Api semangat
Kartini terus menyala hingga kini. Hak ini terbukti melalui semangat perjuangan
perempuan-perempuan ini.
Dua puluh satu
April menjadi hari yang sakral dalam sejarah bangsa Indonesia. Emansipasi yang
digagas Raden Ajeng Kartini berhasil membuka perspektif baru. Perempuan—yang
dianggap sebagai insan yang lemah—kini memiliki kesempatan yang sama dalam
mengenyam pendidikan. Bahkan tidak hanya itu, perempuan yang dulu hanya
berperan sebagai konco wingking kini
juga diperbolehkan berkarier dan menggapai cita-citanya yang setinggi langit.
Berbicara soal
semangat Kartini, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
memiliki sosok perempuan-perempuan hebat dan menginspirasi. Para Kartini masa
kini ini terus mengembangkan kualitas diri demi menjadi perempuan yang mampu
merubah stigma lingkungan sekitar. Mereka terdiri dari mahasiswi dan dosen yang
saat ini masih berjuang keras. Baik itu di dalam kampus maupun di luar kampus.
Seperti halnya
yang dilakukan oleh Mahasiswi Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan Safti Nur
Safitri. Tekadnya ingin menjadi salah satu tokoh yang dapat berkontribusi di
dunia pendidikan mengantarkan Mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah ini dinobatkan sebagai Putri Pendidikan Indonesia Provinsi Banten
2019. Pemilihan Putra-Putri Indonesia Pendidikan Banten merupakan kontes
pemuda-pemudi cerdas, memotivasi, inspiratif, dan nasionalis yang
diselenggarakan Ikatan Pemuda Prestasi Indonesia.
Menurut Safti,
sosok kartini di zaman sekarang adalah perempuan yang mampu menunjukkan
kualitas dan kemampuan dirinya tanpa ragu-ragu. Bahkan dapat dilihat bahwa
perempuan saat ini mampu menjadi seorang pemimpin atau motivator yang
menginspirasi banyak orang. “Jangan pernah ragu dengan apa kamu miliki, raih mimpi besarmu,” begitu pesan
mahasiswi semester dua ini, Sabtu (13/4).
Berbeda dengan
Safti, Mahasiswi Kedokteran semester 4 Fathiya Shafiatur Rahmah meneruskan
perjuangan Kartini lewat dunia kedokteran. Perempuan yang akrab disapa Tya ini sudah didiagnosis
mengidap Kanker Intra Apdomen sejak
2016 lalu. Ia telah mengeluarkan banyak cairan dalam perut bertahun-tahun
lamanya. Meski dokter sudah menyatakan demikian, Fathiya tetap semangat untuk
bisa terus belajar dan menggapai cita-citanya. Terbukti, Fathiya berhasil masuk
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui jalur Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional.
Saat Fathiya
berada di jenjang Sekolah Menengah Atas, ia hanya menghabiskan waktunya di sekolah, tempat les dan
rumah sakit. Fathiya bahkan pernah memanggil guru privat untuk belajar di rumah sakit saat sedang menjalankan
kemoterapi. Selain ingin menjadi dokter, Fathiya juga memiliki keinginan
menjadi seorang penulis. Pengalamannya saat melihat berbagai macam kondisi para
pasien kanker membuat hatinya terenyuh dan ingin menuliskan kisah-kisah mereka
dalam bentuk sajak. Tahun ini, ia bekerjasama dengan badan wakaf akan
menerbitkan tulisan-tulisannya yang terangkum dalam sebuah buku berjudul Surat Cinta.
Menurut Fathiya,
sosok Kartini zaman ini yang bisa diteladani ialah sosok yang peduli dan tidak
apatis terhadap kondisi di sekitarnya. Contoh kecilnya ketika ada suatu
permasalahan yang terjadi di kampus. Kartini masa kini harus ikut andil dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain peduli, Kartini masa kini juga
harus memiliki jiwa sosial yang tinggi seperti RA. Kartini yang sering membantu
semua kalangan tanpa pandang bulu. “Kita harus mengesampingkan gengsi. Jangan
lupa untuk terus berjejaring dan berteman dengan siapa saja,” ungkap Fathiya,
Senin (8/4).
Tak ketinggalan,
perempuan pertama yang meraih Doktor Bidang Pemikiran Politik Islam UIN Jakarta
Musdah Mulia pun turut angkat bicara. Menurut Musdah, Kartini masa kini ialah
perempuan yang bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Perempuan harus bersaing
dengan orang-orang sukses di sekelilingnya. “Kartini punya banyak kesempatan
meningkatkan kualitas hidupnya meski tidak melalui pendidikan formal,” ujar
Musdah saat ditemui di Sekretariat Indonesian Conference On Religion and Peace,
Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (14/4).
SEFI RAFIANI
SEFI RAFIANI