Kisah
masa lalu Rinto yang kelam, tak membuatnya pupus harapan. Bersama penduduk di
Kutolama, Rinto justru menyebarkan kebaikan dengan menolong penduduk yang
tertindas.
Bunyi
Kereta api menderu kencang, Gorden berwarna merah terbuka perlahan. Tampak
kilatan cahaya biru dan kuning menyoroti area panggung. Menampilkan pelataran
sebuah stasiun di Kutolama. Beberapa warung makan tersaji di sisi belakang dengan
background bangunan klasik berwarna putih disertai lengkungan pintu abu-abu.
Deretan meja dan kursi tertata rapi. Bunyi gong ketiga menggema.
Rinto (Kevin Jones Levar) merupakan tokoh peran dalam perjalanan
seorang diri, merantau ke Stasiun Kutolama karena ingin mencari suasana baru
dan ingin melupakan semua kejadian kelam yang dialaminya. Pasalnya, saat itu Rinto
telah melakukan pembunuhan terhadap temannya. Ditambah lagi dengan kepergian
ibunya yang membuatnya sangat begitu terpukul dan putus asa.
Semenjak kejadian itu, Rinto memilih pergi meninggalkan rumahnya. Tokoh
Rinto terus berjalan sembari menangis terisak-isak diperlintasan kereta api dan
berniat untuk bunuh diri. Tak disangka, datang seorang anak remaja (Asep)
menyelamatkan nyawanya. Rinto pun sadar akan kebodohannya untuk mengakhiri
hidup. Melihat kebaikan Asep, Lantas Rinto mengunjungi tempat yang ditinggali
Asep. Hingga akhirnya, Rinto pun bergabung dengan para penduduk di sekitar
stasiun Kutolama.
Mereka pun sudah menganggap Rinto sebagai keluarganya sendiri. Suatu
ketika, Rinto melihat seorang Bapak menangis tersedu-sedu berlutut di bawah
kaki Bu Farida (Rosaline Eva Wijaya). Bapak tersebut menangis akibat bentakan
keras dari Bu Farida yang ketika itu sedang menagih hutang. Melihat kejadian
itu, dengan rasa solidaritasnya yang tinggi, Rinto lantas menyelamatkan Bapak
tersebut dengan melunasi hutangnya. Rinto digambarkan sebagai sosok heroik di
Kutolama yang sering menyelamatkan penduduk sekitar dari para rentenir kejam
dan preman-preman bengis.
Bukan
hanya itu, Rinto juga pernah menolong seorang gadis belia bernama Wati
(Angelicya Duarta) yang hampir putus sekolah karena masalah biaya. Lantas,
Rinto dengan rasa sosialnya yang tinggi melunasi semua biaya sekolah Wati. Bahkan
Rinto pun pernah menolong seorang wanita muda bernama Dana (Erna K. Siallagan)
dalam proses melahirkan bayinya. Rinto datang sebagai penyelamat dalam proses
kelahiran Dana.
Rinto
sang penyelamat penduduk Stasiun Kutolama telah merasakan kebahagiaannya. Namun
semua kebahagiaan itu sirna begitu saja, dua orang polisi datang menangkap
Rinto. Pasalnya, Kedua polisi menceritakan bahwa Rinto telah membunuh temannya.
Tanpa berkutik, Rinto pun memasrahkan diri kepada polisi. Ia kemudian berpamitan
kepada orang-orang di Kutolama. Disertai isakan tangis, para pelayan dan
orang-orang stasiun Kutolama merelakan kepergian Rinto.
Drama
Musikal bertajuk Peron ini dipentaskan di Gedung Graha Bhakti Budaya
pada 11 sampai12 Oktober. Drama Musikal Peron merupakan Drama Musikal produksi
D’Artbeat yang ke-12. Disadur dari naskah asli Suatu Saat di Stasiun karya
Varian Adiguna. Dikembangkan oleh Tim Kreatif D’Artbeat menjadi sebuah tontonan
panggung yang kekinian, menarik namun juga menyentuh.
Menurut Sutradara Ibas Aragi, Drama musikal Peron ini mengadaptasi
dari Drama Musikal ketiga berjudul Suatu Saat di Stasiun karya Varian
Adiguna. Beberapa adaptasi yang ditampilkan dengan menampilkan
penambahan tokoh-tokoh, lagu-lagu dengan aransemen baru yang akan membuat kisah
lama mampu dibangkitkan kembali dengan cita rasa yang baru. Latar Peron menurut
Ibas menjadi penghubung di mana berbagai latar belakang kalangan masyarakat
berkumpul menjadi satu. “Selain itu, barbagai kisah,
polemik, dan tragedi terungkap dan dimunculkan di tempat ini,” ujar Ibas pada
Jumat (11/10)
Wakil pimpinan D’Artbeat, Grace Kusno mengatakan, Drama Musikal Peron
ini produksi ke-12 dari D’Artbeat. Sebelumnya, D’Artbeat telah memproduksi
karya drama di antaranya berjudul Inspektur jenderal, Pulang, Stasiun,
Satu Kata dan masih banyak lagi. D’Artbeat telah memproduksi berbagai
macam Drama sejak 2003. Nama D’Artbeat sendiri berarti detak seni. Untuk pemain
dan yang berperan di belakang panggung ±100 orang. “pemain drama yang naik ke
atas panggung ada sekitar 50-an dan orang yang di belakang
panggung 50-an orang,” ungkap Grace saat ditemui di Gedung Graha Bhakti Budaya
Lantai 1, Jumat (11/10).
Ika Titi Hidayati
Ika Titi Hidayati