Seorang dosen Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta—Kunjana Rahardi—mengisi Studium General bertema Kesantunan Media Sosial dan Peluamg Penelitian Pragmatik, Rabu
(11/9). Kuliah umum tersebut di adakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kunjana yang juga merupakan penulis buku Pragmatik, Fenomena Ketidaksantunan
Berbahasa secara spesifik mengupas tema yang ada.
Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan PBSI Restu
menjelaskan, pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang
membahas pemakaian bahasa yang dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Pragmatik
berarti memahami sebuah konteks. Hal tersebut berkaitan dengan media sosial dan
penggunaannya dalam konteks yang baik. “Jangan sampai kesalahpahaman suatu
konteks berdampak buruk untuk penulis dan pembaca,” ujar Restu, Rabu (11/9).
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak
contoh aspek pragmatik yang dapat kita lakukan.
Seperti halnya, konteks berbicara kepada teman sebaya jelas akan berbeda
ketika berbicara kepada dosen atau orang yang lebih tua. Itulah yang disebut
dengan kesantunan pragmatik dalam keseharian.
Kesantunan bermedia sosial dalam bidang pragmatik
pun merupakan pembahasan spesifik yang harus dikaji dengan baik agar tidak timbul
kesalahpahaman. Teknologi sudah menguasai zaman dan manusia. Informasi pun berkembang
luas dan cepat di ranah internet.
Tidak dipungkiri, berita hoaks beredar serada luas pula. Maka dari itu, kita
perlu memperhatikan konteks pragmatik dalam informasi yang kita dapat.
Dosen Mata Kuliah Pragmatik Jurusan PBSI
Neneng Nurjannah mengatakan, tema pragmatik diambil karena melihat keseragaman
penelitian oleh Mahasiswa Jurusan PBSI. Para dosen pun megusulkan bahasan
pragmatik secara mendalam agar mahasiswa mendapat banyak alternatif
penelitian dalam segi pragmatik. Mereka pun dapat membaharui penelitian sehingga
tidak monoton dari yang sebelumnya. “Studium Generale ini juga difokuskan untuk
mahasiswa yang akan menggarap skripsi,” ujar Neneng, Rabu (11/9).
NQ