Lift yang semula berjalan dengan lancar, lama-lama reyot juga karena
dimakan usia. Usangnya suku cadang membuat lift tak bekerja dengan semestinya.
Hal ini pun berdampak langsung kepada civitas academica sebagai pengguna
lift di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lift yang berhenti mendadak sering terjadi, seperti yang pernah dialami Eka
Novia Safitri ketika hendak menuju lantai enam menggunakan lift Fakultas
Ushuluddin (FU). Peristiwa tersebut tidak hanya sekali dua kali terjadi.
“Pintunya sering kali tidak terbuka, tetapi hanya sebentar,” ujar mahasiswi Jurusan
Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) tersebut,
Kamis (24/5).
Kejadian serupa juga terjadi di Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Pada
Maret lalu, salah seorang mahasiswi Jurusan Sistem Informasi, Fifi Alfisa Fitri
terjebak di dalam lift selama lima menit. Saat itu, ia bersama delapan orang
lainnya yang tengah berada dalam satu lift, tetapi lift tersebut mendadak mati.
Lain halnya di FU, FDIK, dan FST, di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) terdapat kasus lain pula. Menurut mahasiswi Jurusan Manajemen Pendidikan
Syadilla Virginia, selain macet, lift lobi barat FITK sering kali ambles
saat ingin naik ke lantai dua. “Ketika ambles, beban harus dikurangi dulu agar
lift dapat naik,” ujar mahasiswi semester dua tersebut, Kamis (24/5).
Wakil Dekan (Wadek) II Bidang Administrasi Umum FU Bustamin memberikan
tanggapan perihal lift yang sering bermasalah. Ia kurang tahu alasan jelasnya,
tetapi besarnya listrik yang dibutuhkan mungkin salah satu faktor lift
bermasalah. Selain itu, lift yang berada di gedung FU dan FDIK sering kali
hanya dihidupkan satu dari dua lift yang ada ketika keadaan fakultas sedang
sepi.
Bahkan, menurut Kepala Sub Bagian Umum FITK Dhian Sukmaningsih, terkait
pemeliharaan lift, pihak fakultas memang kurang tahu-menahu dengan hal tersebut.
Maka dari itu, fakultas akan langsung melapor kepada administrasi pusat ketika
ada kendala pada lift. Mengenai lift FITK yang sering mati ataupun sengaja
dimatikan, keadaan tersebut biasanya karena sedang ada pemeliharaan ataupun
perbaikan. “Pihak Louser Lift harus mengecek lift dan pemeliharaan secara
rutin, tidak menunggu ada kendala dulu,” ungkap Dhian, Jumat (25/5).
Menanggapi pelbagai permasalahan tersebut, Kepala Bagian Umum UIN Jakarta
Encep Dimyati mengatakan bahwa pihak Louser Lift, vendor lift UIN Jakarta, setiap harinya selalu mengadakan pemeriksaan
dan pemeliharaan secara berkala. Ada teknisi yang menetap ketika hal darurat
terjadi. “Kalau lift eror, macet, rusak, atau yang lainnya, pihak fakultas
silakan lapor ke kami,” ujar Encep, Kamis (24/5).
Akan tetapi, perihal masalah lift yang kerap mati, hal tersebut lantaran ada
masalah pada suku cadangnya. Suku cadang harus dibeli secara inden,
disiapkan, dan kemudian baru dilakukan perbaikan. “Kadang harus dibeli di luar
negeri atau luar kota, makanya proses lama dan biaya juga besar,” tambah Encep.
Terlebih lagi, anggaran untuk pemeliharaan lift bisa dibilang kurang. Encep
pun mencontohkan seperti lift yang berada di FST baru diperbaiki beberapa waktu
lalu setelah hampir satu bulan mati. Dekan dan Wadek FST terus meneleponi Encep
agar lift segera diperbaiki. Sayangnya, proses tersebut tidak seperti
membalikkan telapak tangan sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.
Selain itu, Encep turut menyesali perbuatan para mahasiswa yang tidak
memperlakukan fasilitas dengan baik. Kerusakan-kerusakan yang ada tidak
sepenuhnya berasal dari lift itu sendiri, tetapi juga dari perilaku para
pengguna lift. Hal tersebut juga berlaku bagi semua fasilitas yang ada.
MSSM