Memiliki segudang aktivitas di kampus tidak
menghalangi Intan untuk berprestasi di luar kampus. Sempat menjadi Abang None
Buku dan Duta Bahasa DKI Jakarta, kini ia disibukkan untuk menggalakan
program SDGs yang dicanangkan oleh PBB.
Pada 25 September 2015 Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) beserta 193 kepala negara mengesahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
atau dalam Bahasa Inggris disebut Sustainable Development Goals (SDGs).
Mengusung tema “Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk Pembangunan
Berkelanjutan”, SDGs memiliki 17 tujuan untuk 15 tahun kedepan guna mengurangi
kemiskinan, perbaikan kesehatan, pendidikan serta melindungi lingkungan.
Salah satu orang yang menjalankan salah satu
tujuan SDGs ialah Intan Qomariah. Dari 17 Tujuan yang ada, Intan memilih aspek
pendidikan berkualitas. Sejak Mei 2017, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini menjabat sebagai
partnership officer di organisasi bernama Indonesian Youth For Sustainable Development
Goals (Indoyouth4sdgs).
Demi mendukung dan menjalankan program PBB
tersebut, perempuan kelahiran Cirebon, 16 November 1995 ini pun berkesempatan
menjalani pertukaran pemuda ke Filipina. Di sana ia meneliti serta memberikan
solusi perihal masalah pendidikan di sebuah desa.“Kalo di Indonesia sendiri
sebenarnya minat baca, buta huruf dan putus sekolah, pendidikan karakter masih
banyak PR-nya,” tutur Intan.
Sejak duduk dibangku sekolah, Intan memang sudah
aktif mengikuti organisasi baik ekstrakulikuler atau Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS). Tekun dan pantang menyerah membuat Intan berhasil meraih
sejumlah prestasi. Selama menjadi mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, ia pernah mengikuti beberapa organisasi intra
kampus seperti UKM Bahasa Foreign Languages Asssociation (FLAT) dan juga
UINPreneurs.
Saat masih aktif di UKM Bahasa FLAT, Intan
menginisiasi program Flaternational walau program tersebut hanya berjalan
selama 2 tahun. Ia bersama teman-teman juga menginisiasi program FLAT Tari
dengan tujuan untuk mempelajari tari tradisional. Karena itulah Intan berhasil
membuktikan kalau sebenarnya budaya dan bahasa itu saling berkesinambungan.
Tahun 2016 silam, Intan didaulat menjadi Top 5
finalis Duta UIN Jakarta. Tak sampai disitu, ia pun berhasil menjadi Abang None
Buku Jakarta Barat 2016. Prestasinya menjadi abang none buku merupakan hal yang
paling tak terlupakan sebab banyak pelajaran yang ia dapatkan seperti cara
berkomunikasi yang baik dan benar hingga cara berpenampilan. “Melalui abang
none buku, saya mendapat keluarga baru,” Ujarnya saat ditemui di lobi FITK pada
Rabu, (18/9).
Sering mencoba peruntungan sebagai duta, Intan
pernah mendapat cibiran dari teman-temannya. Ia bercerita, dirinya sempat dicap
terobsesi menjadi artis hanya karena menjadi Duta Bahasa Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Padahal menjadi duta bahasa adalah representasi anak muda untuk
mengajak teman untuk membaca buku dan ke perpustakaan. Untungnya, dia tak ambil
pusing akan hal tersebut. “Yang ngejalanin aku, mereka cuma bisa berkomentar,”
ungkapnya.
Selain mengurus organisasi Indoyouth4sdgs,
perempuan yang hobi membaca buku ini juga dipercaya menjadi Koordinator Public
Relations Komunitas Jendela Jakarta. Dari banyak pengalaman berorganisasi yang
telah ia lalui, menurutnya yang paling berkesan adalah saat ia ada di UKM FLAT.
Ia menganggap, apa yang ia dapatkan hari ini karena dibentuk di FLAT. Dengan
segudang aktivitasnya, sempat Intan merasa capek dan jenuh. Apalagi jika
kegiatannya bentrok dengan jadwal kuliah. Untuk mengatasi hal tersebut, ia
memilih untuk istirahat total dan memprioritaskan kegiatan yang paling penting
dan utama.
Semua prestasi yang ia raih tak semata didapatkan
secara instan. Berdebat dengan orang tua, Indeks Prestasi (IP) yang menurun dan
juga ketiduran di kelas pun pernah ia hadapi. Bahkan, sering ia tidak lolos
saat mendaftar sebagai kontestan duta. Tapi semua itu malah membuatnya makin terpacu
untuk terus berusaha. “Kegagalan aku jadikan untuk evaluasi diri,” kata Intan. Ia
berujar, ikut organisasi apalagi organisasi dalam kampus itu penting karena
dapat menambah pengetahuan dan kecintaan kepada kampus. Tak hanya itu,
menurutnya karena didikan organisasi dalam kampuslah ia jadi lebih kuat menrima
tantangan di dunia luar.
Kedepannya ia ingin menciptakan organisasi
sendiri seperti komunitas pendidikan gratis. Ia ingin menyelesaikan masalah
sosial yang ada di kampung halamannya, Cirebon. Intan ingin membagi pengalamannya
demi Indonesia yang lebih baik. “Aku udah mulai merancang dari sekarang,” Tuturnya.
Intan berpesan untuk anak-anak muda terutama mahasiswa UIN Jakarta, jangan
pernah takut mencoba hal yang baru. Prestasi yang sudah diraih jangan dijadikan
hal untuk mengunggulkan diri, tapi harus dijadikan amal. Perihal kegagalan, itu
nomor dua yang penting sudah berani untuk mencoba. “Tugas kita bukan untuk
berprestasi tapi untuk mencoba,” pungkasnya.
Rizki Dewi Ayu