Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan salah satu
tujuan dalam melakukan sebuah pendidikan, pengajaran, penelitian, pengembangan,
dan pengabdian untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Bahkan, Tri Dharma
Perguruan Tinggi juga memberikan tanggung jawab yang di topang penuh oleh
seluruh mahasiswa.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2012 tentang Perguruan Tinggi disebutkan, Pengabdian kepada Masyarakat adalah
kegiatan civitas academica yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Seperti halnya mahasiswa Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang diwajibkan untuk melakukan pengabdian
kepada masyarakat saat menginjak semester 6 dengan cara Kuliah Kerja Nyata
(KKN). Namun berbeda dengan beberapa mahasiswa relawan pengajar di luar negeri
sebagai bentuk mengisi waktu luang selama libur kuliah.
Salah satunya ialah Aprian Handayani, mahasiswa UIN
Jakarta semester 5 jurusan pendidikan kimia. Ia mengaku memiliki niatan untuk menjadi
relawan pengajar karena kuliah sedang libur selama 3 bulan. “Saya mencari
program volunteer mengajar untuk
mengisi waktu liburan,” ujarnya saat dihubungi via whatsapp, Senin (20/8).
Bagi aprian, di saat berada di Negeri Gajah Putih
mesti menghadapi perbedaan berbahasa dan budaya. Bahkan, untuk mengajar pun
butuh proses lama untuk memahami diantara guru dan murid. “Kalau sudah tidak
saling mengerti, kita memakai google translate,” tuturnya.
Tak hanya Aprian saja,
salah satu mahasiswa UIN Mas’udah, mahasiswa semester 5 jurusan pendidikan
kimia mencoba untuk menjadi relawan pengajar di Filipina pada bulan Juli lalu.
Pasalnya, ia tertarik untuk menambah proses kemampuan mengajar. Bahkan, ia pun
berinisiatif untuk mengisi waktu luang. “Kebetulan
saya memang senang mengajar, sebelum di Filipina saya juga pernah mengajar di
Malaysia,” ungkapnya, Senin (20/8).
Namun, Proses untuk menjadi relawan pengajar di luar
negeri tentu tidak mudah. Mereka harus mengikuti beberapa tahap seleksi seperti
pemeriksaan berkas, penulisan esai hingga wawancara. Namun menurut Mas'udah,
menjadi relawan di luar negeri memiliki keuntungan tersendiri seperti bisa
menambah wawasan tentang negara lain dan bisa mengembangkan cara mengajar agar
bisa lebih baik.
Mengenai mahasiswa yang menjadi relawan pengajar di
luar negeri, Yusran Razak selaku wakil rektor (Warek) III bidang kemahasiswaan
sangat mendukung dan merespons positif. Ia juga menyarankan agar para mahasiswa
bekerja sama dengan institusi yang lebih berwenang, sehingga hal yang
berhubungan dengan materiel atau pendanaan tidak berat. "Kita akan terus
memberikan dukungan secara moral kepada para mahasiswa yang menjadi
relawan," pungkasnya, Selasa (21/8).