Perilaku anak muda yang kerap berbuat
gaduh, tawuran, judi, dan mabuk membuat stigma sebagai sampah masyarakat
melekat. Masa muda yang seharusnya digunakan untuk menata masa depan agar lebih
cerah terkadang harus terbuang percuma oleh kegiatan yang negatif.
Seperti yang pernah dialami oleh Zaenal
Arifin atau yang akrab disapa Enay. Dulu ia adalah seorang remaja yang sering
melakukan kegiatan negatif. Seperti tawuran dan mabuk-mabukan. Namun semua
berubah kala ia dan beberapa kawannya berpartisipasi dan mulai membentuk
Komunitas Peduli Katulampa (Kompak).
Luthfi Kurnia yang biasa disapa Kang Uut
merupakan figur dibalik terbentuknya Kompak. Pembentukan komunitas ini berawal dari keadaan anak muda sekitar Katulampa yang gemar melakukan kegiatan negatif. Sebagai fasilitator, Kang Uut membimbing
serta memberi motivasi pada anak-anak yang putus sekolah di kawasan Katulampa. Ia mengajak dan membangun pemuda sekitar kesadaran agar menjadi lebih baik.
Sejak saat itu, anak-anak muda Katulampa
mulai berbenah diri. Enay yang merupakan ketua Kompak keempat mengungkapkan bahwa awalnya ia merasa acuh
terhadap apa yang dilakukan oleh Kang Uut. Sampai pada
akhirnya ia sadar dan ingin berbuat baik
dan menjadi orang yang bermanfaat di kampungnya.
Anggota Komunitas Peduli Katulampa sampai saat ini berjumlah 25
orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Kebanyakan
anggota komunitas ini adalah pemuda Katulampa yang putus sekolah. Namun banyak
juga yang masih berstatus pelajar, mahasiswa bahkan pekerja.
Kegiatan Kompak fokus pada bidang kerajinan tangan, sosial serta
pendidikan. Untuk bidang pendidikan, Kompak mengadakan kegiatan belajar mengajar yang diikuti
oleh anak-anak kecil warga sekitar. Kegiatan pendidikan ini bertempat di saung yang juga dijadikan perpustakaan bagi warga. “Banyak juga mahasiswa yang datang ke saung untuk
berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar ini,” ujar Enay, Jumat (16/11).
Di bidang kerajinan tangan, Kompak produktif menghasilkan produk yang terbuat
dari bahan-bahan bekas yang didaur ulang. Seperti suvenir untuk pesta pernikahan. Produk
kerajinan tangan dijual dan hasil penjualan dijadikan sumber dana bagi komunitas.
Untuk kegiatan sosial, komunitas ini sering
melakukan kegiatan bersih-bersih sungai dan kerja bakti kampung bersama dengan
warga. Terkadang mereka juga memberi bantuan kepada warga yang membutuhkan
bantuan dalam bentuk materi ataupun jasa.
Melalui komunitas ini, anak muda Katulampa
ingin menangkis komentar negatif serta cibiran masyarakat atas apa yang mereka
lakukan dulu. Saat ini, mereka hanya ingin menjadi pribadi yang
kreatif serta menginspirasi banyak orang.
Enay mengungkapkan bahwa komunitas ini
membawa dampak yang positif bagi kehidupannya. Dari yang dulu ia melakukan
hal-hal negatif, kini ia menjadi orang yang baik. “Jujur, manfaat adanya komunitas ini sangat terasa. Saya
sekarang bisa menjadi manusia yang bermanfaat,” ujarnya.