Hari
Tani Nasional diperingati setiap tanggal 24 September 2018. Penetapan Hari Tani
berawal dari dikeluarkannya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) No.5 tahun 1960
dan tercantum pada UUD 1945 pasal 33 ayat (3). Peraturan tersebut kemudian
disahkan dengan Keputusan Presiden No. 169 tahun 1963 oleh Presiden Ir
Soekarno.
Berdasarkan
dari regulasi, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Agribisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
melakukan aksi di depan Halte UIN Jakarta. Sebelumnya HMJ ini juga melakukan
aksi di Gedung Istana Negara, Senin (24/9). Menurut Ketua HMJ Agribisnis Hasanu
Rizkillah meski Hari Tani dan UU Pertanian sudah ada sejak lama, namun kondisi
petani di Indonesia sampai sekarang belum sejahtera. “Petani di Indonesia masih
merasakan kesengsaraan,” ucapnya pada Jumat, (28/9).
Terdapat beberapa poin penting yang mereka gaungkan yaitu reforma
agraria—di dalamnya terkandung redistribusi lahan untuk para petani, legalitas lahan
untuk petani, dan penyediaan khusus lahan dari pemerintah untuk dikelola sebagai
lahan pertanian. Tentang lahan tani diperkuat juga dalam Undang-undang Agraria
Nomor 41 Tahun 2009 isinya tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan.
Tuntutan
kedua berkaitan dengan bulog, terkait dengan bulog yang selama ini impor dari
luar negeri. Padahal, Indonesia sendiri memiliki tanah yang subur untuk
menghasilkan beras berkualitas. Namun sampai saat ini impor beras masih
dilakukan. Aksi ini juga mempertanyakan kinerja Kementerian Perdagangan dan
Kementerian Pertanian.
Tuntutan
ketiga tentang Badan Otoritas Pangan (BOP). Mengacu dari Nawacita Joko Widodo,
aksi yang dilakukan juga menuntut BOP secara khusus untuk mengurusi
permasalahan kasus pangan yang ada di Indonesia. BOP harus taktis untuk
menertibkan urusan data tentang pangan, jumlah cadangan pangan khalayak umum.
Hasanu
berharap agar ke depannya kondisi para petani di Indonesia sejahtera dan bagi
para mahasiswa khususnya agar turut andil di dalamnya. “Agar semua kalangan
masyarakat turut andil di dalam dunia pertanian,” ujarnya pada Jumat (28/9)
Selain
Hasanu, anggota HMJ Agribisnis, Hilman Kurniawan mengatakan pemerintah masih
kurang mempedulikan masalah pertanian. Jika pertanian ingin maju, pemerintah
harus konsisten terhadap program agraria yang inovatif. Melihat fakta lapangan,
pemerintah lebih mengutamakan pembangunan industri. “Pembangunan industri
justru lebih pesat dari pembangunan pertanian,” ucapnya pada Jumat (28/9).
Hilman
juga berharap agar generasi muda tidak malu bertani. Generasi muda harus berada
paling depan untuk memajukan pertanian di Indonesia, apalagi di kalangan
mahasiswa pertanian. Harapan ke depannya, petani juga semakin maju dan tidak
bergantung pada impor, karena akan berimbas kepada ketahanan pangan nasional. “Petani
harus lebih mandiri,” tambahnya.
ITH