Sebuah papan putih berbentuk persegi panjang terpampang di depan pintu
masuk, menyambut kedatangan pengunjung. Papan berukuran dua kali tinggi manusia
itu tertulis informasi tentang tema yang diangkat dalam pameran seni keramik,
juga nama para seniman pembuat keramik.
Saat memasuki ruangan, pengunjung disuguhkan pigura dengan tiga jenis
keramik di dalamnya. Keramik-keramik dengan bentuk sepasang tangan yang dihiasi
benang rajutan bermakna rencana hidup di masa yang akan datang. Ketiga keramik
karya seniman Tisa Granicia itu diberi nama “Tomorrow”.
Menyusuri ruangan tengah, terdapat keramik bernama “Ibu....ini tak akan
pernah selesai” karya seniman Dwita Anja Asmara. Keramik tersebut berbentuk susunan
piring serta kedua tangan yang sedang mendekap kepala bayi. Persis seperti
seorang Ibu yang sedang melindungi anaknya.
Lebih masuk ke dalam ruangan, pada sisi kanan terdapat keramik kontemporer karya
seniman Jenny Lee bernama “Growth” yang berarti perkembangan. Melalui karyanya,
Jenny menggambarkan seorang manusia bertubuh hijau sedang memanjatkan doa dan
di depannya terdapat tujuh bunga yang sedang bermekaran. Hal ini bermakna perkembangan
hidup manusia yang selalu disertai doa.
Karya-karya seniman ini ditunjukan lewat Pameran Seni Keramik Kontemporer
yang diadakan di Museum Seni Rupa dan Keramik pada 21 April-02 Mei 2018.
Pameran ini menghadirkan 18 seniman dengan mengambil tema “Temperature Affect: Seeing Self, Observing Others (Pengaruh
Temperatur: Melihat diri, Mengamati Orang Lain)”.
Seorang seniman keramik Dwita Anja Asmara mengatakan bahwa pameran ini menceritakan
pengalaman kehidupan manusia, khususnya perempuan. Pameran ini diselenggarakan
sebagai cara untuk memperingati hari Kartini yang jatuh pada bulan April. “Saya
menuangkan ide gambaran mengenai hubungan Ibu dan anak,” ucapnya via whatsapp,
Minggu (29/4).
Oleh karena itu, para seniman menciptakan hasil karya berdasarkan
pengamatan mereka terhadap diri sendiri dan juga orang lain. Kecenderungan gaya
dan bentuk terhadap penciptaan orientasi seni yang dibuat menunjukkan dominasi
atas kehidupan yang dijalani. Sehingga perwujudan hasil karya tersebut
merupakan bukti dari kegairahan kehidupan para keramikus.
Salah satu pengunjung asal Palembang Sintia mengatakan bahwa pameran yang
diselenggarakan secara terbuka ini masih banyak yang belum mengetahui. “Untuk
informasi dan publikasi seharusnya lebih ditingkatkan lagi,” terangnya, Sabtu
(28/4).
Menurut pengawas Pameran Seni Keramik dan Kontemporer Nasit, hasil keramik yang
dipamerkan oleh para keramikus termasuk salah satu karya terbaik yang dimiliki
seniman. “Sebelum dipamerkan, hasil karya diseleksi terlebih dahulu,” ujarnya,
Sabtu (28/4)
NN