Melihat
kemungkinan media yang menjadi tunggangan politik terhadap salah satu partai di
tahun politik. Bagaimana keadaan media dapat mempengaruhi politik di Indonesia,
dan mengenai perpolitikan di Indonesia. Kemudian hal tersebut yang mengiring
opini masyarakat terhadap salah satu pasangan calon (Paslon) Pemilihan Umum
(Pemilu) 2019.
Berangkat
dari polemik tersebut, mahasiswa atau pun masyarakat mampu menilai media di
tahun politik ini. Maka dari itulah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Aspirasi melaksanakan
seminar terbuka terkait media. Seminar terbuka yang bertemakan Implikasi Media dalam Kancah Politik
Indonesia dilaksanakan di Auditorium Bhineka Tunggal Ika Gedung Rektorat
(Lt 4) UPN “Veteran” Jakarta pada, Rabu (31/10). Acara ini juga dilaksanakan
dalam rangka Dies Natalies LPM Aspirasi yang ke-35 tahun.
Tujuan
utama diselenggarakannya acara ini yaitu untuk menyadarkan mahasiswa supaya tahu
langkah apa yang harus mereka ambil saat pemilihan 2019 nanti. Sebagai
mahasiswa atau orang terpelajar yang sudah diberikan informasi mengenai pemilihan
yang akan datang, harus bersikap bagaimana seharusnya.
Begitu
juga implikasinya sebagai masyarakat yang berpendidikan. Seperti halnya yang
diungkapkan ketua pelaksana seminar terbuka Fikriya Nursyafa “Sebagai seorang
Mahasiswa harus tahu sikap apa yang harus mereka lakukan menghadapi pemilu 2019
mendatang,” ujarnya, Rabu (31/10).
Dalam
pelaksanaan seminar ini ada dua sesi. Sesi pertama oleh Manager Online
Wartakota Suprapto yang membahas tentang perpolitikan yang ada di Indonesia.
Suprapto menjelaskan bahwa demokrasi senyatanya untuk membangun peradaban,
salah satu cara untuk membangun peradaban dengan baik adalah demokrasi. Namun
kenyataannya saat ini berbanding terbalik.
Dengan
hiruk pikuk situasi politik yang terjadi di Indonesia saat ini, karena pertama
kalinya di Indonesia Pemilu legeslatif dan eksekutif dilakukan secara
bersamaan. Oleh karena itu terkadang seseorang mengkritiki sesuatu tapi tidak
ada dasarnya. Suprapto mengatakan pada peserta seminar “Mahasiswa harus bisa
melihat sesuatu secara objektif, tapi kritis,” artinya mahasiswa sebagai kaum
intelektual harus melihat sesuatu hal berdasarkan fakta dan data yang konkret.
Sesi
kedua dipaparkan oleh Peneliti Remotivi Firman Imaduddin dan materi yang
dibahas lebih pada posisi media dapat mempengaruhi perpolitikan di Indonesia.
Ia membandingkan keadaan pers dulu dan saat ini. Jika dulu pers dibungkam oleh
pemerintah, sekarang sudah orde baru pers udah bebas akan tetapi menjadi pers
yang oligarki.
Firman
menampilkan sebuah video hasil penelitiannya mengenai pemilu tahun 2014, video tersebut
menampilkan peran serta keterlibatan media dalam perpolitikan di Indonesia. Video
itu menunjukkan bahwa pemberitaan televisi tergantung pada pergerakan politik pemiliknya.
Firman mengatakan “Agar tidak diperdaya media, kita harus menjadi penonton yang
kritis,” ujarnya, Rabu (31/10). Saat ini para pemilik media ikut berperan
politik dan mempengaruhi bagaimana berita itu dimuat, jelasnya.
Jadi
dalam proses seminar ini para pemateri tidak hanya menjelaskan menggunakan
power poin, namun para pemateri juga menampilkan video yang berkaitan dengan
materi dan lebih memudahkan peserta
memahami materi yang dipaparkan.
Seminar
ini mendapatkan respon yang baik dari mahasiswa, karena yang mengikuti seminar
ini tidak hanya mahasiswa dari jurusan komunikasi, namun ada juga dari jurusan
hukum, ekonomi, bahkan mahasiswa tekhnik juga turut hadir dalam seminar ini.
Seperti
halnya ungkapan dari salah satu peserta seminar dari jurusan Ekonomi
Pembangunan Paramita saat diwawancarai, ia mengatakan motivasi utamanya
mengikuti seminar terbuka ini untuk menambah pengalaman. “Disamping itu juga,
saya mengikuti seminar agar bisa mendapatkan sertifikat untuk salah satu syarat
skripsi,” ucapnya, Rabu (31/10).
HA