Menurut
riset konseptor Lembaga Pers Mahasiswa Aspirasi Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) Veteran, banyak isu diskriminasi agama di sekitar masyarakat.
Diskriminasi ini mengarah kepada agama dan kepercayaan yang minoritas. Persoalan
diskriminasi tak akan lekang dalam kehidupan ini.
Berkaitan
dengan isu diskriminasi yang merebak, LPM Aspirasi menghelat seminar bertajuk “Ketika Agama dan Kepercayaan
Minoritas Didiskriminasi serta Bagaimana Seharusnya Media Berperan.” Pada Kamis (31/10). Seminar ini
diselenggarakan untuk membahas lebih dalam kasus diskriminasi ini secara
serempak, sekaligus dalam rangka merayakan ulang tahun ke-36 LPM Aspirasi UPN
Veteran. Acara ini berlangsung di Auditorium Bhineka Tunggal Ika UPN veteran
Jakarta dan di buka untuk umum.
Menurut
Ketua Pelaksana, Indah Julanar mengatakan Seminar ini bertujuan untuk memperlihatkan
kepada masyarakat dan media yang dengan gamblangnya menggunakan kata “sesat”,
bahwa sesat tidak bisa diukur dan ditentukan. Setiap orang mempunyai hak untuk
memilih kepercayaan (agama) mereka masing-masing. “Seharusnya media mengedukasi
masyarakat terkait diskriminasi ini, bukan malah melanggengkan isu diskriminasi kepercayaan minoritas yang dianggap
sesat oleh beberapa kalangan masyarakat,” tutur Indah pada Kamis (31/10).
Menurut
salah satu peserta seminar, Ester Manda Caroline mengungkapkan ia mengikuti
seminar ini karena tertarik dengan pembahasannya yang terkesan sensitif karena
membahas isu diskriminasi agama di Indonesia.
Ia pribadi seorang penganut kepercayaan kristen protestan, menurut ia
agama yang ia anut termasuk salah satu agama yang didiskriminasi. “Saya merasa
agama Saya juga agak didiskriminasi,” Ujar Ester pada Kamis, (31/10).
Selain
itu, seminar ini diisi oleh pemateri yang menganut kepercayaan minoritas di Indonesia. Pemateri-pemateri tersebut
diantaranya adalah Iskandar Gumay salah satu penganut Jemaat Islam Ahmadiyah
dan Dewi Kanti salah satu penganut Kepercayaan Sunda Wiwitan. Tidak lupa pula menghadiri peneliti human
resource yaitu Andreas Harsono.
Setelah
sesi perbincangan yang spesifikasi membahas isu diskriminasi kepercayaan
minoritas tersebut, dilanjut dengan materi yang di bawakan oleh Endy Bayuni
seorang Editor Senior Jakarta Post. Endy Bayuni menjelaskan mengenai peran media
terhadap isu diskriminasi agama. “Agama merupakan genre penting yang sering
terlupakan oleh jurnalis” tutur Endy pada Kamis (31/10).
NQ