Lupa akan
kebaikan Karina, Lauren lantas berusaha merebut posisinya. Namun, kesadaran
Karina membuat Lauren hilang eksistensi.
Cahaya kuning lampu sorot perlahan menyinari
panggung pertunjukan, menjadi satu-satunya penerangan yang ada. Penonton pada
kursi tingkat paling atas pun dapat melihat objek dengan jelas. Tampak sepasang
ranjang yang disusun dengan jarak yang cukup jauh. Kosen jendela ditata di
antara keduanya, tanpa kaca dan tertutup gorden. Beberapa patung kayu sebesar lengan
juga turut menjadi properti di atas bufet yang menempel dengan jendela.
Suara musik klasik melantun lembut, disusul
guruh yang perlahan menggelegar. Lauren—diperankan oleh Nosen Karol
Handayani—dan Karina—diperankan oleh Tilona Saragih—memasuki panggung melewati
sebuah set pintu yang menempel dengan besi penyangga. Dinginnya udara membuat
keduanya menggosok masing-masing tangan mereka.
Lauren mulai mengoceh tentang kejadian yang
baru menimpanya. Ia adalah seorang gelandangan yang tengah diganggu oleh segerombol
orang sebelum Karina datang menolongnya. Karina tidak mengindahkan ocehan
Lauren, ia malah sibuk mengampelas patung miliknya. Gangguan jiwa yang diidap
Karina membuat respon yang keluar dari mulutnya tak selaras dengan ocehan Lauren.
Esok harinya, Judith—diperankan oleh Novinta
Dhini Soetopo—melihat kehadiran Lauren di rumah, dan ia tak menyukainya. Peran kakak
Karina yang mendominasi tersebut membuat pertunjukan tegang. “Kau gelandangan
busuk!” Suara altonya menggema ke seluruh ruangan saat sedang melempar cacian
pada Lauren. Emosi Judith yang naik turun menimbulkan praduga atas status
kejiwaannya.
Lain halnya dengan Judith, Karina justru ingin
Lauren menemaninya sebagai ‘penjaga rumah’. Akan tetapi, bak peribahasa kuberi
hati, kauminta jantung, Lauren malah bertujuan menyingkirkan Karina. Ia
merasa dirinya lebih baik dibanding Karina yang mengidap gangguan mental. Lauren
berharap agar Karina kembali diasingkan seperti dulu, ketika ibunya tahu bahwa
ia memiliki masalah kejiwaan. Namun sayangnya, Judith lebih awal mencium
gelagat bualan dan jilatan Lauren.
Tak sabar dengan segala gelagat Karina, pada
akhirnya Lauren mengeluarkan cercaan pada Karina dengan mengatainya gila.
Karena itu pula, Karina hilang percaya pada Lauren. Judith pun menggunakan
kesempatan tersebut untuk menggunakan Karina sebagai perantaranya mengusir
Lauren. Gelandangan tersebut pasrah dan mengakhiri eksistensinya. Lauren keluar
dari panggung perlahan, dengan kata-kata bujukan yang kian lama kian tak
terdengar.
Pertunjukan berjudul Penjaga Rumah ini
merupakan adaptasi dari The Caretaker karya Harold Pinter. Akan tetapi,
terdapat beberapa perbedaan yang sengaja dibuat. Selain menggunakan latar
Jakarta pada ceritanya, ketiga tokoh yang aslinya merupakan laki-laki diganti
menjadi perempuan. Tak hanya itu, terdapat pula beberapa alur yang berbeda.
“Tanpa mengubah esensi cerita,” tegas Penyadur Naskah Penjaga Rumah
Novinta Dhini Soetopo di Komunitas Salihara, Senin (8/4).
Walaupun hanya Karina yang mendapat ‘cap’ gila pada
cerita ini, Lauren dan Judith pun sebenarnya mengalami hal serupa. Jika
penonton jeli, dapat terlihat jika Lauren cenderung narsistik dan Judith labil emosi
di balik inteligensinya yang tinggi. Menurut Novinta sebagai seorang penggemar
genre psychology-mystery, mereka yang
mengalami mental illness tetap bisa terlihat normal, tetapi punya satu
sisi pembeda dengan orang lain.
Pertunjukan Penjaga Rumah dihelat pada 9—10 April 2019 di Ruang Teater
Salihara, Pasar Minggu. Penampilan ini dipersembahkan oleh Teater
Pintu—kelompok teater alumni Institut Kesenian Jakarta. Pimpinan Produksi Penjaga
Rumah, Lintang Permata Sari
Devina beranggapan bahwa pertunjukan memuaskan sampai geladi bersih.
Dari situ, ia berharap agar Teater Pintu dapat terus berkarya menghasilkan
produk seni lainnya. “Memberikan yang terbaik untuk para penikmat seni,”
pungkas Lintang seusai geladi bersih, Senin (8/4).