Selain nyaman, tempat tinggal mahasiswa juga harus aman. Karena tempat tinggal menjadi
rumah ke dua mahasiswa.
Tahun 2018 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta kedatangan mahasiswa baru. Tak hanya datang dari wilayah Jabodetabek, mereka hadir dari berbagai
pelosok negeri. Nissa Dwi Riani misalnya, mahasiswa baru program studi (Prodi) Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FIDIKOM) asal Bojonegoro, Jawa
Timur.
Sebagai mahasiswi rantau, sesampainya di Ciputat Riani langsung
mencari bakal tempat tinggal. Niat awal indekos dekat kampus, dibantu aplikasi Mamikost yang
ada di gawainya ia memilih. Namun apalah daya, promosi yang
ditawarkan tak sesuai dengan keadaan. Dengan pertimbangan orang tua, akhirnya Riani memutuskan tingal di Ma’had Jami’ah
Putri UIN Jakarta.
Lain dengan Riani, Abdil Abdillah mahasiswa baru Prodi Manajemen Dakwah
FIDIKOM memilih tinggal di sekretariat organisasi primodialnya Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes wilayah Jakarta. Atas dasar kedaerahan, alhasil ia memutuskan tinggal di sana. “Karena satu daerah, saya tinggal sama mereka,” ujarnya, Kamis (13/9).
Sedangkan nasib nahas menimpa Fitria Mauludi Latukau, mahasiswi baru Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiah dan Keguruan (FITK). Belum genap sebulan ia tinggal indekos, musibah menimpa. Dini
hari sekitar pukul 03.30 WIB pencuri berhasil menyelinap ke dalam kosan dan
mengambil laptop. Dalam keadaan sadar ia mencoba mengejar pelaku, namun pencuri
tersebut berhasil kabur. “Saya sempat bertatap muka dengan pencurinya,” tutur
Fitri, Rabu (12/9).
Banyak varian tempat tinggal mahasiswa di UIN Jakarta,
baik mereka yang tinggal indekos, asrama, apartemen hingga pesantren. UIN
Jakarta sendiri menyediakan beberapa asrama yang dapat ditempati mahasiswanya.
Di antaranya asrama putra, Asrama Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan, Ma’had Jami’ah Putra dan Putri. Selain itu,
direncanakan UIN Jakarta bakal mendirikan asrama untuk mahasiswa mancanegara.
Selain kamar indekos, mahasiswa UIN Jakarta juga banyak
yang memilih pesantren sebagai tempat tinggal. Itu pula yang dialami Husain Ali
Zaenal Abidin, mahasiswa Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tarsir (Iqtaf) semester
tujuh. Sudah tiga tahun lebih sejak awal masuk kuliah ia menetap di Pesantren
Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences.
Memilih tinggal di pesantren bagi Husain berdampak
positif bagi akademiknya, karna memang keilmuan yang Ia pelajari di pesantren
sejalan dengan prodinya Iqtaf. Selain itu bagi Husain tinggal pesantren juga
lebih teratur kegiatannya dan menambah banyak teman lintas prodi. “Tingal di
pesantren lebih teratur dan tidak ada waktu untuk bermalas-malasan,” tegas
Husain, Senin (10/9).
Fahmi Fauzi Abdillah mahasiswa Studi Ilmu Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga memilih tinggal di Islamic
Culture Center of Indonesia (UICCI) Pesantren Sulaimaniyah. Ia menuturkan
ketertarikannya terhadap kajian dunia Islam menjadi alasan utama Ia tinggal di
pesantren UICCI Sulaimaniyah. “Saya
tertarik dengan dunia peradaban Islam dan Turki mempunyai itu,” ungkapnya, Rabu
(12/9).
Selain tinggal di pesantren luar UIN Jakarta, banyak juga
mahasiswa yang memilih tinggal di pesantren di bawah naungan UN Jakarta. Roihatul
Jannah salah satunya, mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab FITK semester tiga
memilih tinggal di Ma’had Jami’ah Putri UIN Jakarta. Baginya tinggal di Ma’had
Jami’ah memberikan fasiltas yang memadai, baik itu tempat tidur, listrik,
air, bahkan wi-fi dan mengukuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler.
Pakar psikologi UIN Jakarta Fadhillah Suralaga menerangkan
jika mahasiswa tidak dapat terlepas dari pengaruh lingkungan. Pengaruh
tersebut tidak hanya berimbas pada
prestasi saja, namun lebih dari itu akan berdampak pada gaya hidup. Karena
tugas seorang mahasiswa yang paling utama adalah belajar, maka lingkungan harus
memberikan nilai positif untuk belajar.
Dalam mencari tempat tinggal hendaknya memperhatikan
beberapa hal, kenyamanan menjadi alasan utama. Selain itu seorang mahasiswa
juga harus memperhatikan keamanan lingkungannya dan tempat tinggal yang baik
harus memiliki aturan-aturan. “Tempat tinggal harus memiliki aturan untuk
mahasiswa,” tegas Fadhillah, Jumat (14/9).
M. Rifqi Ibnu Masy