Beberapa orang memasang spanduk, beberapa
menggelar tikar, dan beberapa lagi menyiapkan hidangan untuk disantap saat
magrib tiba. Begitulah kira-kira hiruk pikuk persiapan panitia untuk menggelar
acara Buka Puasa Bersama Keluarga Besar Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut.
Empat puluh menit sebelum magrib, takjil dan makanan berat sudah tersaji di
meja sebelah utara ruangan.
Tamu undangan berhilir masuk ke Aula Student
Center Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengurus dan
alumni LPM Institut duduk di tikar dan menunggu acara dimulai. Tak hanya itu,
beberapa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa lain juga turut datang untuk meramaikan
acara buka puasa bersama.
Pembawa acara mulai membuka rangkaian kegiatan
setelah para tamu undangan terkumpul. Dibuka dengan salam dan rasa syukur, lalu
dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran. Ketua Pelaksana Nur Fadhilah
pun turut memberikan sambutannya. Tak lupa, ia mengucapkan segenap terima kasih
kepada panitia dan seluruh tamu undangan yang sudah menyempatkan diri untuk hadir.
Sembari menunggu waktu magrib tiba, pengisi
acara mulai beraksi di depan para tamu undangan. Bermodal dua mikrofon dan
instrumen musik, seorang laki-laki dan seorang perempuan menyumbangkan beberapa
lagu untuk menghibur penghuni ruangan. Sampai beberapa menit sebelum magrib
tiba, barulah mereka kembali duduk di tikar bersama tamu undangan lainnya.
Semua peserta acara membaca doa berbuka puasa
bersama-sama saat azan magrib dikumandangkan. Sampai pukul tujuh, peserta
dipersilakan menyantap hidangan yang telah disajikan dan salat magrib.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan sesi ramah-tamah dan berbagi pengalaman
antara alumni, pengurus, anggota, dan bakal calon anggota Institut.
Selain buka puasa bersama, acara yang
diselenggarakan pada Minggu (27/5) ini juga menjadi salah satu momen
silaturahmi. Dengan mengusung tema Bersama Menuai Asa, Tumbuhkan Cita, beberapa
alumni Institut memberikan sepatah dua patah kata untuk mengisi sesi ramah-tamah.
Salah satunya Dosen Jurnalistik Nanang
Syaikhu—yang juga alumni Institut—turut membagikan pengalamannya. Nanang
menjadi anggota Institut ketika UIN masih berbentuk Institut Agama Islam Negeri.
“Dulu itu, tabloid dijual seharga seribu rupiah. Tidak gratis seperti
sekarang,” ujarnya, Minggu (27/5).
Selain itu, hadir pula M. S. Wibowo yang juga
ikut memberikan pesan-pesan untuk para pengurus, anggota, maupun bakal calon
anggota Institut. Lelaki yang akrab dipanggil Bang Bowo ini mengatakan, prestasi
yang dimiliki oleh Institut harus dipertahankan dan dijadikan tradisi. Semangat
juga disampaikannya kepada bakal calon anggota Institut yang masih menjalani
masa pendidikan. “Terus tingkatkan prestasi Institut,” tambahnya, Minggu
(27/5).
Di penghujung acara, salah satu alumni
Institut Gita Nawangsari mengungkapkan kesan setelah menghadiri acara ini.
Menurutnya, acara malam hari itu terbilang sepi karena para alumni Institut
yang memiliki kesibukan masing-masing sehingga tidak bisa ikut hadir. “Dari
tahun ke tahun, jumlah alumni Institut yang datang memang segini-segini saja,”
ungkapnya, Minggu (27/5).
Sekali lagi, Gita juga menyampaikan pesan
semangat kepada bakal calon anggota Institut. Ia berpesan agar terus belajar
dan memetik pelajaran dari segala apa yang diberikan oleh senior selama
menjalani masa pendidikan di Institut. Karena menurutnya, semua hal itu pasti
ada maknanya dan penting bagi bakal calon anggota sendiri. “Dijadikan pelajaran
saja, jangan dianggap terlalu berat atau repot,” tambahnya.
MSSM