GAZA – Setidaknya ada sepuluh truk besar yang
sudah berkumpul sejak pagi, berbaris untuk mengantre di
salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum di Gaza. Total keseluruhan ada sebanyak
100.000 liter bahan bakar yang siap dimasukkan ke dalam truk,
untuk selanjutnya didistribusikan ke sejumlah rumah sakit di Gaza.
Usai prosesi pengisian bahan bakar,
truk pengangkut yang telah diberi label bertuliskan “Indonesia Save Palestine,
Fuel Distribution for Palestinian Hospital’s Electricity” pun
siap memulai perjalanan. Satu per satu truk keluar dari stasiun pengisian bahan bakar.
Melewati tengah kota
Gaza, jalan tampak lengang untuk sebuah kota kecil dengan dua juta populasinya.
Tak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Menyaksikan lebih detail, bukan hanya ada bendera Palestina
yang terpampang di salah satu sisi setiap truk. Ada dua bendera lain yang
turut melengkapi: bendera Indonesia dan bendera Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Ya,
tak ingin penderitaan warga Gaza kian bertambah, ACT dan bangsa Indonesia pun
turut merespons cepat krisis yang berujung membahayakan sistem kesehatan di Gaza.
Akhir Januari kemarin, ACT telah menyalurkan sebanyak 100.000 liter
bahan bakar untuk rumah sakit di Gaza.
“ACT
telah berkomitmen akan menanggapi situasi genting di Gaza. ACT bantu
memasok bahan bakar untuk delapan rumah sakit di Gaza
dengan berkoordinasi langsung dengan Mitra Kemanusiaan ACT,
termasuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina di Gaza,” ungkapAndi Noor
Faradiba dari Global Humanity Response (GHR) ACT.
Faradiba juga menyebutkan,
bantuan bahan bakar dari Indonesia menyasar ke 8 rumah sakit umum yang tersebar di
seantero Gaza, yakni Rumah Sakit (RS) Al-Shifa, RS. Kamal Adwan, RS. Beit Hanoun,
RS. Al-Durra, RS. Al-Harazeen, RS. SakitShohada Al-Aqsa, RS. Naser, dan RS.
European.
“Masing-masing rumah sakit menampung jumlah pasien berbeda.
Tiga di antaranya biasa melayani lebih dari seribu, antara lain RS. European dengan
1.600 pasien, RS. Al-Shifadengan 1.450 pasien, dan RS. Naseerdengan 1.300
pasien,” papar Faradiba.
Menurut fakta sebelum
ACT melakukan aksi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa sistem kesehatan
di Gaza berada di ujung tanduk. Harga bahan bakar melambung tinggi,
sedangkan suplai listrik untuk rumah sakit semakin terbatas. Padahal, data mencatat
Gaza membutuhkan 500.000 liter bahan bakar per
hari untuk pasokan listrik rumah sakit. Akibatnya, hampir seluruh rumah sakit di Gaza
hanya mengandalkan bantuan bahan bakar dari sejumlah lembaga donor internasional, itu
pun jumlahnya terbatas.
“Insya
Allah, setelah mendapat bantuan bahan bakar, 8
rumah sakit itu bisa beroperasi selama dua pekan ke depan. Sehingga, suplai bahan bakar ini mampu melayani ribuan pasien
di semua instalasi rumah sakit di sana,” pungkas Faradiba.
[]Penulis:
NimasAfridhaAprilianti