Pengenalan
Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK)—yang menjadi hajat rutin Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta—rupanya tak luput dari berbagai
masalah. Mulai dari masalah pendanaan hingga pelaksanaan yang kian menimbulkan
keluh kesah dari panitia PBAK sendiri. Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), para
panitia PBAK Universitas, PBAK Fakultas, hingga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pun
turut merasakan kendala yang sama.
Ketua
DEMA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Nabil Bintang
mengaku, keterbatasan dana menjadi salah satu hambatan pelaksanaan PBAK tahun
ini. Hal tersebut dikarenakan jumlah mahasiswa baru yang meningkat sehingga
menyebabkan berubahnya prosedur pelaksanaan PBAK tingkat universitas yang berbeda
dari tahun-tahun sebelumnya.
Lazimnya,
PBAK Universitas dilaksanakan di Lapangan UIN dan Auditorium Harun Nasution.
Namun, PBAK Universitas tahun ini berlangsung sepenuhnya di Lapangan UIN karena
auditorium tidak mampu menampung jumlah mahasiswa baru yang ada. Penerimaan
mahasiswa baru yang biasanya hanya berkisar 5.000-5.500 orang, kini mencapai
7.600 orang.
Hal
tersebut berdampak pada jumlah anggaran yang membeludak. Pasalnya, panitia PBAK
Universitas membutuhkan keperluan logistik yang cukup banyak. Mulai dari
panggung, layar Liquid Crystal Display, sound system, dan genset.
“Banyak keperluan yang harus disewa, beda kalau pelaksanaannya di auditorium,”
ucap Nabil, Senin (27/8).
Ketua
Panitia PBAK Universitas Imam Li Dzikri menambahkan, penyewaan tenda dan blower
dibantu oleh kampus. Mahasiswa yang akrab dipanggil DZ tersebut juga sempat
kewalahan dari segi dana maupun pelaksanaan pada PBAK Universitas pada hari
Senin (27/8) lalu. “Baru pertama kali teknisnya seperti ini,” tambahnya.
Dana Fakultas Tersendat
Tak
hanya pihak panitia PBAK Universitas yang merasa kewalahan. Hal yang sama juga
dirasakan oleh panitia PBAK Fakultas Psikologi (FPsi). Bendahara PBAK FPsi Nia
Listiani Aprilliani mengatakan, FPsi kekurangan kucuran dana. Belum
lagi, Nia berkata, dari total anggaran 16 juta, harus dibagi 1,6 juta kepada
Panitia Pengawas PBAK Fpsi. “Baru cair 9 juta, harus buat Surat Pertanggung
Jawaban dulu agar semua anggaran bisa cair,” ujarnya pada Selasa (28/8).
Selain
itu, Bendahara DEMA Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Aisyah Putri juga
menyatakan hal yang sama. Aisyah berkata, anggaran yang belum seutuhnya cair menimbulkan
kendala dalam pelaksanaan PBAK FDIK. Anggaran yang cair baru 55 juta dari total
anggaran seharusnya 80 juta. “Sisanya bisa cair setelah dibuatnya Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ),” ucapnya pada Selasa (28/8).
Dampak
yang dirasakan dari terlambatnya pencairan dana ialah pihak panitia
PBAK—khususnya PBAK Fakultas—harus menutupi pengeluaran untuk anggaran yang
belum cair. Aisyah menyatakan, panitia PBAK FDIK menutupi kekurangan dana dengan
meminjam uang kas dari DEMA FDIK. Adapun panitia PBAK FPsi menyiasati
kekurangan anggaran tersebut dengan menekan pengeluaran. “Kami mengutamakan kebutuhan
yang besar urgensinya,” tanggap Nia.
Peliknya
permasalahan serupa juga dialami oleh UKM Resimen Mahasiswa (Menwa). Salah satu
Staf Pengamanan Menwa Fikri Iswanto berkata, mereka mengajukan anggaran sebesar
16 juta untuk keperluan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)—yang merupakan
mahasiswa baru.
Total
anggaran tersebut dialokasikan untuk dana operasional persiapan pengibaran
bendera pada hari pembukaan PBAK. Terdapat lima puluh mahasiswa baru yang
menjadi anggota Paskibra. “Sepuluh panitia dari Menwa, serta dua pelatih Paskibra
yang bertanggung jawab,” ucap Fikri saat ditemui di depan Sekretariat Menwa,
Selasa (28/8).
Namun,
pengajuan anggaran tersebut tidak disetujui oleh DEMA Universitas. Awalnya,
DEMA Universitas hanya menyetujui anggaran Menwa sebesar 11 juta. Setelah
melakukan penawaran, pada akhirnya Menwa hanya mendapat 13 juta. “Itu pun baru
6,5 juta yang cair, kami menalangi sisanya dengan uang kas Menwa dan bantuan
dari pelatih,” tambah Fikri, Selasa (28/8).
Kurang Komunikasi
Anggaran
UKM untuk kegiatan PBAK juga ikut terhambat karena kurangnya komunikasi antara panitia
Demo UKM, DEMA Universitas, dan pihak kemahasiswaan. Hal tersebut terjadi
karena terlambatnya pengumpulan Rencana Anggaran Biaya ke pihak kemahasiswaan.
Proposal pengajuan anggaran Demo UKM yang awalnya disatukan dengan DEMA
Universitas pun tiba-tiba harus dibuat proposal terpisah.
Proposal
anggaran dari DEMA Universitas yang diserahkan ke pihak kemahasiswaan hanya
mencantumkan tiga belas UKM. Padahal, jumlah UKM seharusnya ada empat belas unit
di luar Menwa—dengan mekanisme pengajuan dana tersendiri.
Pada
surat permohonan bantuan dana untuk Demo UKM yang keluar pun hanya tertulis 26
juta dengan rincian 2 juta per-UKM. “Padahal DEMA Universitas sudah konfirmasi bahwa
anggaran Demo UKM sebesar 28 juta,” ujar Bendahara Demo UKM Shelvya Rahmatul
Irman saat diwawancarai via WhatsApp pada Selasa (28/8).
Menanggapi
segala keluh kesah para panitia PBAK tahun ini, Kepala Bagian Biro Administrasi
Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama Zaenal Arifin menerangkan, proses
pencairan dana memang seperti itu dari tahun ke tahun. Jika pengajuan dana
terlambat dikirim ke kemahasiswaan, proses pencairan dana dapat ikut terhambat.
“Jika ingin cair seutuhnya pun harus mengirimkan LPJ terlebih dahulu dan diberikan
secara bertahap,” pungkasnya, Selasa (28/8).
ITH & MSSM