Di
tengah hiruk pikuk kota, Rumah Si Pitung bisa menjadi salah satu destinasi
tujuan yang jauh dari keramaian. Namun, posisi yang terpencil membuat situs
budaya satu ini jarang diketahui massa.
Rumah Si Pitung, salah
satu cagar budaya dari daerah Jakarta yang masih berdiri kokoh di kawasan
Marunda, Jakarta Utara. Rumah Si Pitung yang hampir dekat dengan pesisir pantai
nampaknya jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Rumah yang menjadi ciri khas warga
Jakarta ini hampir sama dengan rumah panggung dari Bugis.
Untuk memulai perjalanan
ke Rumah Si Pitung dengan menggunakan TransJakarta mengambil rute ke arah Rusun
Marunda. Setibanya di sana akan terlihat gapura bertuliskan “Rumah Si Pitung 12
Destinasi Wisata Pesisir”. Perjalanan tak sampai disitu saja, wisatawan harus
menempuh jarak sekitar 1 kilometer untuk
tiba di tempat tujuan. Selama perjalanan, wisatawan bisa melihat kanan dan kiri
tambak ikan serta tumbuhan bakau di sepanjang jalan. Sayang, Rumah Si Pitung tak
begitu banyak pengunjung.
Saat tiba di depan pintu
masuk Rumah Si Pitung dihadapkan pagar berpelitur hitam. Dengan hanya mengocek
harga Rp 5 ribu untuk orang dewasa dan Rp 3 ribu bagi mahasiswa. Di buka dari hari
Selasa-Minggu dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.
Dari pintu masuk terlihat
tiga bangunan adat Betawi dengan corak rumah panggung ala Bugis dan didominasi
dengan warna merah kecoklatan. Ketiga bangunan ini memiliki fungsi yang
berbeda. Ada Rumah Si Pitung, aula dan musala berserta kamar mandi.
Bangunan utama Rumah Si Pitung
terletak sebelah kiri dari pintu masuk. Ketika akan masuk ke dalam Rumah Si
Pitung, pengunjung diminta untuk melepas alas kaki agar menjaga kebersihan dan
kenyamanan.
Ketika memasuki Rumah Si
Pitung terdapat beberapa ruang di dalamnya. Saat menaiki rumah panggung ada
beranda depan yang terdapat meja dan kursi yang terbuat dari rotan.
Selanjutnya, terdapat kamar tidur dan ruang makan dengan peralatan tradisonal
seperti cobek yang terbuat dari tanah liat. Di ruang belakang juga terdapat
beranda dengan ciri khas bale yang
menjadi tempat bersantai pemilik rumah. Tak hanya itu, rumah ini dibangun
berdasarkan sejarah Si Pitung saat polisi Belanda menggebrek Rumah Si Pitung di
Rawa Belong, Jakarta Barat pada tahun 1984.
Sayangnya, Rumah Si
Pitung yang menjadi situs budaya ini jarang dikunjungin wisatawan dan tidak ada
pemandu wisata pada saat itu. Begitu
pula akses yang jauh dari ibu kota membuat para wisatawan kurang melirik cagar
budaya ini.
Hal ini dirasakan
pengunjung Rumah Si Pitung, Nabila Maulidya Rahma mengatakan akses menuju Rumah
Si Pitung itu susah. Tak hanya itu, menurut Nabila cagar budaya hanya sekadar
Rumah Si Pitung dan tidak ada destinasi lain. “Bagus tetapi kurangnya kantin
dalam kompleks Rumah Si Pitung,” tuturnya, Jumat (5/4).
Nurul Dwiana