Keputusan sepihak Dekan FITK memaksa MP untuk pindah ke Gedung PPG.
Berbagai penolakan telah dilakukan. Nahas, permohonan mereka tetap tak
diindahkan.
Sejak
1 Maret lalu, empat jurusan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dipindahkan
ke Gedung Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang berlokasi di Sawangan, Bojongsari,
Depok. Jurusan yang dipindahkan ialah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Islam Anak Usia Dini
(PIAUD) dan Manajemen Pendidikan (MP). Migrasi empat jurusan tersebut atas
kebijakan Dekan FITK Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Periode
Ahmad Thib Raya.
Tak
setuju atas kebijakan itu, Mahasiswa MP menolak pindah dari kampus satu UIN
Syarif Hidayatullah—yang berlokasi di Ciputat—ke Gedung PPG Sawangan, Depok. Upaya
demi upaya mereka lakukan. Aksi penolakan dan pengumpulan petisi Mahasiswa MP
pun dilancarkan pada Jumat (1/3). Nahas, aksi tersebut tak mendapat respon dari
pihak Dekanat FITK.
Tak
menyerah, segerombolan massa aksi pun melanjutkan langkahnya ke depan Gedung
Rektorat UIN Jakarta pada Senin (4/3). Namun, kabar baik akan pengembalian MP
ke kampus satu belum juga terdengar. Hal demikian membuat seluruh elemen Mahasiswa
MP mengajukan surat terbuka untuk Dekan FITK.
Surat
yang dilayangkan itu berisi pemberontakan Mahasiswa MP lantaran tidak ada kejelasan
terkait alasan perpindahan MP ke Gedung PPG. “Kami belum mendapatkan kejelasan
mengapa harus MP yang dipindahkan. Padahal MP tak berkaitan dengan Program PPG,”
ujar Ketua Aliansi Penolakan Ahmad Fahri, Jumat (1/3).
Ditemui
Reporter Institut di Lobi Timur FITK, Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan
MP Irfan Anshori mengatakan, MP berbeda
dengan jurusan-jurusan lain di FITK—yang
memang lebih fokus menjadi seorang guru. MP tampak sama sekali berbeda, mereka
membutuhkan organisasi serta Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bisa mewadahi
proses belajarnya. “Jurusan MP berfokus untuk menjadi seorang manajer,
pengelola dan itu semua membutuhkan pengalaman organisasi,” jelasnya usai aksi
pengumpulan petisi, Jumat (1/3).
Jika
Mahasiswa MP menginginkan pengalaman organisasi kampus, Irfan mengakui,
finansial anak MP masih belum memadai. Sebagai Ketua HMJ, ia mengetahui lebih
jauh latar belakang ekonomi para Mahasiswa MP. “Mayoritas Mahasiswa MP berasal
dari golongan menengah kebawah. Berat jika harus buang ongkos untuk bolak-balik
kampus satu,” lirihnya.
Senada
dengan hal itu, Kepala Jurusan (Kajur) MP Hasyim Asy’ari mengungkapkan, tidak
ada persetujuan antara Dekan FITK dengan pihak Kajur terkait pemindahan MP ke Gedung
PPG. Keputusan tersebut diambil secara sepihak, tidak ada pembahasan dengan
pihak jurusan. “Tidak pernah dikaji bersama, musyawarah juga tidak jelas.
Tiba-tiba muncul surat bahwa MP akan dipindah,” ungkap Hasyim saat ditemui di Ruang
Lantai 5 FITK, Jumat (1/3).
Demi
mengatasi permasalahan tersebut, Hasyim membuat surat pernyataan yang ditujukan
pada Dekan FITK, surat itu berisi usulan-usulan dari Kajur MP. Seharusnya jurusan
yang berkaitan dengan PPG seperti Jurusan PAI, PBA lebih layak untuk
dipindahkan dibandingkan MP. Selain itu, MP juga mengusulkan relokasi Pendidikan
Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika untuk menggantikan relokasi pada Jurusan
MP. Hasyim memandang, kemungkinan ke depan kedua jurusan tersebut dapat
terlibat aktif dalam penyelenggaran PPG.
Lebih
lanjut, menurut pengakuan Hasyim, usulan solusi yang sudah dibuat olehnya tidak
digubris sama sekali oleh Dekan FITK Periode Ahmad Thib Raya. Saat ditemui Reporter
Institut, Thib Raya mengatakan, tidak ada yang harus diklarifikasi dari
pemindahan MP. “Tidak ada penolakan, MP harus pindah,” ungkapnya dengan langkah
tergesa, Jumat (8/3).
Memandang
permasalahan itu, Rektor baru UIN Jakarta Amany Burhanuddin Umar Lubis angkat
bicara. Menurutnya, dimanapun mahasiswa diutus untuk belajar, mahasiswa harus
bisa beradaptasi dengan baik dengan situasi yang ada. Ia juga menambahkan,
semua prosedur pemindahan sudah dilakukan. “Ada yang tidak setuju itu biasa,
kita lihat bagaimana kedepannya dengan baik saja,” tutur Amany saat ditemui di
Gedung Rektorat, Kamis (14/3).
Nurul Dwiana & Sefi Rafiani