Revolusi
digital merubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan di era yang
serba digital saat ini, salah satunya dengan adanya dompet digital. Beserta
segala kepraktisannya, membawa dampak dan respon yang baik khususnya masyarakat
Indonesia.
Saat ini kita hidup di zaman globalisasi atau yang sering disebut
zaman modernisasi. Tidak dapat dipungkiri,
perkembangan teknologi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut membawa perubahan besar pada semua aspek kehidupan manusia, tak
terkecuali dalam urusan finansial.
Beberapa tahun belakangan, istilah e-wallet atau dompet
digital sangat akrab di telinga masyarakat khususnya kaum milenial. Dompet
digital adalah aplikasi elektronik yang bisa digunakan untuk membayar transaksi
secara online. Mekanisme
pembayaran atau transaksi saat ini makin canggih. Tanpa kartu dan tanpa uang
tunai, melainkan hanya bermodalkan smartphone yang kita punya.
Kemunculan dompet digital tidak hanya didasari oleh perkembangan
teknologi, melainkan ada dorongan dari kebutuhan masyarakat. Itu senada dengan ungkapan salah satu Dosen Sistem Informasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta Bayu Waspodo saat ditemui di ruangannya. “Masyarakat mencari solusi tanpa membutuhkan cara yang membingungkan.” ujarnya,
Senin (11/11).
Tanggapan yang sama juga diungkapkan oleh Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis (FEB) Amilin. Ia menyambut baik munculnya e-wallet di kalngan masyarakat.
“Banyak keuntungan
dibandingkan transaksi sebelumnya. Cepat,
praktis, cashless, dan tentunya lebih aman,” tutur Amilin ketika ditemui di ruangannya, Senin (18/11).
Oleh karena itu, milenial sebagai generasi yang melek akan
teknologi dan hidup di tengah internet of things dianggap lebih dapat
menyesuaikan diri dengan budaya baru, seperti transaksi nontunai. Transaksi
yang sifatnya praktis dan mudah sangat cocok dengan karakteristik milenial saat
ini. Beberapa aplikasi dompet digital seperti OVO, GoPay, dan DANA
menjadi sesuatu yang tak asing lagi di telinga masyarakat.
Adanya dompet digital ini cukup mendapat respons
baik di kalangan mahasiswa. Seperti yang diungkapkan Indah,
salah satu Mahasiswi Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Jakarta, ia menggunakan dompet digital karena perkembangan teknologi yang
dinamis dan mengikuti zaman, “Kita gak selamanya bayar menggunakan cash karena
terbatas sama waktu dan juga jarak,” ujarnya, Kamis (7/11).
Tak hanya Indah, Mahasiswi
Fakultas Ushuluddin Ihda Wardatul Husna juga mengungkapkan hal yang sama.
Karena kemudahan dan kepraktisan, ia
lebih memilih cashless dari pada tunai dalam melakukan transaksi. “Saya
jarang menyimpan uang tunai di dompet, soalnya lebih sering menggunakan dompet
digital,” ungkap Ihda, Jumat (15/11).
Dompet digital tak
dapat dihindari dengan pertumbuhan transaksi digital yang cepat. Begitu juga dengan segala kemudahan yang diberikan sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan ekonomi. Dekan FEB Amilin juga mengatakan, orang dipaksa beralih ke transaksi digital. “Mau tidak mau, keberadaan dompet digital perlu
disadari,” ujarnya, Senin (18/11).
Tak hanya itu, berbagai penawaran menarik ditawarkan untuk menarik
pengguna atau konsumen seperti
cashback, promo, bahkan gratis ongkir. Bayu Waspodo mengatakan, promo yang
diberikan sebuah perusahaan itu
bertujuan agar mereka bisa dikenal dan membuat penggunanya belajar
menggunakan sistem mereka. “Sebab kalau
mereka sudah membuat sistem atau aplikasi tapi tidak ada penggunanya,
buat apa?” tuturnya dengan
retoris, Senin
(11/11).
Ketika dilihat dari trennya, ada hal menarik di balik penerapan
dompet digital. Misalnya, GoPay yang
bisa melakukan transaksi lebih banyak dibandingkan dengan bank. Seperti yang
diungkapkan Bayu Waspodo, padahal GoPay bukanlah
institusi keuangan dan juga tidak punya izin resmi seperti bank, tetapi menangani transasksi yang cukup besar.
Herlin Agustini