanyakan PTKIN lainnya, hampir seluruh Dosen UIN Jakarta menggunakan aplikasi di luar AIS untuk
melangsungkan perkuliahan daring. Padahal, jika berkaca
dengan ITB Ahmad Dahlan dan UBSI yang menggunakan situs web e-learning milik universitas, kuota
internet gratis akan terpakai dengan maksimal.
Menurut pihak Pustipanda, hal ini terjadi karena para pengguna AIS belum familiar menggunakan
fasilitas tersebut. Tak hanya itu, Qomarul juga menyebutkan hal lain yang menjadi kendala AIS kurang
efektif untuk PJJ. Kendala infrastruktur sistem yang belum memadai lagi-lagi menjadi alasan klasik yang menghambat perkuliahan daring. Menurut penjelasannya, saat ini yang tercakup koneksi internet hanya meliputi ruang kerja para
staf dan pimpinan serta sebagian ruang-ruang meeting. “Untuk ruang kelas
dan ruang publik belum tercakup koneksi internet,” pungkas Qomarul.
Nurlailati Qodariah & Maulana Ali Firdaus