Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK)
menjadi kegiatan rutin untuk menyambut mahasiswa baru (maba) tiap tahunnya.
Panitia PBAK tahun ini mengusung konsep PBAK Moderat dengan tema Terwujudnya
Mahasiswa Akademis, Kritis, Inovatif dalam Mengamalkan Nilai-Nilai Ke-Islaman
dan Ke-Indonesiaan.
Tema PBAK bukan satu-satunya hal yang cukup berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya. Terdapat dua program baru yang menjadi perbincangan hangat
di kalangan mahasiswa. Program tersebut adalah pembagian dua belas kelompok
PBAK Universitas yang terdiri dari maba dari berbagai fakultas serta program
pendampingan (mentoring) bagi seluruh maba.
Formasi Baru Upacara Pembukaan
Rangkaian PBAK 2019 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pun dimulai dengan Geladi Bersih Upacara Pembukaan PBAK, Senin
(26/8). Matahari pagi makin naik ketika maba mulai berbaris memasuki Lapangan
Triguna UIN Jakarta. Mobilisasi dimulai dari maba fakultas yang satu dan disusul
dengan maba fakultas lainnya.
Maba yang kian memenuhi lapangan tampak tidak berbaris sesuai fakultas masing-masing. Selempang yang menjadi ciri khas tiap fakultas terlihat berbeda
di setiap barisnya. Ternyata, maba berkumpul dengan kelompok barisan yang telah dibentuk oleh Panitia PBAK
Universitas yang mana terdiri dari para maba dari berbagai fakultas.
Pengelompokan
tersebut merupakan cetusan dari pihak kemahasiswaan yang diamini oleh rektor.
Dengan itu, PBAK Universitas dapat memperkenalkan kesatuan seluruh elemen yang
ada di UIN Jakarta. Maka dari itu, dibuatlah dua belas kelompok sesuai dengan
jumlah fakultas yang ada. “Sesuai tujuan PBAK, mengenal lebih jauh
dengan sesama maba lainnya.” tegas Amany, Senin (26/8).
Namun pada praktiknya, hal itu berdampak pada mobilisasi maba sesaat
gladi bersih akan berlangsung. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
dan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) telat sampai di Lapangan Triguna dan tidak
diperbolehkan mengikuti gladi bersih. Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema)
FEB Satriahady Auliya Putra mengaku, kejadian tersebut murni merupakan
miskoordinasi dan kesalahan teknis.
Di samping itu, Satriahady berpendapat, adanya pembentukan
kelompok barisan yang terdiri dari berbagai fakultas pada gladi bersih malah
menghambat jalannya acara. “Efisiensi waktu kurang, mobilisasi maba menuju
lapangan pun terkesan kacau,” tegasnya, Selasa (27/8).
Berbeda dengan Satriahady, Ketua Dema FISIP Adnan Zhaffar
mengatakan, perlu ada sosialisasi atas regulasi baru tersebut. Terlebih lagi,
Adnan mengaku bahwa peraturan itu tidak ditetapkan dengan konsensus para
mahasiswa, tetapi ditetapkan melalui ketuk palu pihak rektorat. “Semua fakultas
menolak pembentukan kelompok tersebut,” pungkas Adnan, Selasa (27/8).
Laksanakan Mentoring Berkelanjutan
Sebuah progam baru lagi-lagi datang dari pihak kemahasiswaan.
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4962
Tahun 2016 tentang Pedoman Umum PBAK
pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, salah satu metode dalam penyajian materi PBAK adalah mentoring
atau pembimbingan teman sebaya. Dengan itu, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan
UIN Jakarta Masri Mansoer mengadakan program
pendampingan (mentoring) selama enam bulan.
Masri mengatakan, program terobosannya tersebut dirasa akan
menjadikan PBAK menjadi lebih baik. Sistem mentor berkepanjangan dapat
membimbing maba sampai menjadi mahasiswa yang sebenarnya, disertai keilmuan dan
keagamaan. Mereka juga dapat mengenal lebih baik akademik, kemahasiswaan, dan dunia kampus
melalui program ini. “Terkait kebijakan, diserahkan kepada dekan dan Dema
Fakultas masing-masing,” jelas Masri, Senin (26/8).
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Tholabi Kharlie
bertanggapan, program mentoring ini telah disosialisasikan dan serentak akan
dilakukan oleh seluruh fakultas. “Mentoring menjadi media pembinaan dan
pengembangan Tsaqofah Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari, terutama di
dunia kampus” terangnya, Selasa (27/8).
Tujuan mentoring turut disampaikan oleh Ketua PBAK
FSH Izzul Aulia. Ia mengatakan, akan tercipta pribadi muslim Indonesia yang
bertakwa kepada Allah Swt., berbudi luhur, cakap dan berilmu. “Rasa tanggung
jawab maba dalam mengamalkan ilmunya meningkat, serta berkomitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia” pungkas Izzul, Senin (26/8).
FALN