Alam semesta ini bersifat baru, keberadaan alam semesta berasal
dari ketiadaan. Dalam hal yang baru ada maka pasti ada yang menciptakan. Lalu
siapakah yang menciptakan alam semesta ini dari ketiadaan menjadi ada?. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut maka akan dikaji berdasarkan ilmu pengetahuan
(sains) dan Alquran.
Kajian Sains dan Logika
Teori yang paling umum dianut tentang penciptaan alam semesta yang
berasal dari ketiadaan adalah teori big bang. Teori menyebutkan
keberadaan alam semesta berasal dari ledakan besar (big bang) yang terjadi
sekitar 10-20 miliar tahun silam. Dalam teori ini, awal mula alam semesta ini berbentuk satu
massa besar (nebula primer), kemudian terjadi dentuman besar (big bang)
pemisah sekunder yang mengakibatkan pembetukan galaksi yang terbagi dalam
planet, matahari, bulan dan lainnya.
Telah banyak ilmuan yang memberikan
bukti-bukti kebenaran teori ini, salah satunya dibuktikan oleh seorang astronom
Amerika Serikat yaitu Edwin Hubble pada tahun 1925 di mana dalam bukti pengamatannya
yaitu semua galaksi bergerak saling menjauhi satu sama lain. Dengan demikian ledakan yang
luar biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta. Jadi, alam semesta ini bersifat baru, dan muncul dari
ketiadaan.
Berdasarkan ilmu pengetahuan (sains) yang juga mengatakan bahwa
alam semesta bersifat baru jadi jawaban dari pertanyaan ini terdapat dua
kemungkinan yaitu alam semesta sendiri yang telah menciptakan dirinya sendiri
atau zat lain di luar dari alam semesta yang telah menciptakannya. Ketika kita
telaah secara logika, maka tidak mungkin alam semesta menciptakan dirinya
sendiri karena proses penciptaan menghajatkan adanya perbuatan. Lalu bagaimana
dia akan berbuat jika dirinya sendiri belum ada?. Maka tinggal jawaban kedua
yang bisa berlaku dimana alam semesta ini telah diciptakan oleh Zat di luar
dari alam semesta.
Zat di luar dari alam semesta dibagi lagi menjadi dua kemungkinan
yaitu bersifat baru juga dan berasal dari ketiadaan atau zat yang bersifat
azali tanpa permulaan. Pada kemungkinan pertama jika hal tersebut bersifat baru
maka akan menghajatkan pencipta lain, jika pencipta lain yang menciptakan juga
bersifat baru, maka akan menghajatkan pencipta yang lain juga dan begitu
seterusnya. Tentu hal ini tidak mungkin karena akan terjadi tasalsulul
hawadits, yaitu kejadian terus menerus yang tiada ujungnya. Jika penciptaan
alam semesta seperti ini maka hasilnya tidak akan ada penciptaan sama sekali,
dan tidak akan ada alam semesta ini.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi dalam penciptaan alam semesta?
Untuk memperjelas hal ini, maka diumpamakan dengan seorang teroris yang ingin
dihukum mati. Orang yang ditugaskan untuk menghukum mati disebut algojlo.
Algojlo tidak mengeksekusinya jika tidak mendapat perintah dari atasannya.
Begitu juga dengan atasannya, tidak bisa memberikan perintah hingga turun
perintah dari atasaannya yang senior dan begitu seterusnya.
Setiap atasan tidak bisa memberikan perintah kecuali telah turun
perintah dari atasannya yang paling senior darinya. Jika hal ini berlanjut
tanpa ada ujungnya maka yang terjadi tidak akan ada eksekusi hukum mati bagi
seorang teroris tersebut. Namun jika didapati seorang teroris tersebut telah
dieksekusi hukuman mati oleh aljoglo maka dapat diketahui bahwasanya ada
perintah dari atasan tertinggi yang tidak lagi memiliki atasan. Sehingga untuk
menurunkan perintah tidak lagi menunggu perintah dari atasannya yang lain.
Begitu juga dengan penciptaan alam semesta ini, menunjukkan ada zat
yang telah menciptakan yaitu zat yang bersifat azali, tanpa permulaan dan tanpa
diciptakan. Dialah Allah SWT yang menciptakan alam semesta dengan keindahan
yang luar biasa. Keteraturan, keharmonisan dan keindahan alam semesta
menunjukkan adanya zat yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Langit dengan segala
hiasannya dan bumi dengan lautan, sungai yang mengalir di dalamnya, gunung yang
begitu kokoh menjulang tinggi, hewan dan tumbuhan dengan berbagai macam
jenisnya, semua itu menjadi bukti kebesaran Allah SWT. Penciptaan alam semesta menjadi sebuah karya yang luar biasa dari
Sang Pencipta.
Kajian Alquran dan Sains
Allah SWT menciptakan alam semesta dari ketiadaan. Demikianlah
Allah menciptakan langit dan bumi, dari semula tidak ada menjadi ada. Allah
menciptakan sesuatu dengan perkataan Kun (jadilah). Perkataan ini adalah
penyederhanaan tentang Maha besarnya kekuasaan Allah, apa saja yang dikehendaki
untuk ditetapkan semua terjadi dengan mudah. Kata fa yakun (maka jadilah)
di sini tidak mesti diartikan bahwa sesuatu itu terjadi seketika itu juga,
melainkan melalui tahapan proses yang memerlukan waktu. Sebagaimana dijelaskan
dalam Alquran bahwa Allah SWT
menciptakan alam semesta melalui beberapa masa. Dalam sejumlah surah, Alquran
selalu menggunakan istilah fi sittah
ayyam, yang dapat diterjemahkan dalam arti enam hari, enam masa atau enam
periode. Sebagaimana dalam firmannya yang berbunyi:
إِنَّ رَبَّكُمُ
اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ فِيْ سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ
اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍ بِأَمْرِهٖۙ أَلَا لَهُ
الْخَلْقُ وَالْأَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya :
“Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’Raaf: 54)
Ayat di atas menjelaskan bahwa ke enam
masa tersebut adalah (1) Masa pertama, masa sejak Big Bang dari
Singularitas sampai pada Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal, menjadi awal
terbentuknya ruang, waktu dan materi. (2) Masa kedua, alam semesta mengembang
di mana antar galaksi saling menjauhi dan langit semakin meninggi melalui
proses perubahan yang bertahap. (3) Masa ketiga, masa terbentuknya matahari
yang berfungsi sebagai sumber cahaya dan bumi berputar pada porosnya, sehingga
terjadi perubahan siang dan malam. (4) Masa keempat, masa munculnya daratan
bumi akibat tubrukan antaran sebuah komet dengan matahari sehingga sebagian
massa matahari terpental keluar yang nantinya akan berubah jadi planet-planet,
salah satunya planet bumi. (5) Masa kelima, bumi menjadi ada air yang bersumber
dari komet yang menghantam bumi. Kandungan dalam komet bereaksi ketika tubrukan
dengan unsur-unsur yang ada di bumi sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut
menjadi hujan di bumi. Setelah air dibentuk tumbuh-tumbuhan mulai bermunculan.
(6) Masa keenam, masa terakhir ini terbentuk gunung setelah daratan tercipta
dan setelah pembentukan air serta tumbuhnya tanaman. Fungsi gunung untuk
menyeimbangkan kerak bumi dan mencegah goyangnya tanah. Setelah gunung
terbentuk barulah hewan dan manusia
Alquran mengajak manusia untuk menyaksikan eksistensi Tuhan melalui
ciptaan-Nya dan menyingkap tabir keghaiban-Nya melalui perhatian mendalam akan
realitas konkret yang terhampar luas di langit dan di bumi. Sains bisa
menggapai Tuhan melalui observasi yang diteliti dan tentang hukum-hukum yang
mengatur fenomena alam itu.
Alquran menunjukkan adanya realitas Intelektual Yang Agung, yaitu
Allah SWT. Lewat penelitian yang cermat dan mendalam akan semua ciptaan-Nya. Kesadaran
juga makin tumbuh bahwa unsur wahyu Ilahi tentang Tuhan dan kehendak Tuhan
mengenai manusia dalam Alquran merupakan rimba mahalebat yang tidak akan dapat
diketahui secara tuntas oleh manusia itu sendiri. Kemajuan sains memberikan
arti positif dalam eksegese dengan mempertajam interpretasi Alquran dalam
tingkat signifikansi religius.
Nurhasanah
Mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta