Kemampuan
Bahasa Indonesia mahasiswa asing yang rendah berimbas pada perkuliahan. Mulai
dari angkat kaki hingga tertahan untuk lulus menjadi risiko yang membayangi.
Bahasa Indonesia
merupakan bahasa pengantar utama perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Ini sejalan dengan amanat Undang-Undang No 24 tahun 2009
Pasal 24 ayat 1 yang berbunyi Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
pengantar pendidikan nasional. Oleh karena itu semua mahasiswa wajib mengerti
Bahasa Indonesia tak terkecuali mahasiswa asing.
Untuk mewujudkan amanat
ini, UIN Jakarta melalui Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) mengadakan program
matrikulasi Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (Bipa). Bipa merupakan program pengajaran
Bahasa Indonesia bagi mahasiswa asing yang ingin berkuliah di UIN Jakarta.
Artinya setiap mahasiswa asing, sebelum mengikuti perkuliahan wajib memahami
Bahasa Indonesia. Khusus mahasiswa asing penerima Beasiswa Rektor Bipa yang
dilaksanakan oleh PPB.
Faktanya terdapat
mahasiswa yang belum bisa berbahasa Indonesia. Salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Samba Gajaga mengatakan dirinya belum bisa berbahasa Indonesia
karena belum mengikuti program Bipa.
Samba menceritakan
dirinya belum mengikuti program Bipa karena baru datang ketika perkuliahan
telah dimulai. Seharusnya, lanjut Samba Ia belum bisa mengikuti perkuliahan.
Namun karena tak ingin menunggu untuk kuliah tahun depan, maka Ia nekat
mengikuti perkuliahan meskipun belum bisa bahasa Indonesia. “Saya akan mengikuti
program Bipa tahun depan. Karena itu penting,” kata Samba saat ditemui di
Ma’had Ali, Sabtu (2/12).
Lebih lanjut Samba mengatakan
untuk memahami perkuliahan, Ia meminta dosen menyampaikan kuliah dengan bahasa
Inggris. Apabila dosen tak bisa berbahasa Inggris, maka Ia meminta teman untuk
menerjemahkannya ke dalam Bahasa Inggris.
Berbeda dengan Omar, mahasiswa
asing lain Famara mengatakan dirinya tidak ada kesulitan dalam mengikuti
perkuliahan. Famara mengatakan dirinya telah datang enam bulan sebelum
perkuliahan dimulai. Hal ini membuat dirinya bisa mengikuti program Bipa di PPB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sesuai jadwal.
Keikutsertaan Famara
dalam program Bipa menuai hasil. Lebih lanjut Famara menjelaskan pemahamannya
terhadap bahasa Indonesia dinilai cukup baik. Meskipun terkadang menemui
kesulitan, terutama ketika mendapati hal baru. “Alhamdulillah mereka (PPB)
menilai baik, walau kadang saya masih bingung sama materi baru dari dosen,”
ucap Famara melalui pesan WhatsApp, Kamis (30/11).
Mananggapi hal ini
Koordinator Bahasa Indonesia PPB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rosida Erowati mengatakan pihaknya telah
berusaha maksimal dalam memberikan pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur
Asing (Bipa). Lebih lanjut Ia menyayangkan mahasiswa asing yang kurang komitmen
dalam mengikuti program Bipa. Terlebih mahasiswa yang mendapat beasiswa.
Perempuan yang juga dosen
di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini beralasan bahwa,
mahasiswa asing yang ingin kuliah di UIN Jakarta seharusnya sudah datang enam
bulan sebelum perkuliahan dimulai.
Sehingga program BIPA berjalan sesuai jadwal. Namun faktanya mahasiswa
asing datang tak sesuai yang dijadwalkan. Umumnya mereka datang seenaknya,
sehingga jadwal program pun berantakan. “Datangnya tidak bersamaan, ada yang
habis lebaran,” keluhnya, Kamis (23/11).
Rosida juga menyayangkan
pihak universitas yang kurang ketat dalam menyeleksi mahasiswa asing.
Seharusnya mahasiswa asing, lanjutnya harus diwajibkan mengerti bahasa
Indonesia sampai level tiga atau mahir terlebih dulu sebelum bisa mengikuti
perkuliahan. Sehingga mahasiswa asing tidak hanya bisa berkomunikasi tetapi
juga mampu memahami dan menulis karya ilmiah.
Mendengar hal ini, Wakil
Rektor I Bidang Akademik Fadhilah Suralaga menjelaskan pihaknya telah
menyerahkan permasalahan Bipa pada PPB. Jika dalam praktiknya terdapat
kekurangan maka hal tersebut akan diperbaiki.
Akan tetapi, lanjut
Fadhilah mahasiswa asing juga perlu berkomitmen untuk mengikuti program Bipa
secara penuh. Terkhusus untuk mahasiswa asing yang mendapat Beasiswa Rektor.
Pengantar perkuliahan Bahasa Indonesia, maka mahasiswa asing harus bisa bahasa
Indonesia. “Wajar jika ada mahasiswa yang keluar karena kendala bahasa, hal itu
akan dievaluasi.” Ungkap Guru Besar Fakultas Psikologi ini, Selasa (21/11).
Padahal jumlah mahasiswa
Asing UIN Jakarta meningkat dalam 3 tahun terakhir. Data Lembaga Penjaminan
Mutu mencatat pada tahun 2014 mahasiswa asing UIN Jakarta berjumlah 9 orang, 71
orang di tahun 2015 dan 80 pada tahun 2016. Namun Rosida menilai, jika kualitas
pemahaman bahasa Indonesia mahasiswa asing rendah, maka hal tersebut dapat menghambat
mahasiswa asing untuk lulus. “Karena untuk bisa menyusun skripsi, mahasiswa
perlu sampai pada level mahir,” tutupnya.
Atik Zuliati
*Tulisan ini pernah dipublikasikan di Tabloid Institut Edisi November 2017