Piyanto Syahputra terbaring lemah di Rumah
Sakit Umum Daerah Subussalam. Tak terlihat keriangan di raut wajah bayi berusia
20 bulan ini. Anak kedua dari pasangan Fanetolia Laila dan Jernih Hati Nduru
tersebut menderita gizi buruk.
Bayi asal Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan, Kabupaten
Subulussalam tersebut menderita gizi buruk sejak berumur 3 bulan. Berat
badannya tak senormal anak lain seusianya. Awalnya, Piyanto mengalami diare dan
bibir pecah-pecah. Orang tuanya lantas membawa Piyanto ke RSUD Subussalam.
Namun, dokter di sana menyarankan agar bayi tersebut dibawa ke Banda Aceh atau
Medan untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik.
Namun, berselang beberapa bulan kondisi Piyanto membaik
seiring perawatan yang didapatkan di kota kelahirannya. Akan tetapi, masuk di
usia menjelang dua tahun ini, gizi buruk kembali membuat kondisi kesehatan
Piyanto tidak seimbang. Laila Khalidah dari Tim Program Aksi Cepat Tanggap
(ACT) Aceh Laila mengatakan, gizi buruk Piyanto kian akut dan berdampak pada
jantungnya. “Sakitnya kini sudah menggerogoti jantung Piyanto,” jelas Laila,
Kamis (7/3).
Melihat kondisi anak keduanya yang semakin payah, Fanetolia
dan Jernih kembali membawa Piyanto itu ke RSUD Subussalam. Saat hari pertama
masuk ruang perawatan, berat Piyanto hanya 5 kilogram saja. Sangat jauh dari
rata-rata anak seusianya yang mencapai 12 kilogram. Sedangkan, masuk hari kedua
perawatan, pada Selasa (5/3), beratnya turun menjadi 2,5 kg. Sedangkan, di hari
ketiga perawatan, Piyanto mengalami penaikan berat bedan menjadi 4 kg.
Kondisi perekonomian keluarga yang masih pas-pasan membuat
perawatan Piyanto tak maksimal. Keluarga tak dapat merujuk Piyanto ke Banda
Aceh atau Medan karena keterbatasan dana. Sehari-hari Piyanto diurus ibunya
yang hanya sebagai ibu rumah tangga. Sementara sang ayah dan kakaknya bekerja
sebagai buruh di salah satu perusahaan di Subussalam.
Sejak beberapa bulan lalu, ACT melalui program Mobile Social
Rescue melakukan pendampingan medis terhadap Piyanto. Saat ini, Piyanto pun
masih didampingi, terlebih akan mendapatkan rujukan ke Banda Aceh untuk
mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Selain itu, Laila
mengatakan, MSR-ACT juga akan melakukan penggalangan dana secara daring.
Rencananya, pendampingan ekonomi juga diberikan untuk menunjang ekonomi
keluarga Piyanto. “Pendampingan medis dan ekonomi akan dilakukan untuk
meringankan beban keluarga Piyanto,” tutup Laila.
Penulis: Eko Ramdani (Bagian ACT)