Bertempurnya rakyat Mataram
melawan penjajah. Demi membela hak-haknya sebagai rakyat Mataram.
Pada masa
Padepokan Mataram, seorang raja kedua Mataram Mas Jolang dengan gelar
Panembahan Hanyokrowati memiliki seorang anak yang bernama Sultan Agung Hanyakrakusuma (Ario Bayu). Anak dari ibu
Ratu Dyah Banowati (Christine Hakim), istri kedua dari raja
Panembahan Hanyokrowati. Saat berumur
10 tahun, Sultan Agung dititipkan dan diajarkan kepada Ki Jejer (Deddy Sutomo)
seorang ulama di Padepokan tanah Mataram untuk hidup sederhana.
Saat itu, Sultan Agung alias Raden Mas Rangsang telah
lama menuntut ilmu di Padepokan Mataram di bawah bimbingan Ki jejer. Akan
tetapi, Mas Rangsang secara tidak langsung bertemu dengan seorang perempuan bernama
Lembayung (Putri Marino), saat sedang menjalani pendidikan di padepokan. Mas
Rangsang dan Lembayung pun saling jatuh cinta.
Suatu hari, Raden
Mas Rangsang dikejutkan oleh kedatangan seorang utusan dari Mataram yang memerintahkan
untuk mendatangi kerajaan. Tanpa mengelak, Raden Mas Rangsang pun menuruti
perintah kerajaannya. Raden Mas
Rangsang pun memasuki kediaman ibunya. Setibanya, Raden Mas Rangsang dikejutkan
dengan cerita Ratu Dyah Banowati yang melontarkan kondisi Kerajaan Mataram
semakin kisruh. Ratu Dyah Banowati menyampaikan bahwa Raden Mas Rangsang harus
menjadi penerus Kerajaan Mataram.
Akan
tetapi, Raden Mas Rangsang menolaknya, ia berkeinginan untuk menjadi seorang
ulama. Sebab, Raden Mas Rangsang tidak memiliki kesiapan atas tahta kerajaan
ini. Ratu Dyah Banowati tetap bersih keras menasehatinya, Raden Mas Rangsang
yang merupakan anak keturunan Senopati yang tentunya akan menduduki jabatan
dalam kerajaan.
Suatu
ketika, utusan Kerajaan Mataram mendatangi Mas Rangsang untuk mengabarkan
kematian ayahnya. Seketika mendengar kabar kematian ayahnya, Raden Mas Rangsang
pun berlari menuju kerajaan. Raden Mas Rangsang pun duduk lemah tak berdaya disertai
linangan air mata. Panembahan Hanyokrowati terbujur kaku tak bernyawa. Utusan
kerajaan pun memberikan perintah untuk mendatangi sebuah tempat ketika terjadinya
polemik.
Setelah diketahui oleh Raden Mas Rangsang terkait permasalahan di
Kerajan Mataram, Para jajaran kerajaan pun meyakinkan Raden Mas Rangsang untuk
bersedia menjadi raja. Para jajaran yang ada dikerajaan mendukung penuh dan
siap membantu di bawah kepemimpinan Raden Mas Rangsang dan diberi gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Awal
mula kepimpinannya, Sultan Agung dalam mengatur strategi dan menjaga kerajaan
mataram berjalan lancar. Hampir seluruh kerajaan di Jawa dikuasai oleh Mataram.
Hanya saja, Banten yang terletak di sebelah barat, luput dari kekuasaan Mataram.
Saat itu, kemunculan Perusahaan Hindia Timur Belanda atau Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC). Sultan Agung memandang VOC bukanlah sebagai
musuh, melainkan pedagang semata. Sultan Agung tidak menganggap VOC akan
mencari kekuasaan, kejayaan dan mengambil tanah miliknya.
Bermula
ketika Belanda ingin bekerja sama dengan Sultan Agung atas wilayah perdagangan
VOC. Sultan Agung menyetujuinya. Sultan Agung pun mengadakan perjanjian dengan VOC
untuk berdagang di wilayah kekuasaan dengan mendirikan perwakilan di Jepara, serta
memberi syarat kepada VOC untuk membayar pajak sebesar 60 % dari setiap
penjualannya. Namun, perjanjian tidaklah lama, VOC telah menghianati Sultan
Agung lantaran VOC mementingkan dirinya menguasai pundi pundi di Mataram.
Kerajaan Mataram
dan VOC pun saling menyerang. Sultan Agung mencoba untuk menggagalkan Belanda
dalam menguasai kerajaan Mataram. Akan tetapi, banyak prajurit menjadi korban
dalam peperangan itu, hingga Sultan Agung menangani permasalahan dan menjauhi
daerah Mataram menuju Batavia.
Pasukan Belanda
pun berhasil menemukan tempat penyimpanan persediaan pangan pasukan Mataram. Belanda juga berhasil membakar lumbung-lumbung makanan tentara
Mataram di sepanjang pesisir utara. Sultan Agung tidak tinggal diam, ia
menyusun strategi untuk melawan VOC dengan mengepung benteng pertahanannya. Hingga
akhirnya, pasukan Mataram pun dapat mengalahkan VOC lantaran Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen (Hans de Kraker) meninggal dunia.
Film
berjudul Sultan Agung ini sangat menarik alur ceritanya karena menayangkan
adegan yang penuh dramatis. Film “Sultan Agung” berkaitan erat dengan sejarah
kerajaan di Indonesia. Film ini sangat cocok untuk ditonton semua kalangan.
Mengingat film ini mengandung nilai-nilai pendidikan di dalamnya. Kisah film
yang menggambarkan keteguhan dan tekad kuat dari Sultan Agung, seorang Raja
Mataram dalam melawan para penjajah dari Eropa yang menjarah secara kejam
rempah-rempah dan sumber makanan rakyat.