SITTWE
- Sebelas tahun terbelenggu di dalam Myanmar, tak juga ada keadilan bagi warga
Rohingya. Rohima Begum, salah seorang warga Rohingya mengisahkan hidupnya yang
hingga kini berada dalam keterbatasan. Rohima mengaku, banyak sekali
pengekangan yang dialami warga Rohingya di Myanmar, termasuk dirinya. Utamanya
akses yang dibatasi, bahkan ditutup. Misalnya saja akses untuk mendapatkan
layanan kesehatan, pendidikan, dan beribadah di tempat umum.
Mereka
tiada henti alami kekurangan pangan. Selain karena minimnya persediaan di
pasar, mereka juga tidak punya penghasilan untuk membelinya. Akses untuk
mendapatkan air bersih pun sulit.
Rohima
sendiri adalah ibu dari 5 orang anak. Semuanya masih berusia di bawah 18 tahun,
tiga perempuan dan dua laki-laki. Ia dan keluarga tinggal di Desa Doon Pyin,
Kota Sittwe, Myanmar. Perihal air bersih, Rohima mengungkapkan, warga Rohingya
harus berjalan jauh agar menjangkau sumber air bersih. Namun, itu pun tidak
aman bagi mereka, terutama perempuan.
“Kami
khawatir kalau pergi jauh-jauh, kami masih trauma, takut ada kejahatan lagi
yang dilakukan pada kami,” kata Rohima.
Rupanya,
sekali lagi, tindakan represif telah mematri trauma pada sebagian besar
Rohingya yang menyaksikan maupun mengalaminya. UNHCR pernah menyatakan, selain
kebutuhan pangan dan air bersih, Rohingya sangat memerlukan pendampingan
psikososial untuk menghilangkan trauma mereka.
Sucita
dari Global Humanity Response (GHR) ACT mengatakan, jangankan untuk bekerja,
pergi menjangkau sumber air pun mereka tidak memiliki keberanian. Alhasil,
banyak dari anak-anak mereka terlihat kotor karena jarang mandi. “Padahal tentu
saja mereka membutuhkan air bersih untuk mandi dan mencuci pakaian, juga untuk
minum,” jelas Suci.
Pada
awal September lalu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah membangun 11 pompa air di 8
lokasi berbeda, yakni di Desa Baw Du Pha, Desa Shabok, Desa Thae Choung, Desa
Doon Pyin, 1 Desa Khoung Dukkar, dan Desa Kay Pyin di Kota Sittwe.
“Alhamdulillah
sudah berdiri 11 pompa air. Target kami akan membangun 21 unit, artinya tinggal
sisa 10 unit lagi. Pembangunan 10 pompa air ini sebenarnya sudah mulai Oktober
kemarin, tersebar di dua desa: 5 unit di Desa Dapaing dan 5 unit di Desa
Baudupa. Insya Allah akan selesai dalam waktu dekat,” tutur Suci.
Mendengar
kabar baik itu, Rohima yang menginspirasi ACT untuk membangun pompa air pun
merasa bersyukur. Sebab, kontribusinya turut meringankan beban warga Rohingya
di Myanmar dalam mendapatkan air bersih. Sehingga, tak ada lagi kekhawatiran
bagi mereka karena tidak harus pergi jauh.
“Saya sangat senang memiliki pompa air dari ACT. Saya berdoa, semoga
Allah membalas kebaikan para donatur dan anggota ACT,” pungkas Rohima. [] Nimas Afridha Aprilianti