Sumber foto: Republika
*Oleh A. Humaeni Rizqi
Manusia dalam berbagai dimensi yang ada selalu berevolusi dan terus
berdinamika tanpa berhenti. Jika manusia berhenti dalam suatu tepian, maka
riwayat kemanusiaanya berakhir, itulah ciri perbedaan manusia dengan makhluk
lainnya. Selain itu manusia selalu bersifat evolutif, karena tidak ada dan
tidak akan pernah ada satu kelompok atau organisasi manusia di alam jagat raya
ini yang dapat menjadi pemilik tunggal atau pencetak tunggal akan berbagai
dimensi kemanusiaan. Dalam lakon khusus sebagai manusia, ia akan selalu
memiliki mata rantai sejarah yang terus berkelindan dan memberi pengaruh dari
satu kepada yang lainnya.
Awal yang tak pernah disangka dari sebuah tindakan kehidupan yang
direnungkan melalui pemikiran lahirlah sebuah teori. Teori yang mengubah dunia
dari berbagai aspek untuk menuju kemajuan. Manusia sebetapun hebatnya, tetap
akan berdiri pada relativitas dan subjektivitasnya. Ia tidak mungkin bergantung
kepada yang lain, dan tidak mungkin tidak memliki pertalian dengan sesuatu yang
lain selain dirinya baik sebelum atau sesudahnya.
Filsafat datang memberikan pencerahan pada umat manusia dari
pengekangan untuk keluar dari perilaku kebodohan. Pertanyaan yang bersifat
filosofi dilontarkan terkait keanehan yang terjadi pada kehidupan, baik yang
berkaitan dengan masalah agama, budaya, dan alam semesta. Filsafat dengan sikap
ilmiahnya semua perilaku diukur dengan ilmu. Melalui ilmu, mereka memberikan
bukti secara rasional-empiris dan dapat dipertanggung jawabkan.
Perkembangan filsafat pada awalnya berada di Yunanai yang memiliki
dua generasi besar, yaitu pra-Socrates (era transisional) dan fase Socrates
(kemampanan ilmiah). Sebelum lahirnya dua generasi ini, Yunani disebut sebagai
negeri dongeng penuh mistik. Masyarakat tumbuh menjadi kelompok imajiner yang
mentransformasikan mitos ke dalam bentuk cerita untuk menghibur rakyat yang
sering kita kenal dengan istilah legenda. Dengan datangnya dua generasi ini,
mereka mulai mencoba mengkritisi pengetahuan mereka yang diperoleh dengan cara
mistik ke dalam bentuk baru, yakni dengan nama ilmu.
Generasi pra-Socrates yang terdiri dari tokoh Thales, Anaximandros,
Anaximenes, Phytagoras, Xenophanes, Heraclitus, Anaxagoras, Leuxippos dan
Democritus. Mereka mulai mengkaji asal-usul kehidupan dengan berbagai
eksperimen yang dilakukan. Sehingga apa yang mereka temukan menjadi manifestasi
kehidupan pada generasi selanjutnya.
Di era fase Socrates, melalui tiga
serangkai yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles negeri yang penuh mitos itu
mulai adaptif dengan dunia ilmu, Yunani tumbuh menjadi pusat perkembangan ilmu
pada kelas dunia yang lebih praksis di zamannya, mereka mampu mengubah paradigma
berfikir manusia dari sesuatu yang sebelumnya berbau mistik, ke dunia baru yang
lebih ilmiah dengan ciri empiris dan rasionalis pada tataran lebih praktis.
Dari Yunani beralih ke Mediterania, muncul tokoh-tokoh muslim yang
tertarik pada dunia filsafat akibat pengaruh kaum rasionalis muktazilah. Filsuf
muslim mentransmisi pemikiran Yunani untuk dijadikan sebuah dasar lahirnya
beberapa ilmu praktisi yang dikaitkan dengan kebenaran Alquran terutama pada
bidang sains. Ditangan filsuf muslim, filsafat menjadi akar untuk tumbuhnya
segala bentuk untuk kemaslahatan umat manusia dan ditangan filsuf muslim juga,
filsafat menjadi tonggak sejarah lahirnya peristiwa Aufklarung (pencerahan) di
Eropa.
Pada abad ke-17 saat Rene Descrates mengucapkan istilah cogito
ergo sum (aku berpikir maka aku ada) proses renainses mulai berlangsung,
ini menandakan bahwa Barat khususnya Eropa akan bangkitnya kedewasaan
pemikiran. Sebab di era awal Kristen itu sangat elitis, ideologis, dan dogmatis,
sehingga tidak ada ruang kritis yang bersifat dialogis.
Timbulnya gerakan renainses
dianggap membahayakan gereja. Kemudian setiap orang yang menentang ajaran
gereja akan disiksa dan diadili oleh inkuisi gereja, dan dipopulerkan sebagai
tersangka pelaku bidah. Ia dipaksa mengakui kesalahan-kesalahan teori yang
dibangunnya dalam sebuah pengadilan yang tidak seimbang karena para hakim
semuanya sudah dikondisikan.
Gerakan keilmuan yang dibangun oleh filsuf Barat melalui filsafat
memberi alas kepada pandangan dunia yang lengkap. Pemikiran yang dimulai oleh
Descrates ini diteruskan oleh orang-orang selanjutnya dan melahirkan
penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi umat manusia. Cita-cita manusia untuk
mendapatkan kebenaran yang mutlak memberikan semangat api yang menyala-nyala.
Filsafat itu memperlihatkan kepada kita bahwa yang hidup dalam diri
manusia itu menjadi sadar. Filsafat menjelaskan kepada kita apa yang dicari
orang pada zaman tertentu, apa yang hidup dan bergerak di dalam bagian manusia
pada suatu zaman. Setiap zaman memiliki filsafatnya sendiri, yang berusaha
menurut keyakinan masing-masing untuk memperbaiki hidup manusia.
Mempelajari filsafat dapat menjadikan kita mengerti apa sebab
orang-orang berbuat begini-begitu, dan memberi petunjuk ke arah mana kita harus
mencari pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi. Akhirnya prinsip kehidupan
akan tumbuh dalam diri kita masing-masing.
*Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta