Upaya dikenal dalam kancah internasional, UIN Jakarta ikuti penilaian QS Stars Rangking. Penilaian tersebut menuai hasil
rangking tiga bintang.
Quacquarelli Symond (QS) Stars Rated
for Excellence merupakan lembaga internasional penilaian perguruan
tinggi. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengikuti penilaian QS Stars
Rating. Upaya UIN Jakarta untuk dikenal dalam kancah internasional pun
membuahkan hasil. Setelah melewati beberapa tahap penilaian UIN Jakarta
memperoleh rating tiga bintang.
Tak sedikit biaya yang harus digelontorkan untuk melakukan penilaian QS
Stars Rating. Sekitar Rp600 juta dibayarkan untuk mendaftar kepada lembaga
bergengsi tersebut. Setelah mengirimkan berkas persyaratan, QS Stars Rating
akan melakukan penilaian internal yang ketat untuk menentukan rating bintang
sebuah perguruan tinggi.
Menentukan rating perguruan tinggi, QS Stars Rating melakukan penilaian dalam
berbagai aspek. Sebagaimana tertera di laman resmi www.topuniversities.com, penilaian tersebut mencakup riset, pengajaran, kinerja,
internasionalisasi, dan fasilitas. Selain itu, pembelajaran jarak jauh,
inovasi, budaya, akses informasi dan aspek khusus lainnya pun tak luput menjadi
sasaran penilaian.
Rating tiga bintang yang didapat UIN Jakarta berdasarkan nilai yang
diperoleh dari beberapa bidang. Seperti halnya pengajaran yang mendapat empat
bintang. Selanjutnya, dalam aspek kinerja, UIN Jakarta memperoleh rating empat.
Selain itu juga mendapat tiga bintang pada aspek fasilitas dan kepedulian
sosial. Sedangkan nilai tertinggi dengan perolehan rating lima bintang pada
aspek inklusivisme. Di samping itu rating terendah diperoleh di bidang
internasionalisasi dan program strategis studi Islam dengan nilai rating dua
bintang.
Perihal pencapaian QS Stars Rating UIN Jakarta, Kepala Pusat Audit dan
Penjaminan Mutu Lembaga Penjaminan Mulu (LPM) UIN Jakarta, Jejen Jaenudin angkat
bicara. Ia mengungkapkan UIN Jakarta berinisiatif untuk mengikuti pernilaian
tersebut guna meningkatkan eksistensi. “Beda halnya dengan penilaian akreditasi
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang wajib diikuti,” ujar Jejen, Kamis
(20/9).
Namun, bagi Jejen penilaian QS Stars Rating mampu mendongkrak nama UIN Jakarta di kancah internasional. Dengan
demikian, informasi terkait UIN Jakarta dapat diakses masyarakat dunia. “UIN
Jakarta menjadi satu-satunya PTKIN yang sudah terdaftar di QS
Stars Rating,” ucap jejen,
Kamis (20/9).
Sedangkan, mengenai perolehan rating rendah pada aspek internasionalisasi,
cecep mengutarakan aspek tersebut mencakup beberapa hal. Seperti halnya tenaga
pengajar manca negara, mahasiswa asing, dan jurnal internasional. Akumulasi
dari berbagai bidang tersebut muncul perolehan rating.
Rendahnya perolehan rating pada bidang internasinalisasi Ketua Senat UIN
Jakarta, Abuddin Nata pun angkat bicara, menurutnya penilaian itu sebagai rambu-rambu agar akademisi UIN Jakarta
lebih meningkatkan penerbitan jurnal-jurnal internasional. Penulisan karya
ilmiah bertaraf internasional mampu meningkatkan prestasi UIN Jakarta di mata
internasional. “Saya mendorong akademisi UIN Jakarta mampu menerbitkan
jurnal-jurnal ilmiah,” ujar Abuddin, Rabu (19/9).
Saat dimintai keterangan melalui jejaring sosial media WhatsApp Wakil Rektor I Bidang Akademik Fadhilah Suralaga menyakini
perolehan nilai dari QS Star Rangking sebagai langkah awal UIN Jakarta menuju
standar perguruan tinggi dunia. “UIN Jakarta masih berproses untuk
berkualifikasi baik di tingkat dunia.” ucapnya, Jumat (21/9).
Fadhila mengakui UIN Jakarta masih jauh menduduki 1000 perguruan tinggi
terbaik dunia versi QS Stars Rangking. Akan
tetapi ia optimis mampu meningkatkan kualitas bertaraf internasional dengan
bekal status akreditasi A dari BANPT. “Bahkan
di tingkat ASEAN UIN Jakarta telah mengantongi sertifikat AUN QA sebagai
perguruan tinggi Islam,” ungkapnya, Jumat (21/9).
Menanggapi capaian UIN Jakarta, Wakil Ketua Dewan
Eksekutif Mahasiswa, Adi Raharjo mengaku bangga dengan prestasi yang diperoleh
UIN Jakarta. Meskipun demikian ia juga tak menyangkal masih menyayangkan
kelengkapan fasilitas yang tersedia. Jumlah ruang kelas yang tak sesuai dengan
kapasitas mahasiswa misalnya. Menyebabkan mahasiswa Fakultas Ushuluddin,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, juga Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
terpaksa mengungsi ke gedung Ex-Fakultas Adab dan Humaniora. “Universitas
terbaik perlu dibuktikan baik fasilitas dan prestasi, bukan cuma nama,” tagas
Adi, Selasa (18/9).
Hal serupa juga diungkapkan Ketua Senat Mahasiswa
UIN Jakarta, Ahmad Murodi yang kecil hati dengan lahan parkir yang tidak dapat
menampung banyaknya kendaraan mahasiswa. Di samping itu, Murodi mengakui
sebagai salah satu PTKIN yang mampu bersaing dengan PTN lainya. “Setidaknya UIN
Jakarta mampu bersaing dengan Universitas Negeri yang lain.” imbuhnya, Selasa
(18/9).