Setiap mendengar kata penjara yang terbayang dalam benak
adalah tempat mengerikan bagi para narapidana karena harus tinggal dibalik
jeruji besi yang penuh siksaan. Namun, jika berkunjung ke
Indonesia Prison Art Festival, pengunjung
dapat gambaran tentang kegiatan narapidana selama masa tahanannya.
Ketika tiba di acara Indonesia Prison Art Festival
pengunjung akan disugguhkan oleh panggung besar. Panggung ini digunakan
narapidana untuk menunjukan aksinya dari grup musik hingga tari-tarian di atas
panggung. Di sekitar panggung berjejer stan-stan dari setiap Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) atau
Rumah Tahanan (Rutan) se-Indonesia. Festival ini juga menyediakan photo booth bagi yang gemar berfoto di
sebelah kiri panggung.
Acara yang baru pertama kali terlaksana ini, bertempat di
Taman Ismail Marzuki (TIM. Selain disuguhkan stan-stan berisi kerajinan tangan,
pengunjung pun dimanjakan dengan gema musik tarian dari narapidana. Misalnya
Tarian Cakalele buah penampilan Rutan Labuha, Maluku Utara. Adapula merdunya suara
salah satu narapidana dari Rutan Salemba. Suaranya membuat fokus pengunjung
teralihkan ke panggung yang dilengkapi sound
system dan lampu-lampu panggung.
Tak henti sampai situ, produk hasil kerajinan narapidana pun
banyak menarik minat pengunjung. Mulai dari kerajinan tangan hingga pakaian
batik tersaji dalam kurang lebih 36 stan dari berbagai lapas seluruh
Indonesia. Seperti halnya stan Rutan
Salemba yang memajang karya berupa tulisan lukisan serta lampu lampion. Salah satu pegawai Rutan Salemba, Kartika
Aprilia menuturkan keikut sertaan dalam festival ini, guna mengembangkan karya
para narapidananya tanpa di batasi jeruji besi.
Tak hanya menjadi pajangan, produk masing-masing lapas pun
dapat dibeli pengunjung, tak terkecuali Rutan Salemba. “Produk-produk yang
dijual berada di Kementerian Perindustrian,” ujar Kartika, Selasa (24/4). Akan
tetapi, festival yang tergelar di halaman TIM ini memamerkan produk-produk
tanpa menjualnya.
Produk Lapas Narkotika Kelas IIA Nusakambangan pun tak ingin
ketinggalan. Hasil karya dari lapas ini berupa kain batik dengan motif beragam.
Tak hanya kain batik setengah jadi saja, tersedia pula baju batik siap pakai.
Salah satu staff Lapas Narkotika Kelas IIA Nusakambangan, Nur Taufik Hidayat
menuturkan bahwa lapasnya memfokuskan membatik untuk narapidananya. “sebelum
mulai membatik, narapidana dibimbing mulain dari tahapan desain, pencelupan
hingga akhir produksi,” tutur Taufik, Selasa (24/4).
Salah satu narapidana asal Lapas Narkotika Kelas IIA
Nusakambangan, Joko Susilo Setiawan mendapat banyak manfaat dari program binaan
lapas. Joko cukup banyak menghasilkan kain batik, “dalam waktu dua hari bisa
mengasilkan satu kain batik, kalau kalau motif yang sulit bisa selama lima atau
enam hari,” ucapnya, Selasa (24/4).
Joko pun merasa program binaan ini mengasah dan menyalurkan
keahlian dalam bidang membatik. Kedepannya ia telah berniat menjadikan keahlian
membatiknya sebagai wirausaha, saat masa tahananya selesai. "Seandainya
sudah keluar penjara saya dan teman-teman tahanan mau menjadikan wirausaha
batik menjadi misi bersama,” tutup Joko, Selasa (24/4).
ND