Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta kembali menyelenggarakan Pengenalan Budaya Akademik dan
Kemahasiswaan (PBAK). Kegiatan berlangsung selama empat hari mulai tanggal
26-29 Agustus 2019. Dengan mengusung tema “Moderasi dalam Beragama”, PBAK
diikuti oleh sebanyak 6437 mahasiswa baru yang berasal dari 12 fakultas dan 56
program studi.
Tema moderasi beragama yang diusung
dalam PBAK tahun 2019 ini dipilih dengan tujuan untuk memperkenalan nilai-nilai
moderasi kepada mahasiswa baru. Menurut Rektor UIN Jakarta Amany Burhanuddin
Umar Lubis, mahasiswa sebagai intelektual harus bersifat terbuka dan modern,
contohnya di bidang pengajaran.
Amany pun mengatakan pandangan-pandangan
baru mengenai ilmu pengetahuan perlu diajarkan guna memberikan paradigma baru
bagi mahasiswa. Hal tersebutlah yang dapat mengarahkan mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu yang didapatkan dan dapat menjadi pembaharu di bidang
pendidikan islam.
Baginya moderasi beragama berarti antar umat agama dapat saling mengerti ajaran
agamanya masing-masing dan dapat bertoleransi apabila terdapat perbedaan. Jikalau
kesemuanya itu sudah terwujud maka kehidupan umat islam akan mengarah pada
kedamaian. “Gesekan dalam bidang agama dapat terhindari,” ujar Amany pada Senin
(26/08).
Dikutip dari tirto.id
berdasarkan riset dari Setara Institut, UIN Jakarta masuk ke dalam salah satu
kampus yang terpapar radikalisme dan menempati peringkat kedua. Direktur Riset Setara Institute Halili mengatakan bahwa arus
radikalisme yang berada di dalam kampus berasal dari kelompok keagamaan
ekslusif.
Sementara
itu, berdasarkan penelitian dari Center for the Study of Religion and Culture
(CSRC) mengatakan bahwa pandangan fundamentalis di Institut Agama Islam Negeri
tumbuh subur sejak berganti nama menjadi UIN. Direktur CSRC UIN Jakarta Idris
Hemay mengatakan bahwa sebagian mahasiswa UIN Jakarta rentan terhadap
fundamentalisme dan radikalisme.
Oleh sebab itu, PBAK tahun ini juga bertujuan untuk menciptakan
mahasiswa yang akademis, kritis, dan inovatif dalam mengamalkan nilai-nilai
keislaman dan keindonesiaan. Di sisi lain, dengan adanya PBAK diharapkan
mahasiswa baru dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air serta memiliki
kepribadian yang kuat. Sehingga mahasiswa dapat menjadi sosok yang rasional dan
agamis.
Amany juga berharap agar mahasiswa baru bisa mempelajari semua
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan implementasi ajaran islam yang modern. Namun,
tidak bertolak belakang terhadap tradisi dan budaya Indonesia. Selain itu,
mahasiswa baru juga diharapkan dapat saling menghormati satu sama lain. “Kita
harus memperkokoh toleransi dan rasa hormat dengan orang yang berbeda dengan
kita,” tegasnya pada Senin (26/08).
Lebih lanjut, ia mengatakan jika ajaran
mengenai moderasi beragama harus diterapkan di UIN Jakarta. Sebab moderasi
beragama sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 oleh Kementrian Agama. “Moderasi beragama menjadi asas program
pembangunan,” ujarnya saat ditemui di Ruang Rektorat, Senin (26/08).
Pada
PBAK kali ini hadir pula Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil.
Dalam kesempatan tersebut Said Aqil memaparkan materi tentang moderasi dalam
beragama yang diselenggarakan di
Auditorium Harun Nasution. Dirinya berpesan
bahwa idealnya Quran harus dipahami dengan akal. “Gabungan dari Quran, hadis,
manusia dan akal lahir lah prinsip-prinsip moderasi dalam bersyariat,” katanya pada
Kamis, (28/08).
FFM