Ketika awal 2018
sedang hangat pemberitaan yang diterima masyarakat mengenai isu keberagaman di
media. Menurut riset yang dilakukan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
media secara intensif memberitakan isu minoritas hanya berkisar satu bulan
pertama. Pada bulan kedua dan seterusnya pemberitaannya menurun.
Bahkan menurut
Editor Tirto.id Fahri
Salam dalam acara Pendidikan Jurnalistik Mahasiswa (PJM) yang ke-33 oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Aspirasi bertema Peran Media
Alternatif Dalam Memberitakan Isu Keberagaman, saat ini
pengguna internet meningkat. Dengan meningkatnya pengguna internet di
Indonesia tiap tahunnya, menyebabkan perubahan jurnalisme dari era cetak
menjadi era digital.
Akibatnya di era digital seperti media sosial, masyarakat sangat
rentan dengan berita hoaks yang marak terjadi. Ia menyarankan
agar dunia jurnalistik lebih kreatif, interaktif dan multiplatform. "Fungsi
jurnalisme di era digital yaitu sebagai acuan masyarakat untuk membedakan
berita fakta, propaganda atau hoaks," jelas Fahri, Jumat (4/5).
Lebih lanjut
menurut Fahri, pada 2017 pengguna internet sebanyak 87,13% lebih sering
menggunakan media sosial. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Selain itu juga berdampak bahwa media sosial
merupakan salah satu penyebab seringnya berita hoaks tersebar di
Indonesia.
Tak hanya itu, menurut salah seorang Dosen Jurnalistik Universitas Indonesia (UI) Masmimar Mangiang bahwa definisi berita adalah menyampaikan informasi
dengan jelas dan hemat dalam waktu yang singkat. Dengan menulis
berita, seorang jurnalis harus memilih kata yang tepat, spesifikasinya jelas serta menggunakan kata yang ekspresif. "Agar tidak
dianggap melecehkan atau menistakan kaum minoritas, pemilihan kata dalam
menulis harus pas," ujarnya, Jumat (4/5).
Acara
ini pun diselenggarakan di Auditorium
Garuda Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta dari 2 sampai 4 Mei 2018. Saat hari pertama menghadirkan dari Dewan
Pers Nezar Patria dan Pemimpin Redaksi Beritagar Yusro M. Santoso. Sedangkan hari
kedua yakni dari Publication
Manager Katadata Aria Wiratma Y dan Wartawan Tirto.id Dieqy Hasby W.
Menurut ketua pelaksana
Taufiq Hidayatullah acara ini diselenggarakan lantaran sosial
media mulai hangat dengan isu keberagaman.
Lebih lanjut sekarang ini tidak banyak media yang menginformasikan tentang hak minoritas. Jikalau
ada, pemberitaan tersebut tidak berkelanjutan. "Sebagai pers mahasiswa,
kita bisa menjadi media alternatif dalam menyuarakan jurnalisme keberagaman," tuturnya saat ditemui di Auditorium Garuda
UPN Veteran Jakarta seusai acara, Jumat (4/5).
Salah
satu peserta, Ismaeni Widyastuti, mahasiswi Akuntansi fakultas ekonomi bisnis,
mengaku senang dengan adanya acara ini. Ia mengatakan, melalui PJM ini ia bisa
menambah wawasan tentang jurnalistik. "Semoga kedepannya lebih menyuguhkan
pembicara yang berkualitas lagi dalam bidang
jurnalistik," jelasnya, Jumat (4/5).
Berbeda
dengan Ismaeni, Fahri mengungkapkan bahwa ini merupakan tahun kedua ia
mengikuti PJM. lebih khusus ia tertarik dengan acara tahun ini karena salah
satu narasumbernya adalah dewan pers. “Kebetulan
penelitian saya itu mengenai dewan pers jadi saya menyempatkan diri untuk
hadir,” pungkas mahasiswa yang kuliah di Universitas Nasional, Jumat (4/5)