Destinasi
wisata yang memberikan edukasi sejarah memang patut dikunjungi. Seperti halnya
Museum Sumpah Pemuda yang mengedukasi pengunjung perihal kongres pemuda II
tahun 1928 silam.
Berbicara soal Jakarta
rupanya tak melulu tentang pusat perbelanjaan dan gedung pencakar langit yang
menjulang. Dibalik gemerlapnya, Ibukota Indonesia ini juga menyimpan sejuta kisah. Salah
satunya gedung yang pernah dijadikan sebagai tempat berlangsungnya Kongres Pemuda II. Kini, gedung
itu telah disulap menjadi museum bernama Museum Sumpah Pemuda.
Sebelum dijadikan museum
oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, mulanya gedung tersebut
bernama Gedung Kramat 106. Gedung milik Sie Kong Liong ini dulunya diperuntukkan sebagai pondokan pelajar,
tempat latihan kesenian "Langen Siswo" dan juga diskusi politik.
Gedung tersebut juga menjadi saksi sejarah lahirnya Kongres Pemuda Kedua pada
tanggal 27-28 Oktober 1928.
Saat ini, bangunan utama Gedung Museum
Sumpah Pemuda yang beralamat di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat ini ditetapkan
sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional melalui Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 254/M/2013, tanggal 27
Desember 2013.
Pilihan moda transportasi
untuk menuju ke Museum Sumpah Pemuda cukup mudah. Pengunjung dapat naik busway
kemudian turun di Halte PAL Putih dan dilanjutkan dengan berjalan kali sekitar
5 menit. Hanya dengan merogoh kocek Rp2000 pengunjung dapat menikmati suasana museum.
Museum Sumpah Pemuda ini
sangat mudah dijumpai karena letaknya persis di pinggir jalan. Ketika tiba di depan museum, pengunjung
disuguhkan dengan pemandangan gedung bergaya tempo dulu dengan jendela dan pintu
yang besar. Teras gedung pun dilengkapi dengan kursi dan meja yang menambah
nuansa klasik bak era
tahun 20an.
Memasuki ruang utama,
pengunjung langsung diperlihatkan diorama pemuda yang sedang berdiskusi. Di
ruang sebelahnya, terdapat bendera yang menjadi lambang organisasi pergerakan
pemuda pada waktu itu. Tak hanya itu, dinding ruangan juga dihias dengan gambar
yang dilengkapi sejarah organisasi pemuda seperti Perhimpoenan
Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI).
Di ruangan lainnya,
terdapat diorama para pemuda yang sedang memperhatikan patung replika W.R Soepratman yang tengah memainkan biola. Bukan
hanya diorama, museum ini juga menyimpan biola yang pernah dipakai oleh sang
pencipta lagu Indonesia Raya tersebut. Untuk menjaga keamanannya, biola diletakkan
di etalase kaca.
Terdiri dari 8 ruangan,
museum ini memang hanya berisi diorama dan juga gambar yang terpajang rapi
di dinding.
Tapi, ada
satu keunikan dan kelebihan lainnya, yakni masih terawatnya sebuah motor vespa
berwarna biru yang menjadi saksi bisu lahirnya sumpah pemuda. Di bagian belakang
gedung terdapat juga relief yang menggambarkan suasana pembacaan naskah sumpah
pemuda.
Mahasiswa Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Danvie Utami mengaku mengunjungi
museum ini karena ingin melihat jejak peninggalan para pemuda ketika
melaksanakan sumpah pemuda. Hanya saja, menurutnya, koleksi museum ini masih kurang lengkap. Tapi dari
segi fasilitas, menurutnya museum ini cukup nyaman. "Harapan saya koleksi
tentang pergerakan pemuda pada waktu itu bisa ditambah lagi untuk edukasi
juga," ujar
perempuan yang akrab disapa Vivi ini, Rabu (9/10).
Rizki Dewi Ayu