Judul: Orang-Orang
Biasa (Ordinary People)
Penulis: Andrea
Hirata
Cetakan Pertama, Februari 2019
Genre: Fiksi
Penerit: Bentang
Pustaka
Halaman: 300
Belenggu
kemiskinan tak membuat semangat hidup pudar. Serangkaian aksi sepuluh sekawan menembus
batas tak beraras.
Belantik
merupakan sebuah kota kecil yang terletak di pesisir laut. Kota ini penduduknya
hidup bersahaja, tenteram, aman, bahkan tidak ada tindak kriminal sekalipun. Bahkan dua orang polisi yaitu Inspektur Abdul Rojali dan Sersan P. Arbi begitu tertekan lantaran sudah cukup lama dia hanya berdiam diri di
ruang kerjanya, tidak kunjung
mendapatkan aksi heroik seperti menangkap maling dan membasmi penjahat.
Terkisah
sepuluh sahabat terdiri dari Dinah, Debut, Salud, Tohirin, Rusip, Nihe,
Junilah, Sobri, Honorun, dan terakhir Handai. Sepuluh sekawan ini
memiliki nasib yang tidak beruntung sejak kecil. Mereka adalah murid-murid yang
tergolong bodoh di kelas dan berasal dari keluarga miskin. Sepuluh sekawan ini
pun sering menjadi sasaran penindasan yang dilakukan oleh Trio Bastardin dan
Duo Boron. Setelah dewasa, dua geng penindas itu pun hidup dalam kedamaian dan
sentosa. Lain halnya dengan kehidupan sepuluh sekawan kelompok Debut, yang
hidup dalam belenggu kemiskinan, tak jauh berbeda dari kisah masa kecilnya.
Misalnya Dinah, Setelah dewasa, Ia harus
kehilangan suaminya karena kekurangan biaya untuk mengobati sang suami yang
sakit keras. Pada akhirnya ia harus rela berjualan mainan anak-anak demi
menghidupi keluarganya. Yang terparah, Ia harus membuat anaknya, Aini, tidak
bisa melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran.
Berbanding terbalik, Kehidupan Trio Bastardin
dan Duo Boron saat dewasa justru dipenuhi dengan kemewahan. Kekayaan yang
mereka peroleh berasal dari tindak kejahatan yang tergolong besar, yaitu Mereka
terlibat konspirasi pencucian uang rakyat. Harta yang diperoleh dari aksi
kriminalnya, dialirkan untuk mendirikan usaha Toko Batu Mulia.
Kegelisahan dan kesulitan yang dialami Dinah,
membuat Dinah mengunjungi teman semasa SMA nya bernama Debut untuk mengadukan
permasalahannya. Akhirnya Debut memberikan ide untuk menyusun skenario
pencurian di Bank. Kemudian Debut pun mengumpulkan sepuluh sahabatnya di masa kecil
yang memiliki nasib yang sama. Lantas
mereka mulai merencanakan strategi pencurian secara terorganisir.
Hari dilaksanakan aksi perampokan pun tiba, Jumat
pukul 15.00 bertepatan dengan pawai tarian 1000 topeng monyet di Belantik.
Sepuluh sahabat ini dibagi menjadi 2 tim. Mobil tim 1 berada paling depan dan
tim 2 di belakang. Strategi perampokan hampir berhasil dilakukan. Namun sayang,
ketika tim 1 sudah hendak menuju brankas, Debut sang ketua justru memberikan
instruksi untuk segera meninggalkan Bank. Akhirnya tim 1 pun lekas meninggalkan
bank tanpa membawa uang sepeser pun.
Atas instruksi Debut, mereka pun segera beranjak
dan beralih menuju Toko Batu Mulia milik Bastardin. Mereka segera beraksi dengan memakai
topeng monyet. Sampai di ruangan toko, mereka segera menembak CCTV dan lampu
yang berada di dalam ruangan serta menyita semua alat komunikasi. Debut segera
mendekati Bastardin yang merupakan pemilik toko dan menodongnya. Dengan pasrah,
Bastardin segera mengantarkan Debut menuju ruang penyimpanan uang. Akhirnya
mereka berhasil menenteng tas-tas besar yang berisi uang puluhan juta.
Suara tembakan sempat terdengar hingga polisi
datang ke Toko Batu Mulia. Namun saat dimintai keterangan, Bastardin justru
mengatakan bahwa tokonya baik-baik saja karena takut kedok kejahatannya
terbongkar. Akhirnya polisi pergi setelah melihat koleksi batu mulia di tokonya
memang tak ada yang hilang.
Hari berikutnya, usai perampokan, salah satu informan bernama Dragonudin
mengirim pesan kepada polisi. Terdapat dalam kutipan “Sore Komandan, bukti
perampokan yang dicari polisi ada dalam peti 4, 5, 7, dan 9 di bak truk yang
disopiri Boron menuju Pelabuhan Tonjong Lantai”(halaman 256). Tertegun dengan
pesan tersebut, akhirnya polisi meluncur mendatangi lokasi. Sampai di lokasi,
polisi mengejar mobil yang ditumpangi oleh Boron. Melihat polisi yang cekatan
mengikuti mobilnya, lantas Boron melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Lantas, dengan gerakan kilat polisi dapat menyalip mobil Boron dan membekuknya
dengan borgol. Dan benar saja semua bukti-bukti kejahatan terbongkar dalam
sekejap, semua peti-peti tersebut meluapkan semua uang hasil tindak kriminal.
Novel Orang-orang Biasa karya Andrea Hirata ini sangat menarik untuk
dibaca karena menyajikan kisah nyata dari seorang anak bernama Putri Belianti
yang memiliki kecerdasan gemilang hingga lolos seleksi masuk Fakultas
Kedokteran. Selain itu, novel ini menghadirkan sekelumit kisah permasalahan
hidup yang sesuai realitas seperti belenggu kemiskinan yang menghalangi
seseorang untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ada
empat poin pesan yang bisa dilihat dari novel ini yaitu pengorbanan,
persahabatan, kegigihan, dan perjuangan.
Ika Titi Hidayati