Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di
lingkaran Cincin Api Pasifik, juga berada tepat di atas lempengan tektonik. Hal
tersebut menyebabkan Indonesia rawan gempa untuk menyadarkan pemuda sadar akan
bahaya bencana, Kelompok Mahasiswa Pencinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan
(KMLPHK) Kembara Insani Ibnu Battutah (Ranita) mengadakan seminar bencana dan
talkshow relawan.
Turut menghadirkan Agung Sabtaji dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah II Ciputat, dipaparkan beberapa jenis gempa
bumi hingga akibatnya. “Akibatnya bisa terjadi guncangan, tsunami hingga bahaya sekunder” ucapnya, Jumat
(26/10).
Tak hanya Agung, Purna Sulastya Putra Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) turut membahas tentang gempa bumi dan gempa
megathrust yang berada di Selat Sunda. “Lempengan teknonik ini juga ada di
Selat Sunda dan juga berada di bawah Pulau Jawa,” paparnya, Jumat (26/10).
Begitu pula Melisa Aprilia, dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menceritakan awal Indonesia sadar butuhnya
penanggulangan bencana pada saat gempa Aceh 2004. Melisa menjelaskan perlunya
sistem penanggulangan bencana yang terpadu. “Kemudian lahirlah undang-undang
rawan bencana nomor 24 tahun 2007 oleh Badan Koordinasi nasional” ujarnya,
Jumat (26/10).
Menanggapi acara ini, Alfiah Nurul Zakiah selaku ketua pelaksana beranggapan bahwa Acara
ini pun bertujuan agar pemuda lebih sadar bencana. Dari talkshow relawan ini
tidak hanya diajarkan lebih peduli dengan korban bencana. “Langkah baiknya bisa ikut ke lapangan jadi relawan,” tuturnya,
Jumat (26/10).
Diadakan di Aula Madya lantai satu UIN Syarif
Hidayatullah. Acara ini sukses merangkul Peserta dari berbagai fakultas maupun
mahasiswa pencinta alam. Salah satunya Siti Maulida, mahasiswi jurusan Ilmu
perpustakaan mengungkapkan, ketertarikan dan kesadarannya terhadap bencana. “Mahasiswa
seperti saya pun jadi tahu apa itu bencana dan cara menanggapinya,” tutupnya,
Jumat (26/10).