Selain social
distancing, cuci tangan juga menjadi hal yang penting sebagai upaya
pencegahan penularan virus Corona. Hand
Sanitizer (HS) menjadi pilihan masyarakat untuk membersihkan tangan mereka
saat berkegiatan di luar rumah. Namun akibat panic buying, keberadaan HS di pasaran mengalami kelangkaan dan
harganya pun melonjak tinggi.
Membaca situasi tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
(Fikes) Zilhadia menginisiasi pembuatan HS yang kiranya dapat menjawab kebutuhan
masyarakat saat ini. Ia menggandeng Kepala Program Studi Farmasi dan para Mahasiswa Farmasi untuk ikut andil dalam proses produksi. Mereka membagikan HS secara gratis ke pihak universitas dan masyarakat sekitar.
“Dari Senin hingga Rabu lalu, kami berhasil memproduksi seribu botol HS,” ujar
Zilhadia, Jumat (20/3).
HS bernama Shihah
merujuk pada bahasa Arab yang memiliki arti sehat. Dengan begitu, Zilhadia
berharap pengguna Shihah akan sehat
dan selalu dalam lindungan Allah Swt. Walau di tengah pandemi Corona ini. Distribusi Shihah mulai dilakukan sejak Selasa (17/3). Setiap fakultas
masing-masing mendapat sepuluh sampai dua puluh botol. Ada pun sebanyak tiga
ratus botol didistribusi melalui Social Trust Fund.
Selain berasal dari Dana Pengabdian Masyarakat Dosen Farmasi,
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Amany Lubis
turut menambahkan anggaran produksi Shihah.
Tim Produksi Shihah pun dapat
memproduksi lebih banyak HS. Sehingga, Rektor juga ikut mendistribusikan 250
botol Shihah langsung kepada
masyarakat. “Sisanya, akan kami bagikan lagi ke masyarakat sekitar dan unit-unit kampus lainnya,” ungkap Zilhadia.
Ke depannya, Zilhadia berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat tersebut jika ada dana dan bahan baku. Selain itu, sulitnya mendapat
persediaan botol wadah HS juga menjadi kendala. Zilhadia menambahkan, harganya
pun naik mencapai dua kali lipat. Terhalang kendala tersebut, salah seorang Mahasiswa Farmasi Ade Nur pun
berencana menggalang dana agar bisa memproduksi HS secara mandiri bersama
kelompok mahasiswa farmasi lainnya.
Ade mengatakan, inisiatifnya juga merupakan wujud dari
penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi—Pengabdian Kepada Masyarakat. Dengan menjadi
relawan, ia dapat menerapkann ilmunya sebagai
mahasiswa farmasi untuk ikut merancang proses produksi. “Sesuai dengan
kompetensi seorang farmasi, berusaha di saat genting untuk membuat produk gratis
untuk masyarakat,” kata Ade, Jumat (20/3).
Selain Dosen dan Mahasiswa Farmasi, terdapat salah satu
program studi yang juga memproduksi HS dan membagikannya secara gratis. Proses
produksi dibiayai secara mandiri oleh seorang dosen dan dibantu oleh para
mahasiswanya. Pada Rabu (18/3), mereka telah memproduksi seratus botol HS dan
mendistribusikannya ke beberapa masyarakat dan sudut-sudut fakultas seperti
musala, ruang sidang, dan tempat fingerprint.
“Hanya produksi sekali dan stoknya terbatas,” ungkap dosen yang bersangkutan,
Jumat (20/3).
Sefi Rafiani & Muhammad Silvansyah Syahdi M.