Di tengah redupnya diskusi mahasiswa, Rusabesi tetap bertahan dengan
coraknya. Tak heran jika berbagai karya sastra telah mengudara.
Berawal dari keresahan akan sempitnya ruang diskusi sastra di lingkungan
kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Ari
Setiawan, Rahmat Edi Sutanto dan M. Adhi Kurnia mendirikan komunitas diskusi.
Mereka berusaha menginisiasi komunitas ini untuk melangsungkan diskusi sastra
yang bebas dari campur tangan politik.
Dalam ruang lingkup kampus, kebanyakan komunitas justru mati karena membawa
misi politik tertentu. Untuk itu, Zaki beserta kedua kawannya ingin menghadirkan
komunitas diskusi dengan membawa misi kajian sastra dan budaya tanpa
mengedepankan unsur politik. Bagi mereka, ruang diskusi akademis yang netral
dan bebas dari intervensi sangatlah penting. Faktanya, intervensi politik dapat
mengeruhkan kegiatan yang berbasis sastra dan budaya.
Dengan mengusung visi belajar sastra dan kebudayaan bersama-sama tanpa
intervensi politik praktis, Komunitas Rusabesi berdiri tepat 11 Oktober 2014
dengan mengusung beberapa program kerja. Salah satunya diskusi rutin setiap
Kamis yang bertempat di selasar Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora,
Legoso, dan selasar Auditorium Harun Nasution.
Melalui diskusi rutinan dan tadarus puisi, mereka menyalurkan kecintaan
para anggota komunitas untuk membedah karya sastra. Salah satunya “Tarian Bumi
Karya Oka Rusmini: Sastra Sebagai Media Kritik Budaya” pernah menjadi
pembahasan.
Sebelum diskusi berlangsung, terlebih dulu dibuat silabus yang menentukan topik
pembicaraan dan daftar karya sastra yang akan dibedah. Pembicara dalam forum
berasal dari anggota komunitas Rusabesi sendiri. Karya sastra dibedah dan
dikaji secara kompleks, mulai dari fenomena, teori, hingga tokoh pengarang karya
sastra pun tak ketinggalan dikupas.
Selain diskusi, Rusabesi juga sering menggelar musikalisasi puisi dalam
bentuk teatrikal. Menurut Koordinator Komunitas Rusabesi Adam Alhadi, Rusabesi
pernah diundang untuk membawakan musikalisasi puisi dalam acara yang diadakan
berbagai fakultas di UIN Jakarta. “Kita juga pernah diundang dalam ASEAN
Literacy Festival di Taman Ismail Marzuki,” ucapnya saat ditemui di Selasar
FAH, Kamis (5/4).
Selain kegiatan diskusi mingguan, komunitas juga rutin menerbitkan Jurnal Rusabesi
setiap 4 bulan sekali. Untuk memperingati hari jadi, Komunitas Rusabesi rutin
menggelar syukuran setiap tahunnya. “Sudah dua tahun terakhir acara Syukuran
Hari Jadi lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Rangkaian acara Syukuran Hari Jadi diadakan selama seminggu. Mereka
mengadakan pameran dan bedah buku. Demi memeriahkan acara tersebut Rusabesi berafiliasi
dengan para seniman tanah air, salah satunya Imam Budiman. Melalui acara ini
mereka belajar bagaimana seniman merespons karya sastra yang kemudian
divisualkan.
Sementara itu, mengenai perekrutan anggota, Rusabesi tidak memberlakukan
sistem yang ketat. Mereka mempersilakan bagi siapa saja yang ingin mengikuti
diskusi untuk datang ke tempat yang telah ditentukan. Berdasarkan data yang
terhimpun dalam grup WhatsApp, Adam mengaku, kini tercatat ada 63 orang yang
telah menjadi anggota. “Biasanya kami sebar flyer terkait agenda kami,”
katanya.
Mayoritas anggota komunitas ialah Mahasiswa UIN Jakarta yang tertarik
dengan kajian sastra. Bahkan Rusabesi juga terdiri dari Dosen, Musisi, Perupa,
Penerjemah, Penyair, Esais dan Cerpenis. Selain dari UIN Jakarta, juga ada
anggota dari kampus lain yang turut berkontribusi dalam komunitas.
Komunitas yang berorientasi pada kesenian dan kebudayaan kontemporer ini
juga pernah menorehkan beberapa prestasi. Dalam tingkat lokal, Rusabesi pernah
menjadi Peserta Malam Puisi Tangerang, Blok S Festival. Pada taraf
Internasional, komunitas ini juga pernah menjadi salah satu peserta di Peserta
dan Pengisi Asean Literary Festival di Taman Ismail Marzuki.
Siti Heni Rohamna