Mobile AIS seharusnya memberikan
kemudahan kepada penggunanya. Minim pengembangan, kemudahan tersebut tak
kunjung terwujud.
Academic Information System (AIS) menjadi suatu kebutuhan bagi setiap Dosen dan
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk melangsungkan
berbagai kegiatan akademik. AIS dapat diakses melalui situs web ais.uinjkt.ac.id untuk perihal Kartu
Rencana Studi (KRS), Kartu Hasil Studi, Kuliah Kerja Nyata, beasiswa, wisuda,
dan sebagainya.
Kini,
berkembangnya platform Android di era digital membuat aplikasi mobile kian menjadi tren khususnya di
kalangan mahasiswa. Tak terkecuali Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
(Pustipanda) yang merilis Mobile AIS for Students untuk perangkat Android pada
November 2018. Walau jumlah unduhan Mobile AIS sudah mencapai 10.000 di Playstore, beberapa mahasiswa masih ragu
akan kebergunaannya dibanding dengan situs web AIS.
Seperti
yang dialami oleh Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir Semester 5 Ardahman, ia bahkan
tidak dapat mengisi KRS melalui Mobile AIS. “Sama saja tidak ada fungsinya,
hanya untuk lihat nilai dan jadwal,” ujar Ardahman, Rabu (9/10). Tak hanya berpendapat mengenai fitur,
Ardahman pun menyayangkan tampilan Mobile AIS yang terlalu sederhana.
Hal
tersebut selaras dengan pendapat Muhammad Faturrahman, Mahasiswa Manajemen
Semester 7. Fatur mengatakan, ia kurang nyaman menggunakan Mobile AIS karena User Experience (UX) yang belum optimal.
"Tampilan dan cara pakainya nggak
banget," pungkasnya, Rabu (9/10).
Sehubungan
dengan UX, User Interface (UI) juga
menjadi hal yang perlu diperhatikan dari Mobile AIS. Seperti yang dialami oleh
Mahasiswi Sistem Informasi Semester 7 Lega Adilawati, UI Mobile AIS terkadang
masih membingungkan. Pemilihan warna aplikasi pun ia nilai tertalu monoton.
“Perlu diteliti lagi kebergunaannya, sudah memenuhi kebutuhan mahasiswa atau
belum,” tambah Lega, Kamis (10/9).
Tanggapan
juga datang dari Mahasiswa Sistem Informasi Semester 7 Ananda Vickry Pratama. Ia
menilai Pustipanda tidak mengetahui kebutuhan mahasiswa atas Mobile AIS dan
belum jelas ditujukan untuk apa, menimbang fitur situs web AIS yang lebih
lengkap. Ananda pun mengatakan, pembuatan Mobile AIS terkesan ‘asal jadi saja’.
Terlebih lagi, tidak ada pembaharuan berjangka oleh Pustipanda. “Padahal,
banyak bug system yang harus
diperbaiki,” sesal Ananda, Selasa (8/9).
Kepala
Pustipanda Muhammad Qomarul Huda pun mengakui pengembangan Mobile AIS yang
belum optimal. Hal tersebut dikarenakan karena tidak adanya developer khusus untuk aplikasi mobile. Di samping dua puluh staf yang
ada, hanya terdapat lima orang programmer di Pustipanda. Jumlah
tersebut Qomarul katakan sangat kurang melihat jumlah mahasiswa aktif yang mencapai
23.000 dan dosen serta karyawan yang mencapai 2.000.
Qomarul
juga mengatakan, pihak Pustipanda sudah mengusulkan kepada pihak pimpinan agar
lebih memperhatikan pengembangan teknologi informasi UIN Jakarta yang masih tertinggal
jauh dengan kampus lain. Untuk memenuhi harapan-harapan pengguna terkait Mobile
AIS, perlu ada keselarasan antara strategi bisnis dan manajemen dengan strategi
teknologi informasi. “Agar semua pengguna teknologi informasi dapat dilayani,” pungkas
Qomarul di Ruang Kepala Pustipanda, Rabu (9/10).
Muhammad Silvansyah Syahdi Muharram
Muhammad Silvansyah Syahdi Muharram